by Yohanes Sandy 01 March, 2016
Kuliner Melayu di Seminyak
Teks dan foto oleh Yohanes Sandy
Will Meyrick populer sebagai koki selebriti di Bali, tapi banyak juga yang tahu bahwa pria ini juga hobi bertualang. Pria pendiri Sarong Group ini sering berkelana di berbagai kota di Asia Tenggara untuk menjajal hidangan lokal sekaligus menimba ilmu dari para ahli.
Manifestasi dari perjalanannya adalah restoran-restoran yang tak pernah sepi pengunjung. Sarong misalnya, terus menjadi salah satu restoran terbaik di Bali. Restoran Mama San miliknya sudah membuka cabang di Kuala Lumpur dan Hong Kong. Sementara Hujan Locale sukses membawa kuliner Indonesia ke peta restoran kelas atas di Ubud.
Menambah panjang daftar portofolionya, pria yang juga bertanggung jawab atas menu yang disajikan di kelas bisnis Garuda Indonesia ini baru saja merilis restoran baru bernama Tiger Palm di Seminyak.
Tiger Palm bercokol di mal Seminyak Village. Desainnya eklektik dengan warna-warna solid yang seakan “melempar” tamu ke area Palm Court di Hotel Eastern and Orient. Interiornya menggabungkan gaya tropis dan sentuhan vintage Melayu dan Tiki. Seperti restoran miliknya yang lain, Will tetap mempertahankan ciri khas desain pilihannya: mural. Restoran ini sanggup menampung kurang lebih 120 tamu.
Will membawa sejumlah hidangan yang ditemukannya di Pulau Pinang (Penang) ke Pulau Dewata. Sebut saja mee mamak, bakso ikan, kuetiaw goreng, nasi lemak, dan aneka dim sum. Berbeda dengan Hujan Locale yang fokus kepada makanan khas Indonesia—terutama Jawa, membaca menu Tiger Palm membuat saya serasa sedang berada di sebuah restoran di Negeri Jiran. “Selama perjalanan saya di Malaysia, saya sangat terinspirasi akan keragaman makanan yang dimiliki mereka baik makanan pinggir jalan maupun di restoran,” tutur Will.
Saya berkunjung saat jam makan siang. Restoran setengah penuh. Pelayan sigap mengantarkan saya ke meja yang sudah saya pesan sebelumnya. Menunya dibagi dua: menu utama dan makan siang. Lalu, menu utama ini dipecah menjadi enam kategori lagi, yakni dim sum; salad; aneka kari dan braises; tandoori; serta aneka panggang, tumis, dan goreng. Daftarnya panjang, namun tak perlu waktu lama bagi saya guna menentukan makanan yang tepat untuk mengganjal perut siang ini. Dari menu utama, saya memesan bakpao char sui dan cumi goreng renyah ala Thailand sebagai pemanasan. Sementara untuk makanan utama, saya pilih mee mamak rebus yang saya comot dari menu spesial makan siang.
Satu hal lagi yang menyita perhatian saya adalah pilihan koktailnya. Alih-alih menggunakan nama seksi berbahasa Inggris, Will memilih menggunakan nama ramuan jamu khas Indonesia, sebut saja keset wangi, rapat wangi, galian montok, sehat pria, dan masih banyak lagi. Saya memesan ramuan sehat pria yang merupakan campuran dari bourbon asam, sirop, ginger beer, dan busa racikan pala. Rasanya segar dengan sedikit sentuhan pedas.
Makanan saya datang usai minuman dihidangkan. Di sini makanan hadir dengan porsi besar. Dim sum-nya disajikan hangat dengan sambal yang memancing selera makan. Sedangkan, cita rasa mee mamak yang saya pesan mengingatkan saya akan hidangan serupa yang saya santap di sebuah kedai di belakang gedung KL Sentral, Kuala Lumpur. Autentik.
Saya lahap menyantap hidangan tersebut. Tak ada keluhan. Kelihaian Will dalam mengolah bahan lokal menjadi hidangan Melayu sungguh melampaui ekspektasi saya. Saya dibuat jatuh cinta dengan tengkleng di Hujan Locale, kini saya dibuai dengan lezatnya mee mamak rebus di Tiger Palm.
Sambil menyesap koktail sehat pria yang sebentar lagi tandas, saya sibuk menebak kejutan apa lagi yang akan dihadirkan oleh Will Meyrick dalam proyek selanjutnya.
Seminyak Village, Lantai Dasar, Jl. Kayu Jati No. 8, Seminyak; tigerpalmbali.com; 0361/474-1824.