Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Festival Kuno Unik di Bulgaria

Harmoninya kompleks dan bernyawa. Tak sulit dicerna jika kita pernah menyimak karya-karya Le Mystère des Voix Bulgares, grup paduan suara Bulgaria yang pernah menyabet Grammy. Menjauh dari kerumunan, saya melihat-lihat sepasang jembatan warisan Roma, serta gereja batu yang dikonstruksi dalam waktu hanya 38 hari saat Bulgaria berada di bawah kekuasaan Ottoman—sebuah masa ketika gereja baru dilarang didirikan.

Aroma kambing panggang tiba-tiba merebak di udara. Salah satu “penari roh hewan” telah tiba dengan memakai jubah yang menyerupai mantel bulu musisi rock era 60-an, tapi kali ini menutupi sekujur tubuhnya dari kepala hingga kaki. Ia langsung menjadi pusat perhatian. Telepon genggam sibuk memotret. Shutter kamera bersahutan. Jubahnya tinggi dan berlapis bulu kambing warna putih dan cokelat. Penonton terkagum. Sebagian mungkin ketakutan. Terkesan primal dan atavistik, yeti jadi-jadian ini menebar teror dan memantik mimpi buruk di siang bolong. Dan si penari sepertinya menyadarinya. Sembari bergerak perlahan, ia mengayunkan bagian atas tubuhnya ke kanan dan kiri, hingga menciptakan efek gelombang pada bulu-bulu halus di kostumnya.

Saat itulah kami mendengar suara kaval, seruling yang dimainkan oleh para penggembala di pegunungan yang membentang dari Bulgaria hingga Azerbaijan. Rombongan pertama telah tiba. Mereka mengenakan rok, celemek wol bermotif rumit, kaus kaki penuh garis, kemeja bordir, juga barisan lonceng sapi di depan pinggang. Konon, suara bel ampuh untuk menjauhkan iblis. Ornamen yang juga mencolok adalah aneka topeng hewan, mulai dari kambing, beruang, elang, bison, hingga makhluk-makhluk ajaib yang sulit dikenali. Dituntun oleh tiga musisi gipsi, rombongan peniup seruling memasuki alun-alun seraya menebarkan suara nyaring.

Kiri-kanan: Peserta Festival Kukeri yang mengenakan jubah bulu kambing di Desa Shiroka Laka; detail kostum peserta
Festival kukeri di Desa Shiroka Laka.

Dalam formasi lingkaran, orang-orang berjubah hewan mulai menari. Darina membungkuk. Katanya, gerakan itu bertujuan mengusir roh-roh jahat yang menghantui musim dingin. Beberapa pementas mengusung ikon-ikon Kristen Ortodoks, tapi festival ini sejatinya tak hendak berkesan monoteistik. Karakter pendeta memang hadir, tapi sosoknya kumal dan lusuh, bahkan lebih mirip sebuah anekdot: memakai janggut tebal palsu dan tidak membawa salib kayu, melainkan ukiran berbentuk penis. Ia melirik ke arah kerumunan, lalu menciptakan “air suci” memakai ranting berdaun.

Di belakang si pendeta, tepatnya di tengah lingkaran, seorang pria tampil semrawut dalam dandanan banci saat memerankan wanita desa: rambut pirang berkepang, kerudung merah polkadot, rias yang berantakan. Tiba-tiba ia tersungkur ke tanah, mencengkeram perut buncit mainan, lalu berpura-pura hendak melahirkan. Setelah menangis dan mengerang, sesosok bayi plastik “lahir” lalu diarak keliling alun-alun oleh seorang pria yang bertindak sebagai ayah yang bangga.

Musik berhenti dan seorang wanita kekar tampil sebagai pembaca acara. Ia menjadikan momen kelahiran bayi plastik itu sebagai isyarat untuk mengumumkan bahwa festival meriah ini telah diberkati. Musim dingin, katanya, telah dikalahkan. Musim semi, katanya lagi, telah di depan mata dan panen berikutnya sangat menjanjikan. Penonton bertepuk tangan. Kukeri berakhir.

Rute
Penerbangan ke Sofia, Ibu Kota Bulgaria, tersedia dari banyak kota di Eropa. Dari Indonesia, salah satu yang menawarkannya adalah Qatar Airways (qatarairways.com) via Doha. Musim panas adalah periode turis tersibuk di Bulgaria. Jika ingin merasakan atmosfer karnaval dan menonton pesta kostum Kukeri, datanglah di ujung musim dingin. Acara di Desa Shiroka Laka digelar tiap akhir pekan pertama di Maret.

Penginapan
Dilapisi marmer Italia dan dilengkapi ruang tamu bermahkota kandil, Sofia Hotel Balkan (5 Sveta Nedelya Square; 359-2/981-6541; starwoodhotels.com; doubles mulai dari Rp4.364.000) adalah akomodasi termegah di Ibu Kota. Properti anggota Luxury Collection Starwood ini berada di dekat beberapa museum dan monumen terkenal, salah satunya bahkan persis bertetangga, yakni Church of St. George, bekas rotunda Romawi yang merupakan salah satu bangunan tertua di Sofia. Di wilayah Smolyan, tak jauh dari Desa Gela, Villa Gella (359-888/566-872; villagella.com; doubles mulai dari Rp4.016.000, half-board) adalah persinggahan yang mewah untuk menjelajahi pesona rural kawasan pegunungan di selatan Bulgaria, termasuk untuk menonton Festival Kukeri. Bagi penggemar ski, lereng Pamporovo bisa dijangkau dengan berkendara dalam waktu singkat.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/Agustus 2015 (“Randai Rute Rhodope”)

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5