by Cristian Rahadiansyah 27 October, 2022
Bukan Bali, Ini Provinsi dengan Hotel Terbanyak di Indonesia
Bali adalah magnet turis asing nomor satu di Indonesia. Hampir saban bulan, ada hotel baru dibuka di sini, dan beritanya kerap berseliweran di media. Mempertimbangkan itu semua, wajar jika kita mengira Bali punya hotel terbanyak.
Dan dugaan itu tak salah—dulu. Dari 2016 hingga 2019, Bali memang mengoleksi hotel paling banyak di Indonesia. Tapi pandemi kemudian menerjang, hingga memaksa banyak penginapan di sini gulung tikar. Seiring itu, Pulau Dewata pun tergeser dari puncak tabel.
Baca Juga: 10 Provinsi dengan Hotel Terbanyak di 2021
Merujuk data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), gelar “raja hotel nasional” kini dipegang oleh Jawa Barat. Pada 2021, provinsi ini dihuni 521 hotel, mewakili sekitar 15% dari total hotel di Indonesia. Selisihnya dari Bali cukup jauh, lebih dari 100 hotel.
Ini bukan pertama kalinya Jawa Barat mendominasi klasemen. Konstelasi serupa terjadi pada 2020. Waktu itu, Jawa Barat memiliki 510 hotel, sementara Bali “hanya” 508. (Dengan catatan: menurut BPS cabang Bali, jumlah hotel saat itu sebenarnya lebih rendah, yakni 380.)
Bisnis hotel di Bali memang terpukul lebih telak oleh Covid. Pasalnya, lebih dari 90% turisnya datang naik pesawat, dan restriksi penerbangan selama pandemi menyulitkan orang bepergian. Khusus hotel yang membidik segmen asing, paceklik tamu diperparah oleh tutupnya perbatasan.
Nasib berbeda dialami hotel-hotel di Jawa, pulau berisi 60% populasi Indonesia. Mereka bisa fokus menggarap pasar domestik, dari kantong-kantong turis terdekat. Tak heran, investor hotel pun tetap berekspansi di sini meski dikepung wabah. Terbukti, dua tahun pandemi, hotel di Jawa justru bertambah.
Pada 2019, Jawa Barat mengoleksi 495 hotel. Dua tahun Covid, jumlahnya naik menjadi 521. Di Jawa Timur, hotel juga bertambah, dari 258 pada 2019 menjadi 283 pada 2021. Pertumbuhan serupa dicatatkan Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Banten. Hanya Jakarta yang menderita penurunan jumlah hotel, walau angkanya tidaklah signifikan.
Penurunan hotel di Bali tak melulu berarti buruk—setidaknya dari kacamata statistik. Dari 2014-2019, jumlah hotel bintang dan melati di Bali tumbuh 116%, sementara kunjungan turis domestik dan internasional hanya naik 66%. Dari sinilah kemudian banyak orang menarik kesimpulan: Bali mengalami kelebihan pasokan hotel.
Dalam jangka panjang, asalkan kunjungan turis bisa dipulihkan, berkurangnya hotel di Bali akan berdampak pada naiknya tingkat okupansi. Dan ini artinya bisnis hotel yang lebih sehat. Dalam kasus Bali, turun bisa berarti “naik.”