Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lama Merugi, Maskapai Nasional Italia Akhirnya Ditutup

Pesawat Alitalia di Bandara Madrid. Pada 15 Oktober, maskapai nasional Italia ini akan stop mengangkasa. (Foto: Miguel Angel Sanz)

Italia mengambil keputusan paling pahit dalam sejarah penerbangannya. Alitalia, maskapai nasionalnya, resmi dilikuidasi. Pada 14 Oktober 2021, flag carrier yang sudah lama merugi ini akan undur diri dari angkasa.

Keputusan itu diumumkan dalam situs web Alitalia dua hari silam. Di sini tertulis, Kementerian Pengembangan Ekonomi Italia memerintahkan Alitalia menyetop penjualan tiket, lalu mengakhiri semua penerbangan pada 14 Oktober.

Alitalia, yang berkantor pusat di Roma, merupakan anggota aliansi SkyTeam. Mengandalkan 84 armada, maskapai berkode AZA ini melayani trayek Amerika Utara dan Selatan, Afrika, Asia, serta Timur Tengah.

Penumpang memasuki armada Alitalia di Roma. Maskapai ini akan digantikan ITA (Italia Trasporto Aereo). (Foto: Marcel Pirnay)

Kerugian finansial melatari penutupannya. Sejak didirikan pada 1946, maskapai ini hanya satu kali membukukan profit, pada 1998. Inefisiensi, konflik dengan karyawan, dan intervensi politik adalah sebagian dari masalah yang menggerogotinya.

Buntut dari rangkaian problem itu, Alitalia masuk tahap pembangkrutan pada 2017. Di tengah proses ini, pandemi menerjang, hingga pemerintah pun menasionalisasinya pada Maret 2020. Sejak itu, Alitalia ibarat pasien yang bergantung pada alat penopang hidup. Mulai bulan ini, selang penopangnya akan dicabut bertahap.

Baca Juga: 10 Maskapai Baru Diluncurkan Saat Pandemi

Kendati begitu, Italia tak sepenuhnya kehilangan maskapai nasional. Rencananya, Alitalia akan digantikan oleh maskapai baru bernama ITA, singkatan dari Italia Trasporto Aereo (Italy Air Transport).

ITA dijadwalkan mengangkasa perdana pada 15 Oktober, sehari selepas penutupan Alitalia. Dibandingkan seniornya, maskapai baru ini akan memiliki lebih sedikit karyawan, juga lebih sedikit rute, contohnya New York, Tokyo, Miami, London, serta Amsterdam.Cristian Rahadiansyah