Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

6 Fakta Unik Sydney Opera House

Satu dekade silam, Sydney Opera House diganjar predikat Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Berikut enam fakta unik tentang ikon Australia tersebut.

Riwayat
Opera House diresmikan oleh Ratu Elizabeth II pada 20 Oktober 1973. Sejarahnya penuh liku. Mula-mulanya, pada 1956, pemerintah New South Wales menggelar sayembara desain. Usai menyeleksi lebih dari 200 proposal, dewan juri memilih rancangan karya Jørn Utzon asal Denmark. Tahap awal yang lancar itu berubah kacau dalam proses eksekusi. Dicanangkan rampung dalam empat tahun, megaproyek ini molor hingga 14 tahun. Sementara anggarannya yang diperkirakan mencapai $7 juta meroket jadi $102 juta.

Prestasi
Tim seleksi Situs Warisan Dunia menggambarkan bangunan ini “sebagai mahakarya kreativitas manusia.” Saat menganugerahkan Pritzker Prize kepada Jørn Utzon, Frank Gehry memuji Opera House sebagai “bangunan yang berhasil mengubah citra sebuah negara.” Dari segi seni rancang bangun, Opera House memang sebuah terobosan yang radikal, terutama dalam desain atapnya yang saling menumpuk dan terkoneksi.

Spesifikasi
Opera House menaungi tujuh aula, salah satunya Concert Hall di mana Arnold Schwarzenegger memenangkan ajang binaraga Mr. Olympia pada 1980. Kompleks ini memiliki luas 2,2 hektare, cukup untuk menampung tujuh armada A380. “Layar” tertingginya menjulang 67 meter, sementara atapnya dilapisi lebih dari satu juta panel. Meski didirikan saat isu pemanasan global masih sayup terdengar, Opera House melampaui zamannya dengan menerapkan prinsip ramah lingkungan. Interiornya disejukkan (dan dihangatkan) oleh udara hasil pengolahan air laut.

Kontroversi
Guna menalangi biaya konstruksi Opera House yang kolosal, pemerintah menjaring dana melalui sistem lotre dengan hadiah utama £100.000. Inisiatif inilah yang kemudian secara tidak langsung memicu kasus kejahatan terkenal Graeme Thorne Kidnapping. Graeme, bocah delapan tahun, diculik pada 7 Juli 1960, lalu ditemukan tewas sebulan berselang. Apa hubungannya dengan Opera House? Ayahnya, Bazil, pemenang lotre garapan pemerintah.

Atraksi
Opera House menggelar sekitar 2.000 pertunjukan per tahun. Pentas perdananya bergulir sebelum bangunan diresmikan. Pada 1960, Paul Robeson menyanyikan Ol’ Man River guna menghibur para kuli yang tengah makan siang. Seniman Indonesia juga pernah tampil di sini. Pada 2013, pianis Gabriella Handoko menggelar resital solo. Tahun lalu, grup kolintang Pinkan membawakan nomor klasik seperti Sinanggar Tullo dan Ampar-Ampar Pisang.

Renovasi
Pada 2011, seluruh lampu Concert Hall diganti dengan bohlam LED. Pada 2016, sejumlah ruang kantor dijadikan Creative Learning Centre. Suguhan baru yang juga menarik adalah Google Cultural Institute. Tahun lalu, Google mengutus timnya untuk merekam seluruh sudut bangunan memakai kamera 360. Hasilnya? Kita bisa menyaksikan 1.270 artefak digital dan 50 pameran maya interaktif.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/Agustus 2017 (“Rumah Belantika”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5