Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sumba di Mata Christopher Burch

Nihi Sumba terhampar di lahan seluas 234 hektare yang memiliki makna spiritual bagi para penganut kepercayaan Marapu.

Bagi saya, Sumba adalah tempat terindah di dunia,” ujar Christopher Burch, pemilik wellness resort Nihi Sumba dalam sebuah wawancara bersama Chris Hanrahan. “Sumba merupakan tempat yang tepat untuk relaksasi,” lanjutnya.

Nihi Sumba, tempat favorit Christopher yang terletak di sisi timur Indonesia ini, merupakan hotel tepi pantai di Pulau Sumba yang menawarkan deretan vila mewah dengan layanan terbaik. Resor tersebut juga menyuguhkan beragam aktivitas, mulai dari sunrise yoga yang ditemani panorama memikat, kelas selancar dengan instruktur kelas dunia, hiking ke desa-desa setempat, dan menikmati spa di pinggir tebing. Bahkan, Nihi Sumba juga menawarkan sesi berkuda.

Christopher Burch merupakan miliarder berusia 66 tahun dan CEO Burch Creative Capital—perusahaan yang berbasis di New York yang mengelola investasi ventura dan pengembangan merek. Tony, yang merupakan salah satu pendiri Tory Burch LLC (dia dan perancang busana Tory [Robinson] Burch menikah pada 1996 dan bercerai pada 2007 silam), sangat terkesan dengan Pulau Sumba saat pertama kali berkunjung ke Nihi Sumba (dulunya bernama Nihiwatu). Kekagumannya tersebut diakhiri dengan mengakuisisi resor yang dulunya dikenal sebagai suaka peselancar tersebut.

Nihi adalah resor indah yang menawarkan eksplorasi pulau dan kerja sama komunitas. Tawarannya fokus pada program wellness dengan menyediakan beragam aktivitas seru seperti safari spa—paket spa berdurasi satu hari atau setengah hari yang mencakup trekking dan bertemu penduduk lokal.

Apa yang telah dipelajari Burch dari penduduk lokal? “Meskipun hidup mereka tidak bisa dibilang mudah—baik secara ekonomi maupun lingkungan, namun mereka selalu tersenyum,” jawabnya. Burch berharap seluruh tamunya atau siapa pun saja yang mengunjungi Sumba juga dapat tersenyum selama berada di pulau ini.

“Kami ingin memberikan layanan mewah yang bertanggung jawab dan setiap tamu dapat menjadi bagian dari pengalaman yang berkelanjutan, secara etis dan sehat,” lanjutnya. Resor ini didirikan atas dasar kepercayaan dan kerja sama dengan masyarakat setempat, dan hingga hari ini mereka tetap menjadi nyawa resor tersebut. Sekitar 90 persen staf, termasuk yang berada di posisi senior, merupakan warga lokal.

Kiri-kanan: Christopher Burch; sensasi spa di pinggir tebing ala NihiOka Spa Safari.

Sumba bukanlah surga. Sumba merupakan salah satu pulau termiskin di Indonesia dengan ketersediaan air yang kerap menjadi masalah di pulau ini. Selama musim kemarau, banyak sungai yang mengering dan penduduk desa bergantung pada sumur. Setiap hari, mereka harus melakukan perjalanan jauh hanya untuk mengambil air. Ingin mengurangi beban masyarakat setempat, Burch kemudian menyumbang sejumlah uang kepada The Sumba Foundation untuk proyek pengeboran sumur di desa-desa.

Tujuan dari yayasan tersebut adalah untuk memberikan bantuan kemanusiaan melalui proyek-proyek desa dengan membangun akses air bersih, menciptakan program pendidikan dan mengurangi dampak malaria. “Prioritas utama kami juga untuk melestarikan dan menghormati budaya dan tradisi masyarakat Sumba,” pungkas Burch.

Perjalanan ke Nihi Watu sendiri sama menariknya dengan pengalaman menginap di resor tersebut. “Menyelami kehidupan di Sumba dimulai sejak perjalanan satu setengah jam berkendara dari Bandara Tambolaka, meninggalkan jalan-jalan ramai di Bali, dan merasakan suasana yang merupakan campuran Afrika dan Asia,” tulis situs web resmi Nihi Sumba. “Perjalanan dimulai dari permukaan laut kemudian mendaki ke Pegunungan Rijewa di ketinggian 500 meter. Lanskap yang disajikan dari kaki gunung menuju puncak dibingkai  perkebunan jati dan mahoni serta hutan lebat Sumba.”

Untuk menjangkau pulau ini, para tamu berkocek tebal bisa menyewa helikopter atau pesawat pribadi dari Bali ke Sumba. Terbang menggunakan helikopter dari Bandara Sumba Tambolaka ke resor juga bisa menjadi pilihan. Apapun transportasi yang Anda pilih untuk mencapai Nihi Sumba, pihak resor berharap setiap tamu dapat menyerap kebudayaan lokal Sumba sekaligus menyelami kehidupan para penduduknya. Untuk mewujudkan misi tersebut, tamu dapat mampir ke desa dan pasar lokal guna kesenian dan kriya setempat, berkunjung ke situs megalitik, hingga melihat langsung pembuatan tenun ikat.

Baca juga: 9 Resor Peselancar di Indonesia; Rekaman Perjalanan Awarta Nusa Dua Resort & Villas

Mandaka, salah satu villa terbesar yang ada di Nihi Sumba.

Setiap Februari dan Maret, Sumba juga rutin menggelar ritual Pasola untuk menyambut hasil panen. Pasola merupakan ritual dalam bentuk permainan saling serang antara dua kelompok. Tiap peserta menunggang kuda dengan kecepatan tinggi sembari berusaha melempar lembing kayu ke pemain lawan. Sebagai bagian dari ritual, biasanya para pendeta Marapu di wilayah Wanukaka pergi ke pantai untuk melakukan doa. Ritual berisi pengorbanan ayam hitam untuk para dewa dan mengumpulkan cacing laut warna-warni.

Di pantai yang sama, dua peselancar dunia Claude dan Petra Graves menjajal kekuatan ombaknya pada 1988 silam dan sekaligus mendatangkan ide untuk membangun resor. Resor yang kelak mewartakan keindahan Sumba ke dunia internasional.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5