by Trinity 01 August, 2016
Panduan Menjelajah Seychelles
Oleh Trinity
Nama Seychelles sempat melambung usai dipilih sebagai tempat bulan madu oleh Pangeran William dan Kate Middleton. Sebelumnya, di kalangan turis Indonesia, kepulauan yang terapung di Samudra Hindia ini kurang dikenal. Jangankan mengunjunginya, membayangkan lokasinya di atas peta pun banyak orang kesulitan.
Dibandingkan Maladewa misalnya, tetangganya yang terpisah 2.000 kilometer, Seychelles memang belum menikmati reputasi sebagai destinasi utama dunia. Negara ini hanya membukukan 270.000 kunjungan turis asing, seperempat pencapaian Maladewa.
Tapi Seychelles setidaknya punya tiga aset yang tidak dimiliki tetangganya: kura-kura berusia dua abad, karnaval tahunan yang diikuti peserta internasional, serta buah kelapa gigantik yang bertubuh sensual. Saya datang untuk melihat ketiganya.
Saat pesawat bersiap mendarat di bandara, saya melongok ke jendela dan merasa sedang melayang di atas Indonesia Timur. Seychelles, negara terkecil di Afrika, disusun oleh 115 pulau yang dibingkai pantai berpasir putih, dinaungi perbukitan hijau, serta ditumbuhi nyiur. Populasinya cuma 92.000 jiwa. Luas daratannya 455 kilometer persegi, lebih kecil dari Singapura.
Saya mendarat di Mahe, pulau terbesar dan terpadat di Seychelles. Victoria, ibu kota negara, juga terletak di sini. Keluar dari pesawat, terik langsung menyengat dan saya berjalan menuju loket imigrasi dengan tubuh penuh peluh. Petugas imigrasi cukup pendiam, tidak banyak bertanya. Dia hanya meminta saya menunjukkan tiket bolak-balik, kemudian mengecap paspor dengan gambar yang menyerupai bokong wanita.
Saya menginap di daerah Pantai Beau Vallon, sekitar 15 menit berkendara dari Kota Victoria. Di sepanjang pantai berjajar hotel dan resor dengan latar perbukitan hijau. Pariwisata adalah sektor yang vital bagi Seychelles. Sekitar 70 persen devisanya dipasok dari kantong turis. Kendati demikian, negeri ini tidak membiarkan aspek komersial pariwisata memberangus ruang-ruang publik. Pantai misalnya, tidak ditutup oleh pagar hotel, sebab peraturan pemerintah menyatakan pantai milik semua orang. Usai check-in, saya langsung menuju pantai yang steril dari sampah dan menceburkan diri ke laut berair tenang.
Victoria tidak memiliki pencakar langit. Bangunan di sini rata-rata hanya berlantai dua dan beratap seng. Satu struktur yang paling menonjol adalah Arul Mihu Navasakthi Vinayagar, kuil berwarna-warni setinggi 50 meter yang dibangun pada 1992 dan sering terpampang fotonya pada kartu pos. Kuil ini melayani penganut Hindu, agama terbesar kedua di Seychelles setelah Kristen. Ajaran Hindu dibawa oleh orang-orang India yang diimpor sebagai budak pada masa lalu. >>