Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

19 Cerita Paling Banyak Dibaca di 2019

Sekelompok sapi yang ada di Pulau Buru. (Foto: Yoppy Pieter)

Cerita dari Pulau Buru
Dulu, Buru ditulis dengan tinta merah sebagai tanah buangan “orang kiri.” Setelah logam mulia ditemukan, pulau ini ditulis dengan tinta emas sebagai tanah harapan kaum penambang. Seperti apa kehidupan di sini sekarang? Baca selengkapnya di sini.

Kasno, petani di lereng Merapi yang memproduksi kopi bubuk dan memasok banyak kedai di kota Yogyakarta. (Foto: Kurniadi Widodo)

Tur Kopi di Jogja
Demam third wave coffee movement menguat di Yogyakarta. Selain mengoleksi lebih dari 1.000 kedai, provinsi ini giat menggelar ajang kopi, menciptakan wadah edukasi kopi, serta mempromosikan biji-biji lokal. Baca selengkapnya di sini.

KM Tidar, kapal milik Pelni yang menghubungkan Jawa dan Maluku, serta berperan penting dalam memasok barang ke Banda. (Foto: Yoppy Pieter)

Menyelami Sejarah di Banda Neira
Zaman sudah jauh berlalu, tapi Banda masih memikat berkat lautnya yang subur, pantainya yang membius mata, serta rumah-rumahnya yang senantiasa terbuka bagi tamu, baik tahanan politik maupun penyelam. Baca selengkapnya di sini.

Proses penjemuran sehelai kain batik tulis yang telah melalui pewarnaan awal. (Foto: Kurniadi Widodo)

Sentra Batik Pekalongan
Menjadikan batik pilar ekonomi, Pekalongan didaulat UNESCO sebagai anggota Jaringan Kota Kreatif. Kota ini memiliki museum batik dan fakultas batik, mengajarkan materi batik di sekolah, juga mengajak seniman bereksperimen dengan batik. Baca selengkapnya di sini.

Antrean penumpang yang kembali ke kapal usai tur di Ho Chi Minh City, Vietnam. (Foto: Atet Dwi Pramadia)

Tur Pesiar di Asia Bersama Genting Dream
Operator pesiar berlomba menempatkan kapal terbaru dan terbesarnya di Asia, kawasan dengan pertumbuhan penumpang tertinggi di dunia. Pendatang terakhir di 2016, Genting Dream, berambisi menjadi yang paling memahami “selera lokal.” Baca selengkapnya di sini.

Dalam Serentaun, ikat-ikat gabah hasil panen diarak keliling kampung sebagai ungkapan syukur. (Foto: Yoppy Pieter)

Desa Pemuja Padi
Padinya melimpah, tapi haram dijual. Siaran televisi, program radio, bahkan listriknya diproduksi sendiri. Ciptagelar memang sebuah anomali, tapi kasepuhan ini menyimpan pelajaran penting tentang manajemen pangan. Baca selengkapnya di sini.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5