Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Alasan Berkunjung ke Tanjung Puting

Oleh Fatris MF
Foto oleh Nasrudin Ansori

Setelah majalah National Geographic pada 1975 memajang pada sampul depannya foto Birutė Galdikas tengah menggendong orangutan, Tanjung Puting marak dipergunjingkan. Dua tahun setelahnya, cagar alam warisan penjajah ini dinobatkan sebagai Cagar Biosfer. Lalu, pada 1996, hutan di Kalimantan Tengah ini diresmikan sebagai taman nasional. Seiring itu, turis ramai berdatangan guna menyaksikan orangutan di habitatnya. Akan tetapi, selain orangutan, sebenarnya ada alasan lain untuk mengunjungi Tanjung Puting.

Pesiar Kelotok
Untuk mengarungi sungai-sungai di belantara Kalimantan Tengah, kelotok merupakan moda transportasi utama. Tapi pariwisata kini telah menambah fungsinya. Guna melayani para petualang dari penjuru bumi, kelotok kini dilengkapi kabin, membuat perahu sepanjang 14 hingga 20 meter ini lebih layak dijuluki “rumah berjalan.” Dari Pangkalan Bun, kelotok awalnya menyusuri Sungai Arut yang ditaburi rumah kayu di sisinya, lalu beralih ke Sungai Kumai, kemudian menyerong membelah hutan hingga mencapai Sungai Sekonyer yang berair hitam di kawasan Tanjung Puting.

Tur Nokturnal
Menyusuri rimba selepas matahari tenggelam, satwa nokturnal dan kehidupan malam hutan akan menghadirkan sensasi safari yang berkesan. Ketika sunyi mulai menyergap Tanjung Puting, ketika orangutan pulas terlelap di sarang, banyak penghuni rimba lainnya sibuk beraktivitas. Kawanan kunang-kunang bekerlipan di kegelapan. Babi hutan giat mengendus. Tarsius berjuang menyembunyikan tubuhnya.

Salah satu kapal kelotok yang digunakan untuk tur oleh para turis.

Lacak Satwa
Bangun pagi sembarimenghirup kopi di atas kelotok, telingakita akan dimanjakan olehorkestra yangmelibatkan sekitar 200 jenis burung.Mengintip jeli celah-celah ranting, faunabelantara lainnya terjaga menyambut pagi,misalnya lutung, owa, kukang, serta tentusaja bekantan yang berstatus endemis diBorneo. Pengunjung juga bisa menyusurijalan-jalan setapak yang membelah hutanuntuk melihat beragam tumbuhan, mulaidari kantong semar hingga cendawan.

Aksi Konservasi
Menanam pohon di pulau yang terus digerogoti perkebunan, bukankah bisa menyemai harapan? Di Kamp Tanjung Harapan, pengunjung bisa memilih bibit, lalu menanamnya. Ada ulin, gaharu, meranti, ketiau, dan keranji. Menanamnya seperti menyambung masa depan Borneo, sebab pulau terbesar ketiga di muka bumi ini tengah mengalami penggundulan hutan. Upaya ini juga sejalan dengan petuah ajaran tua di Kalimantan: bila banyak engkau menebang, hendaknya kian banyak engkau menanam.

Salah satu sudut Rimba Orangutan Ecolodge, resor yang pernah ditinggali Julia Roberts.

Resor Rimba
Bermalam di Rimba Orangutan Ecolodge (rimbaecolodge.com), resor yang dikungkung pepohonan lebat, tiap tamu bisa merasakan suasana hutan yang sebenarnya. Resor yang pernah ditinggali Julia Roberts ini memiliki sebuah dermaga kecil yang menghunjam ke Sungai Sekonyer. Tak ada keramaian, kecuali nyanyian burung dan teriakan kera. Bila ingin melebur lebih intim dengan alam, tak jauh dari resor terdapat Kamp Pesalat yang menampung bumi perkemahan.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Januari/Februari 2017 (“Wisata Wana”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5