Fatris menggandrungi sastra saat mondok di Pesantren Hamka dan mulai menulis artikel perjalanan selepas kuliah. Hingga 2019, pria asal Sumatera Barat ini sudah memenangkan dua penghargaan tulisan perjalanan terbaik dari Kementerian Pariwisata, serta menghasilkan tiga antologi catatan perjalanan: Merobek Sumatra (2015), Kabar dari Timur (2018), serta Lara Tawa Nusantara (2019). Buku terakhirnya, The Banda Journal, terbit pada 2021. fatrism.com.
Setelah digerus penjajah dan misionaris, kebudayaan megalitik Nias kini terancam
Berkat Asian Games dan Iko Uwais, silat kian populer. Benarkah
Di tengah modernisasi, Ciptagelar menyimpan pelajaran tentang manajemen pangan.
Berkunjung ke kota terpencil yang jadi gerbang Islam di Indonesia.
Di tengah gempuran pariwisata, warga suku pedalaman berjuang mempertahankan tradisi.
Ambon rutin mencetak penyanyi bersuara emas. Faktor genetik atau pendidikan?
Dulu diperebutkan, Rhun kini dilupakan. Ini kisah bagaimana sebuah tanaman
Danau Toba ingin memulihkan pamornya, tapi problem klasik masih menghantui.
Melihat tempat asal perahu tradisional tercepat di Indonesia—bahkan dunia.
Alasan-alasan mengunjungi Tanjung Puting selain menyaksikan orangutan.
Berkunjung ke destinasi di Sulawesi Barat yang mirip Toraja, namun
Wisata memang membawa pundi-pundi uang, namun juga mengancam tradisi.
Kisah para pemburu paus di Lamalera diabadikan dalam setiap helai
Mengunjungi pulau di tengah Laut Aru, menemui kaum pemburu burung
Di tengah kepungan konflik, Yordania tetap aman untuk dikunjungi. Kami
1
2