Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

8 Resor Tersembunyi di 8 Kabupaten

Kiri-kanan: Kolam renang privat di tipe Seaview Villa, Cempedak Private Island, resor baru yang berlokasi di sisi timur Bintan (pengarah gaya: Gabby Gabbana; busana dari Beyond The Vines, syal dari Hermès); Kolam renang komunal di Cempedak (pengarah gaya: Gabby Gabbana; pakaian renang dari K.BLU Swim). (Foto oleh: Muhammad Fadli)

Oleh Cristian Rahadiansyah, Yohanes Sandy, dan Reza Idris

Cempedak Private Island
Island resort khusus dewasa yang menaikkan standar kemewahan di Bintan.

Bintan dan Bali terus bersaing sebagai destinasi dengan tingkat pertumbuhan resor terpesat di Indonesia. Tapi ada satu keunggulan Bintan yang tidak dimiliki Bali: island resortCempedak, resor yang diresmikan Maret 2017, berlokasi di lepas pantai timur Bintan. Jaraknya sekitar 23 kilometer di selatan saudara tuanya, Nikoi. Keduanya bernaung di bawah manajemen yang sama, tapi membidik target yang berbeda: Nikoi terbuka untuk semua orang, sedangkan Cempedak membatasi usia tamu minimum 16 tahun.

Cempedak, sesuai namanya, bersemayam di Pulau Cempedak, daratan elok seluas 17 hektare yang bersemayam di Laut Cina Selatan. Sebagian pesisirnya dibingkai pantai berpasir putih dan ditaburi bebatuan granit, sementara interiornya dikerubungi pepohonan rimbun. Resor ini mengoleksi 20 unit vila bergaya tropis yang masing-masingnya dirakit dari bambu dan dipayungi rumbia. (Sebelas vila sudah beroperasi, sisanya akan dibuka pada Maret 2018.)

Kiri-kanan: Struktur bambu di vila di Cempedak, resor yang diresmikan Maret 2017; area makan terbuka di restoran milik Cempedak. (Foto oleh: Muhammad Fadli)

Di sini hanya terdapat dua kategori vila: Beach Villa yang sedikit berjarak dari pantai, serta Seaview Villa yang menyuguhkan panorama laut paling lapang. Setiap vila terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dihuni ruang bersantai dan kolam renang, sementara lantai atas berisi matras. AC absen, begitu pula televisi. Fitur modern yang tersedia hanyalah speaker portabel dan koneksi internet.

Resor ini mengusung moto barefoot luxury. Melebur dengan alam, baik di darat maupun laut, adalah aktivitas utama di resor. Tamu bisa mencoba trekking, island hopping, kayaking, snorkeling, atau menyelam. Perairan pulau ini terkenal akan karangnya yang sehat, karena itu senantiasa tercantum dalam peta operator selam di Bintan. “Beberapa aktivitas kami tawarkan gratis” ujar Marjan, General Manager.

Untuk island resort, kualitas makanan di restoran sama pentingnya dengan kenyamanan di vila—dan Cempedak berhasil mengejawantahkan petuah tersebut. Tim dapurnya berisi juru masak bertalenta yang membuat resor ini layak kembali dikunjungi untuk sekadar menikmati makanannya.

Cempedak, Bintan, Kepulauan Riau; 0811-7008-040; cempedak.com; mulai dari Rp4.500.000.

Kiri-kanan: kolam renang di teras restoran Kalimaya; Eric James McAskill, salah seorang pemilik Kalimaya, berenang di perairan Pulau Sangeang. (Foto: Nyimas Laula)

Kalimaya Dive Resort
Resor “nekat” yang membuka jalan bagi tumbuhnya wisata selam di timur Bima.

Kecuali ajang pacuan kuda, Bima tak menawarkan banyak alasan untuk dikunjungi. Justru sebaliknya, kabupaten ini menyodorkan beragam alasan untuk tidak dikunjungi. Namanya sempat ditulis dengan tinta merah lantaran menjadi wadah gembong teroris Santoso merangkul pengikut. Dalam hal pengentasan kemiskinan, tempat ini menjadi sorotan karena hampir separuh desanya masuk kategori tertinggal. Akan tetapi, di balik citranya yang suram, Bima ternyata menyimpan aset wisata yang mumpuni: alam bawah laut yang memukau. Atas alasan itulah Kalimaya hadir di sini pada Oktober 2016.

Kalimaya berlokasi di timur Bima, di tepi Selat Sape yang memisahkan Sumbawa dan Flores. Jaraknya sekitar dua jam berkendara dari Bandara Sultan Muhammad Salahuddin. Resor ini menampung enam bungalo. (Bungalo untuk keluarga rampung dibangun beberapa bulan silam, tapi belum dipasarkan.) Tiap unitnya dirangkai dari kayu jati dan mahoni, dipayungi ilalang, dihubungkan jalan setapak yang dilapisi bata. Listrik menyala nonstop. Air tawar hangat mengalir dari shower. Satu-satunya yang absen hanyalah televisi, perangkat yang mungkin tak dibutuhkan tamu mengingat tontonan dari balkon bungalo sudah cukup menghibur: laut pirus, Gili Banta, dan Pulau Komodo di kejauhan.

Menu makan siang di Kalimaya Dive Resort.

Resor ini didedikasikan bagi penyelam. Fasilitasnya antara lain dive center, dive boat, dan restoran yang dilengkapi kolam renang. Merujuk pemetaan terakhir, ada 40 titik penyelaman di sekitar resor. Salah satu lokasi favorit tamu adalah Pulau Sangeang. Perairannya dipenuhi belut dan nudibranch. Berkat koleksi satwa lautnya, Sangeang rutin dijadikan titik pemberhentian dalam jalur pesiar yang bertolak dari Bali menuju Flores.

Di Bima, Kalimaya adalah dive resort perintis, properti yang membuka jalan bagi tumbuhnya industri pariwisata. “Kawasan timur karakternya berbeda,” ujar Loren Vazquez Zubieta, salah seorang pemilik Kalimaya, saat ditanya soal citra suram Bima. “Orang-orang di sini ramah. Resor ini bisa berdiri juga berkat bantuan mereka.”

Poja, Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat; kalimayadiveresort.com; Rp10.970.000 per orang untuk tiga malam, termasuk makan tiga kali per hari, perlengkapan selam, empat kali sesi menyelam dengan perahu.

Kiri-kanan: Kamar yang kaya sentuhan desain Jawa di Bangsring Breeze, suaka retret di pesisir timur Jawa Timur; gado-gado, es buah, dan bubur ketan ireng di Bangsring Breeze. (Foto oleh: Putu Sayoga)

Bangsring Breeze
Suaka retret sederhana di tepi selat yang memisahkan Jawa dan Bali.

Sosoknya mungil dan bersahaja. Lokasinya menyepi di balik desa petani. Di sini, kemewahan tidak diterjemahkan dalam wujud lobi marmer, kerling sampanye, atau gelembung jacuzzi. Alih-alih, tamu diajak menikmati kesederhanaan, ketenangan, juga kesejukan. “Resor ini hadir untuk mengajak orang melihat alam yang masih jauh dari radar turis,” kata Jamie Aditya, mantan tamu Bangsring Breeze.

Resor ini ditata berundak di lereng yang menatap Selat Bali. Dari teras kamar, kita bisa melihat Pulau Menjangan. Menengok ke sisi belakang resor, Gunung Raung dan Merapi menjulang agung. Sepanjang hari, angin sepoi-sepoi berkesiur dari laut atau gunung. Angin sejuk itu jugalah yang dulu menginspirasi nama “Breeze.”

Kiri-kanan: Menikmati sajian ditemani pemandangan memikat; diapit laut dan gunung-gunung, resor ini didaulat menjadi yang tercantik di pesisir timur Jawa Timur. (Foto oleh: Putu Sayoga)

Di lahan seluas satu hektare, Bangsring Breeze menaungi dua unit bungalo dan tiga suite. Semuanya dibanderol dengan tarif yang sama, walau masing-masingnya memiliki suguhan yang berbeda. Tipe Garden Bungalow menawarkan privasi dan kamar mandi terluas; tipe Villa Suite menyajikan serambi yang fotogenik; sementara tipe Garden Suite berjarak paling dekat dari kolam renang dan restoran.

Bangsring Breeze menawarkan beragam aktivitas. Suaka retret ini bisa setiap saat disulap menjadi basecamp bagi para petualang. Setengah jam meluncur dengan perahu, kita bisa menyelam di perairan Taman Nasional Bali Barat. Berkendara 90 menit ke arah barat, pencinta trekking bisa menguji stamina di Dataran Tinggi Ijen. Mengayuh sepeda, dalam hitungan menit kita akan tiba di kebun kopi Kaliklatak.

Jl. Raya Situbondo KM.17, Desa Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur; 0823-3126-4847; bangsringbreeze.com; mulai dari Rp1.580.000.

Seorang peselancar asing mengendarai ombak Pantai Watu Karung di selatan Pacitan. (Foto oleh: Atet Dwi Pramadia)

Desa Limasan
Kompleks rumah Jawa yang didesain oleh peselancar dan didedikasikan bagi peselancar.

Pada 2009, tiga selebriti di dunia selancar melawat Pacitan dan menemukan Pantai Watu Karung. Ketiganya—Rizal Tandjung, Marlon Gerber, dan Bruce Irons—langsung terpikat oleh ombak-ombaknya yang langka. Di Watu Karung, laut mengempas di antara dua bongkahan batu besar, kemudian memproduksi ombak left-hand dan right-hand sekaligus. Artinya, Anda bisa bebas memilih untuk berselancar ke arah kanan atau kiri.

Trio itu menjajal ombak-ombak ajaib tersebut, dan media mengabadikannya. Aksi Bruce terpampang pada sampul dua media selancar bergengsi. Majalah Waves memberi tajuk “Bruce Irons Scores Mystery Wave,” sementara Surf menuliskan judul yang lebih bombastis, “The Last Secret Spot.” Sejak itu, Watu Karung tercantum dalam sirkuit selancar global.

Kiri-kanan: Interior bergaya Jawa di Limasan Darmadi; salah satu vila di Desa Limasan. (Foto oleh: Atet Dwi Pramadia)

Desa Limasan berdiri di bibir Watu Karung, sekitar tiga jam berkendara dari Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Surfer village ini dikelola oleh Roman Gerber, mertua Rizal Tandjung yang juga ayah Marlon Gerber. Desa Limasan menampung enam unit vila berisi satu hingga empat kamar yang disebar di lahan seluas 6,5 hektare. Satu unit vila ditancapkan di puncak bukit, satu vila lainnya di lereng, sementara sisanya disebar di padang rumput yang ditaburi pohon kelapa.

Tiap vila di Desa Limasan, sesuai namanya, berbentuk rumah limasan. Desainnya kental dengan langgam Jawa: tiang kayu jati, emperan berisi kursi becak, tegel motif bunga, sofa jengki, lampu kerek, serta ornamen bubungan di atap genting. “Semua vila dirangkai dari rumah limasan asli yang saya beli bertahap,” jelas Roman.

Sejak ditemukannya Watu Karung oleh Rizal dan kawan-kawan, Pacitan merekah jadi kutub selancar baru di Jawa Timur setelah G-Land di Banyuwangi. Banyak figur kondang berdatangan, mulai dari jawara sekaliber Kelly Slater hingga begawan semacam Gerry Lopez. Agustus silam, pantai ini terpilih sebagai tuan rumah seri kualifikasi World Surf League—ajang yang turut dihadiri putra kebanggaan Pacitan, Susilo Bambang Yudhoyono.

Dusun Ketro, Pacitan, Jawa Timur; 0813-3231-6459; desalimasan.com; mulai dari Rp1.000.000, termasuk makan tiga kali per hari untuk dua orang.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5