Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tur Kereta Terpendek di Dunia

Teks & foto oleh Pamela McCourt Francescone

Gelar resminya “jalur kereta terpendek di dunia.” Fakta yang tak mengejutkan berhubung operatornya adalah negara terkecil sejagat—Vatikan. Lintasan sepanjang 300 meter ini dimulai di Vatican Gardens, membentang ke tepian Kota Roma, lalu menyatu dengan rel milik perusahaan kereta Italia. Durasi perjalanannya lebih singkat dari waktu yang dibutuhkan untuk menyantap sepiring spaghetti Bolognese.

Beberapa tahun silam, jalur ringkas ini dibuka untuk publik. Setiap Sabtu pagi, kereta Trenitalia mengangkut penumpang menuju Kota Castel Gandolfo di Perbukitan Alban. Wisata unik ini lazimnya dimulai dengan dua aktivitas. Pertama, kunjungan dini hari ke Vatican Museums dengan “hidangan penutup” menonton Kapel Sistina dan adegan Penghakiman Terakhir karya seniman Michelangelo. Aktivitas ini tentu pernah dilakoni banyak peziarah, tapi kegiatan berikutnya relatif belum terlalu populer, yakni jalan kaki 15 menit membelah Vatican Gardens, menyusuri jalan setapak yang dihiasi arca dan grotto, lalu mengintip kebun privat milik Sri Paus. Atmosfernya hening, walau bukan berarti syahdu, sebab gerak-gerik kita senantiasa diawasi para penjaga.

Kiri-kanan: Salah satu patung bersejarah di Pontifical Villas; pohon-pohon rindang di Pontifical Villas,

Rampung dua kegiatan pembuka, penumpang digiring ke Stasiun Vatikan yang dibalut marmer. Usai melewati lengkungan besar yang dihiasi emblem Paus Pius XI, kereta menyeberangi Sungai Tiber, melewati saluran air warisan Romawi, lalu perlahan-lahan membelah kebun anggur dan zaitun menuju Perbukitan Alban. Kurang dari satu jam, kereta tiba di Stasiun Albano Laziale, lalu penumpang berpindah ke shuttle bus jurusan Castel Gandolfo.

Sepanjang 400 tahun, Paus senantiasa melawat kota perbukitan Castel Gandolfo demi berlindung dari musim panas Roma yang menyengat. Tapi tradisi ini telah dipatahkan oleh Paus Fransiskus. Ketimbang dipakai berlibur, istananya malah dibuka untuk umum sejak empat tahun silam. Kemudian, pada 2016, dia untuk pertama kalinya membuka pula apartemen pribadinya—keputusan yang membuat wisata kereta Vatikan kian atraktif.

Castel Gandolfo bersemayam di tepi kaldera purba, bertengger anggun di atas Danau Albano. Alun-alunnya dibayangi oleh fasad jambon Papal Palace. “Sebenarnya Castel Gandolfo 11 hektare lebih luas dari Vatikan,” kata Osvaldo Gianoli, Direktur Pontifical Villas, properti milik Vatikan. Selain istana, observatorium, serta vila warisan Kaisar Diocletian, kota ini menampung kebun seluas 25 hektare. “Sebelum dan setelah dibeli oleh Paus Pius XI pada 1930-an, Castel Gandolfo terus memproduksi susu, minyak zaitun, dan madu, walau baru-baru ini juga menghasilkan wine,” tambah Gianoli.

Interior kereta yang didominasi warna biru.

Kegiatan di sini terpecah dalam tiga bagian. Pertama, ziarah spiritual menyelami kisah Takhta Suci dan bertamu ke apartemen pribadi Paus. Kedua, blusukan di vila Diocletian. Terakhir, wisata kebun untuk melihat sejumlah tanaman eksotis, salah satunya sebatang pohon zaitun pemberian Raja Hussein dari Yordania. Castel Gandolfo juga merekam episode sejarah yang menyentuh. Semasa Perang Dunia II, Paus Pius XI melindungi 12.500 pengungsi di sini, serta menyulap kamar tidur pribadinya menjadi bangsal bersalin di mana 35 bayi dilahirkan.

Seperti yang mudah dibayangkan, kediaman Paus didesain elegan. Interiornya ditaburi benda yang sarat cerita, mencakup ornamen, perabot antik, serta perlengkapan upacara seperti kain dan tandu yang dulu dipakai untuk mengangkut Paus. Dari kamar tidur Paus, kita bisa mengintip Kota Roma dan Laut Mediterania di kejauhan.

Taman di Pontifical Villas, properti milik Vatikan di kota perbukitan Castel Gandolfo.

Selain petilasan sakral, Castel Gandolfo menawarkan kenikmatan duniawi. Di kedai wine (fiaschetteria), contohnya Frascati dan Marino, wine putih dan merah bisa dinikmati cukup dengan memutar keran. Nektar ini biasanya dipadankan dengan porchetta, daging babi tanpa tulang yang dipanggang perlahan dan galibnya disantap bersama roti hangat. Makanan khas Roma ini mudah ditemukan di restoran dan pasar.

Menurut Gianoli, tur kereta Vatikan telah menyuntikkan gairah baru ke kota kecil Castel Gandolfo, sekaligus mengompensasi absennya Paus Fransiskus tiap musim panas. Kendati begitu, dia menjamin arus turis tidaklah mengusik rutinitas 55 orang stafnya dalam merawat istana dan kebun. “Semua tetap terurus,” klaim Gianoli. “Kami selalu siap melayani Bapa Suci.”

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/September 2018 (“Sepur Sakral”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5