by Cristian Rahadiansyah 08 December, 2020
5 Destinasi Favorit Rahung Nasution
Wawancara oleh Yohanes Sandy
Sungai Utik
Deforestasi menggerogoti belantara Kalimantan. Untungnya, masih ada beberapa desa yang gigih menjaga pohon-pohon dari kepunahan, salah satunya Sungai Utik di Kalimantan Barat. “Di Sungai Utik, tempat peradaban suku Dayak Iban, hutan masih dijaga aturan adat yang sangat ketat,” kata Rahung. “Bagi mereka, hutan bukan sekadar paru-paru bumi, namun juga ibu di mana mereka menyusu dan mendapatkan penghidupan.”
Siberut Selatan
Kegigihan warga asli Mentawai merawat tradisi purba, dari tato hingga berburu, telah memikat para peneliti dunia. Rahung sempat menemui kaum penjaga hutan ini di Kecamatan Siberut Selatan. “Di hulu-hulu sungai Siberut Selatan, kita masih bisa menemukan satu generasi yang kemungkinan merupakan generasi terakhir masyarakat Mentawai yang mempraktikkan tradisi,” ujarnya.
Banda Neira
Pada abad ke-16, Rempah membuat Kepulauan Banda diperebutkan dunia. Sementara di era perjuangan kemerdekaan, tempat ini dijadikan lokasi pengasingan tokoh politik. Warisan sejarah dari dua babak itulah yang menjadi magnet wisata Banda, dan basis ideal untuk menjelajahinya tentu saja Banda Neira. “Ada benteng, bangunan zaman kolonial, serta rumah pengasingan tokoh-tokoh nasional seperti Sjahrir dan Hatta,” kata Rahung.
Tana Toraja
Melawat Tana Toraja serasa berziarah ke zaman purba. Setidaknya itulah yang dirasakan Rahung. “Tradisi yang masih kental dan alamnya yang memikat seperti membawa saya kembali ke tanah leluhur saya, Tano Batak, seratus tahun yang lalu,” ujarnya. Merujuk cerita sesepuh dan literatur kuno Batak, Toraja dan Batak memang berbagi sejumlah kesamaan, contohnya dalam desain rumah, sistem kekerabatan, serta upacara pemakaman.
Kepulauan Togean
Lanskap dan alam bawah laut Togean memukau mata. Tapi, lantaran cukup sukar dijangkau, kepulauan ini relatif sepi turis—dan inilah yang membuatnya menarik. Saat berlibur di sini, satu pengalaman yang paling dikenang Rahung ialah bertamu ke kampung-kampung Bajo, suku nomaden di Asia Tenggara. Di Togean, mereka mendiami rumah-rumah panggung di tepi pulau.