You searched for cristian rahadiansyah - DestinAsian Indonesia https://destinasian.co.id/ Majalah travel premium berbahasa Indonesia pertama Thu, 25 Jan 2024 19:07:23 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.4 Checking in: Garrya Bianti Yogyakarta https://destinasian.co.id/checking-in-garrya-bianti-yogyakarta/ https://destinasian.co.id/checking-in-garrya-bianti-yogyakarta/#respond Thu, 25 Jan 2024 18:48:46 +0000 https://destinasian.co.id/?p=73477 Resor pertama Garrya di Indonesia. Menawarkan vila-vila terakota di kawasan pedesaan.

The post Checking in: Garrya Bianti Yogyakarta appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Garrya Bianti Yogyakarta dengan latar Gunung Merapi dan Merbabu.

Grup Banyan (sebelumnya bernama Banyan Tree) menambah portofolionya di Indonesia. Setelah lama beroperasi di Bintan dan Bali, jaringan hotel asal Singapura ini membuka properti pertamanya di Jawa pada akhir 2023. Lokasinya menyepi di utara Yogyakarta. Arsitekturnya atraktif. Tarifnya cukup berani.

Kolam renang utama yang terkoneksi dengan kedai Kopi Zop.

Lokasi
Garrya, merek buatan 2021 dari Grup Banyan, difokuskan untuk “emerging destinations.” Untuk properti debutnya di Indonesia, merek ini memilih lokasi Kabupaten Sleman di belahan utara Yogyakarta. 

Melihat perkembangannya, Sleman mungkin pas disebut “emerging.” Awalnya, kawasan penghasil salak ini hanya dikunjungi turis yang ingin menikmati alam dan panorama Gunung Merapi. Belakangan, mulai muncul tempat-tempat trendi, dari butik cokelat, kelab malam, hingga kedai kopi waralaba.

Di Sleman, Garrya Bianti Yogyakarta menyempil di daerah pedesaan, sekitar 12 kilometer di utara Keraton Yogyakarta. Areanya rindang, dipenuhi pepohonan. Atmosfernya guyub. Di tepi resor, sungai kecil mengalirkan air dari kaki Merapi. Tak salah jika tamu merasakan sensasi romantis Ubud saat menginap di sini.

Lobi dan tangga utama di Garrya Bianti Yogyakarta, resor rancangan Arte Architect asal Bali.

Desain
Batu bata seolah menemukan momentum untuk dilirik kembali sebagai bahan bangunan resor. Potato Head Suites Seminyak, Titik Dua Ubud, Andaz Sanur adalah beberapa contoh yang memakainya. Kasus serupa terlihat pada Garrya Bianti Yogyakarta, walau dengan rujukan desain berbeda.

Resor ini memetik ilhamnya dari Kotagede, bekas ibu kota Kesultanan Mataram, yang mewariskan tradisi konstruksi bata merah. Contohnya yang paling kentara ialah kompleks makam para raja. Namun begitu, khusus untuk vila-vilanya, resor ini lebih condong ke Candi Sukuh di Karanganyar. Bentuknya mirip piramida. Dilihat dari kejauhan, Garrya Bianti Yogyakarta menyerupai kompleks candi terakota yang terhampar di tepi sungai.

Suguhan eksterior itu diimbangi di bagian interior. Resor ini ibarat sebuah demonstrasi akan kualitas kriya kayu Indonesia. Dari pintu, lantai, perabot, hingga dek kolam renang, semuanya didominasi bahan kayu solid. Peragaan paling eksesif terlihat di lobi. Sisi dalam atapnya dibalut kayu dengan detail yang impresif.

Garrya Bianti Yogyakarta menampung 24 vila yang dilengkapi kolam renang privat.

Akomodasi
Saat diresmikan pada Oktober 2023, resor ini langsung menjadi bahan pergunjingan lantaran tarifnya yang cukup mahal. Kisarannya Rp4-5 juta per malam, melampaui semua hotel premium di Yogyakarta, termasuk Phoenix, Tentrem, Royal Ambarrukmo, juga Hyatt Regency.

Ada alasan di balik standar tarif itu. Dibandingkan hotel-hotel bintang lima tadi, Garrya Bianti Yogyakarta menyuguhkan kategori akomodasi yang berbeda. Resor ini hanya menawarkan vila, bukan kamar. Untuk chain hotel, ini tergolong baru di Yogyakarta.

Total ada 24 vila di sini. Salah satunya berkapasitas dua kamar. Mereka ditata berundak seperti sawah terasering, menjulur ke sungai di kaki kompleks. Tiap vila dilengkapi kolam privat, bathtub besar berbentuk batu, serta matras dengan bed sheet 400 TC. Sejalan dengan karakter Garrya yang menonjolkan wellness, tiap vila juga dilengkapi matras yoga dan resistance band. Tapi tawarannya yang paling menyenangkan ialah pijat singkat saat check in dan minibar yang sudah termaktub dalam tarif.

Area dek di restoran Refresh yang menawarkan panorama sungai.

Fasilitas
Bonus pijat saat check in ibarat teaser untuk aneka perawatan di 8lements Spa. Lokasinya di bawah lobi. Bertetangga dengan tempat ini, ada pusat kebugaran mini yang beroperasi 24 jam.

Kolam renang utama terhampar di jantung resor. Di sampingnya, kedai Kopi Zop merangkap fungsi sebagai area bersantai dan menikmati afternoon tea. Aktivitas yoga dipusatkan di Movement Studio. Saat cuaca cerah, kelas-kelas kebugaran direlokasi ke area yang lebih fotogenik: dek kayu di tepi sungai.

Refresh, restoran utama resor, melayani sarapan, serta makan siang dan malam. Khas properti Grup Banyan, komposisi makanan Thailand paling menonjol dalam buku menunya. Kelak, tawaran ini akan dinaikkan menjadi magnet tambahan resor. Garrya Bianti Yogyakarta berencana membuka restoran baru khusus kuliner Thailand.

Garrya Bianti Yogyakarta, Desa Gabugan, Pandowoharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta; 0274/2888-888; garrya.com

Teks: Cristian Rahadiansyah
Foto: Garrya Bianti Yogyakarta

*Ulasan dibuat berdasarkan pengalaman menginap pada 24-26 Januari 2024. Pembaca mungkin akan menemukan perbedaan antara apa yang tertulis dan kondisi terbaru hotel.

The post Checking in: Garrya Bianti Yogyakarta appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
https://destinasian.co.id/checking-in-garrya-bianti-yogyakarta/feed/ 0
Panduan Kuliner Kota Magelang https://destinasian.co.id/panduan-kuliner-kota-magelang/ https://destinasian.co.id/panduan-kuliner-kota-magelang/#respond Thu, 04 Jan 2024 09:27:43 +0000 https://destinasian.co.id/?p=73244 Di kota yang dijuluki “West Point versi Indonesia,” kuliner legendaris bertaburan. Simak panduan melacaknya.

The post Panduan Kuliner Kota Magelang appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
SARAPAN
Gudeg Ayu Bu Hetty
Andai rasa lapar pagi masuk stadium tinggi, Gudeg Ayu Bu Hetty layak dipilih. Porsi gudegnya besar. Ayamnya gemuk. Kereceknya royal. “Gudegnya agak basah,” tambah Bu Hetty, tentang ciri khas gudeg Magelang. Dia berdagang sejak 1985 di pelataran gedung yang sudah gonta-ganti penghuni: dari pasar, menjadi Hero, lalu Giant, dan kini ACE Hardware. Saban harinya, warung kaki lima ini beroperasi sejak subuh hingga pukul 10. Pelanggannya beragam, dari warga lokal, pemain golf di padang sebelah, hingga pejabat. “Belum lama Pak Krishna Murti makan di sini,” tambah Bu Hetty.

Soto Ayam Pak Trimo
Lokasinya di gang sempit. Saking sempitnya, pejalan kaki mesti melipir saat sepeda motor lewat. Tapi atmosfernya romantis: jalan paving block, rumah-rumah model lama, bunga-bunga di pelataran. Di salah satu rumah ini, Soto Ayam Pak Trimo menempati bekas garasi. Sotonya terdiri dari nasi, perkedel, taoge, sedikit bihun, irisan ayam—semua berenang dalam kuah keruh di mangkuk. “Disuka karna beda,” tulis slogan di spanduknya. Apa yang beda? “Ada banyak rempah di kuahnya,” jawab stafnya.

MAKAN SIANG
Sop Senerek Pak Parto
Gunung Tidar dipercaya sebagai pusarnya Jawa. Posisinya memang di tengah pulau, setidaknya secara spiritual, bukan geografis persis. Karena itulah tempat ini diyakini bertuah, juga rutin diziarahi. Di kaki Tidar, ada satu lagi situs ziarah yang populer, khusus di kalangan pencinta kuliner, yakni Sop Senerek Pak Parto. Sajiannya sup khas lokal: irisan wortel, bayam, kacang merah, daging sapi, disiram kaldu daging dan ditaburi bawang goreng. Lebih mantap tambah gorengan. Sup senerek bisa ditemukan di banyak tempat di Magelang. Dalam hal popularitas, pesaing Pak Parto ialah Bu Atmo.

Kupat Tahu Pak Pangat
Jika ada kontes kupat tahu terbaik, kreasi Pak Pangat setidaknya lolos putaran final. Komposisi bahannya sama dengan kupat tahu umumnya, tapi kualitasnya prima. Tiap bahan terasa segar. Keunggulan lainnya terletak dalam cara meracik. Di sini, semua bahan diproses usai dipesan tamu, bukan “pre-made.” Bumbu kacang diulek langsung di atas piring. Tahu baru digoreng dan kubis diiris. Bakwannya masih renyah dan hangat. Kupat Tahu Pak Pangat berada di dua alamat. Sang pendiri bermarkas di Jalan Sunan Gunung Jati. Anaknya bertugas di cabang Jalan Panembahan Senopati

KOPI
The Cabin Coffee Bar
Sebelum disatroni Dian Sastro dan diserbu turis, Cabin Coffee Bar sudah punya pamor di kalangan warga lokal. Produk unggulannya ialah cappuccino dan manual brew berbahan biji premium yang dirotasi acak. Kadang ada biji Guatemala. Di lain waktu, ada biji dari Common Ground. Untuk makanan, beberapa tawarannya terbilang langka di Kota Magelang, contohnya English muffin dan tuna burrito. Tapi bintang utamanya tetaplah aneka salad. Setidaknya ada sembilan opsi yang bisa dipilih. Masing-masingnya berporsi besar, dengan harga yang bersahabat. Menguping gosip lokal, Cabin sebenarnya proyek idealis, bukan unit bisnis. Pemiliknya seorang dirut perusahaan plastik—dan plastik adalah produk ekspor nomor satu dari Kota Magelang.  

Coffeeville – Oishi Pan
Coffeeville menawarkan aneka kopi, sedangkan Oishi Pan memproduksi roti. Kedua gerai ini berbagi tempat di bangunan dua lantai di jalur elite kota. Lantai atasnya sempat dihuni galeri. Beberapa koleksinya masih tersisa, menghiasi sisi teras dan interior. Coffeeville – Oishi Pan menawarkan aneka kopi dengan harga cukup bersahabat. Beberapa kreasinya tergolong “kenes,” di mana kopi diperlakukan lebih sebagai “fondasi” ketimbang esensi. Contohnya raspresso (espreso dengan sirup rasberi) dan popcorn latte (namanya sudah menjelaskan wujudnya).  

JAJAN SORE
Es Murni
Saat restoran ini diresmikan, Pak Jokowi baru berusia satu tahun. Jejak panjang ini turut mengantarkannya menjadi ikon kuliner kota. Es Murni menyajikan aneka makanan. Tapi tawaran utamanya masihlah aneka es khas Indonesia, umpamanya es campur, doger, teler, dawet, serta plered. Belum lama, sang pemilik melebarkan sayap usahanya ke Yogya, sementara anaknya berbisnis roti. Satu saran jika ingin mampir: hindari akhir pekan, agar bisa makan lebih tenang, di ruang yang lebih lengang.   

Depot Es Semanggi
Lebih tua dari Es Murni, Depot Es Semanggi didirikan saat Indonesia baru lima tahun merdeka. Koleksi menunya lebih ringkas. Hanya ada es sirop, jeruk, kelapa muda, dawet, dan plered. Bisa tambah susu, cokelat, tape, atau roti. Makanannya juga simpel: aneka gorengan siap saji di meja. Depot Es Semanggi berada di dua lokasi. Gerai orisinal di jalur penghubung Semarang dan Magelang. Di sini, interiornya lebih lapang dan nyaman. Cabangnya berada di area parkir basemen Matahari Department Store.

MAKAN MALAM
Rumah Makan Laras Hati
Ibarat wagyu, ayam goreng restoran ini masuk kategori marble 10. Dagingnya juicy dan lembut, begitu mudah lepas dari tulang. Kulitnya renyah, ditambah sedikit keremes. Satu lagi yang spesial: sambalnya segar. “Hanya pakai ayam kampung, dan hanya yang jantan,” kata pramusaji tentang rahasia kelezatan ayamnya. “Dan tidak langsung digoreng. Tapi direbus dulu pakai rempah dan daun kunir.” Selain ayam goreng, RM Laras Hati menghidangkan aneka kuliner Cina dengan pengaruh rasa Jawa.  

Wedang Kacang Kebon
Sejak 19822, menu andalannya tak berubah: wedang kacang. Tiap mangkuknya berisi kacang tanah kupas, ketan, serta kuah santan manis dengan kandungan jahe. Tamu bisa pilih versi panas atau dingin. Apa pun pilihannya, sebaiknya datang lebih awal, karena wedang kacang biasanya ludes selepas magrib. Tapi jika itu terjadi, jangan terlalu kecewa. Lumpia dan tahu goreng isi rebung tak kalah nikmat. Juga menarik dicoba ialah nasi goreng, mi bakso, serta ronde. Wedang Kacang Kebon beroperasi dari Jumat-Rabu mulai pukul 16:30.

—Cristian Rahadiansyah

*Reportase ke tiap tempat dalam artikel ini dilakukan di waktu yang berbeda-beda pada akhir 2023. Pembaca mungkin akan menemukan perbedaan antara apa yang tertulis dan kondisi terbaru di tiap tempat.

The post Panduan Kuliner Kota Magelang appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
https://destinasian.co.id/panduan-kuliner-kota-magelang/feed/ 0
Ulasan 3 Hotel Termewah di Sekitar Borobudur https://destinasian.co.id/ulasan-3-hotel-termewah-di-sekitar-borobudur/ https://destinasian.co.id/ulasan-3-hotel-termewah-di-sekitar-borobudur/#respond Fri, 08 Dec 2023 17:39:17 +0000 https://destinasian.co.id/?p=73020 Mayoritas tamu Borobudur hanya singgah sejenak. Tiga hotel memberi mereka alasan untuk berlibur lebih lama.

The post Ulasan 3 Hotel Termewah di Sekitar Borobudur appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Borobudur, candi Buddha terbesar, juga paling banyak dikunjungi di Indonesia. Tahun lalu, menurut Badan Pusat Statistik, tamunya sekitar 1,5 juta orang. Sebelum pandemi lebih banyak lagi. Nyaris empat juta.

Menampung peziarah, hotel bermunculan. Di sekitar candi. Di Perbukitan Menoreh yang menatap candi. Mayoritas penginapan berkonsep butik dan homestay. Segelintir berstatus bintang lima. Berikut tiga contohnya: 

Villa Borobudur
Tarif: Rp3.000.000 net/malam

Interior vila bergaya Jawa di Villa Borobudur, resor independen yang beroperasi sejak 2011. (Foto: Villa Borobudur)

Lokasinya terpencil. Dan sepertinya sengaja ingin terpencil. Bangunannya dikepung pohon dan semak. Alamatnya di lereng rimbun Menoreh. Salah satu alamat termahal di kawasan ini.

Konon katanya, lokasi resor ini masuk jalur gerilya Diponegoro. Satu buktinya masih tersimpan: petilasan batu bekas tempat semadi sang pangeran.

Eksterior vila ditaburi ukiran. Kanan: Menu gado-gado di restoran. (Foto: Muhammad Fadli)

Hingga kini, rasa “gerilya” itu masih tersisa. Menuju resor, tamu mesti menembus kampung, menyusuri jalan sempit, lalu meniti jembatan yang lebih sempit. Di etape terakhir, tamu mendaki jalur yang sangat curam. Saking curamnya, mesti naik SUV milik resor. Persnelingnya manual. Pakai penggerak roda belakang.

Villa Borobudur agaknya kurang pas untuk tamu yang hobi kelayapan. Proses keluar-masuk mirip petualangan. Tiba di kamar, pasti malas beranjak. Cari makan di luar, rawan lapar lagi di jalan pulang. Beruntung, resor ini punya cukup alasan agar tamu kerasan.

Resor ini beroperasi sejak 2011. Pendirinya Ingo Piepers dan Noelle Haitsma. Duet ekspat asal Belanda. Saat resor dibuka, kata Noelle, salah satu tamu kehormatannya ialah Chris John. Lucu juga dipikir-pikir. Ini mungkin satu-satunya penginapan yang “diresmikan” mantan juara dunia tinju.

Pramusaji menyiapkan sarapan di area terbuka yang menatap Borobudur. (Foto: Muhammad Fadli)

Kompleks ini ditata berundak di pinggang bukit. Dilihat dari jauh, mirip istana Jawa. Bagian atasnya ditaburi vila. Di dasarnya kolam renang. Di antara keduanya, bar dan restoran. (Sekilas info: sebagian mebelnya dipasok Santai Furniture, merek yang lazim dipakai dalam proyek Andra Matin.)

Vila-vilanya berbentuk rumah joglo. Tubuhnya kayu. Atapnya genting kusam. Mungkin hasil borongan dari rumah-rumah tua. Di sisi interior, empat tiang saka guru mengawal matras. Plafonnya dilapisi blandar tumpang sari. Ukirannya luar biasa. Terbayang repotnya merawat vila ini.

Vila berukuran besar ditempatkan terpisah. Supaya lebih privat. Kapasitasnya empat hingga enam tamu. Semuanya dilengkapi kolam renang.

Restoran utama resor yang menempati Pendopo. Kanan: Kolam renang sepanjang 14 meter di kompleks utama resor.

Bersantai adalah hobi nasional di sini. Tamu bisa berenang. Kongko di lounge. Mendaki bukit. Atau yang paling enak: ngemil serabi di restoran. Staf resor selalu siaga dan atentif. Tapi tidak berlebihan. Para karyawan—mbak dan mas berperangai halus—tahu kapan harus acuh, kapan harus abai.

Sesi santai itu ditunjang suguhan di luar. Dari sini, kita bisa paham kenapa tarif vilanya di atas UMR. Pemandangannya memang mahal. Duduk di teras, Candi Borobudur terlihat. Di belakangnya, Gunung Sumbing. Melirik ke kanan, duet Merapi dan Merbabu. Panoramanya layak jadi wallpaper HP.

Uniknya, panorama itu juga bisa dinikmati dari kamar mandi. Silakan buka seluruh jendela vila, kita bisa mandi sambil menonton Borobudur. Shower with a view.

Plataran Borobudur
Tarif: Rp4.396.837 net/malam

Area makan Joglo dengan latar Candi Borobudur. (Foto: Plataran Borobudur)

Ada 22 vila di sini. Disebar di bukit, terselip di antara pohon, terhubung jalan setapak. Atmosfernya mirip sebuah desa. Guyub dan romantis.

Tapi ini desa bintang lima. Tarif menginapnya, rata-rata, Rp4 juta per malam. Akhir pekan biasanya lebih mahal. Plataran Borobudur tergolong hotel dengan tarif tertinggi di Magelang.

Interior akomodasi tipe Residence Villa. (Foto: Plataran Borobudur)

Semua vilanya berbentuk rumah. Beratap genting. Berisi kriya dan mebel kayu. Khas Plataran, desain vernakular Indonesia, khususnya Jawa, terasa kental.

Tapi tak semua vila persis sama. Ada yang dilengkapi ruang spa. Ada yang dilengkapi dapur. Ada juga yang bertingkat. Untuk tamu perdana, sebaiknya pilih tipe Borobudur View Villa. Jika punya uang lebih, pilih Founder’s Home. Keduanya punya pemandangan terbaik: Candi Borobudur.

Teras dan kolam renang privat di tipe Exclusive Modern Pool Villa. (Foto: Plataran Borobudur)

Tamu dilayani butler. Servis yang masih langka di kawasan ini. Galibnya butler, tugasnya melayani kebutuhan tamu. Termasuk mengatur tur desa dan sepeda. Juga mencoba paket sarapan mewah khas Plataran. Namanya Majestic Sunrise Breakfast.

Jamuan ini digelar di atap lobi. Suguhannya melimpah. Setidaknya 40 jenis makanan terhidang. Ada kroasan, keik, sushi, penekuk, risol, sandwich, potongan buah, telur rebus—pokoknya melimpah. Tak mungkin dicicipi semua. Kecuali belum makan dua hari.

Uniknya, makanan bukanlah bintang utamanya. Majestic Sunrise Breakfast lebih “menjual” pemandangan. Di tengah sarapan, matahari menyembul di balik Borobudur. Tontonan magis yang rawan menggoda kita untuk lebih sering memotret ketimbang makan. Konon katanya, Nehru pernah memuji Sanur sebagai “the morning of the world.” Dia mungkin belum merasakan pagi di Borobudur.

Patio, restoran utama bergaya bangunan kolonial. (Foto: Plataran Borobudur)

Fasilitas resor ini cukup lengkap. Mungkin yang paling lengkap di kawasan ini. Ada spa, butik, lounge, paviliun yoga, lapangan basket, dan area gamelan. Bahkan, ada gelanggang pacuan kuda dan kebun binatang mini. Mirip taman rekreasi. Cocok untuk tamu keluarga.

Patio, restoran utamanya, punya daya tarik tersendiri. Bangunannya rasa kolonial. Klasik dan anggun. Terkesan warisan Belanda. Padahal baru dibangun di zaman Presiden SBY.

Tapi desain bukan magnet satu-satunya. Patio juga digemari berkat pemandangannya. Dari serambinya, Borobudur terlihat jelas. Sangat jelas. Maklum, jaraknya cuma 1,3 kilometer. Cukup pakai kamera HP, turis-turis bisa tertangkap di antara stupa.

Satu saran saat singgah di Patio: pesan menthok mentel. Satu menu ini cukup sebagai alasan kembali ke Plataran Borobudur.

Amanjiwo
Tarif: Rp 21.865.894 net/malam

Kolam renang privat di Dalem Jiwo, akomodasi berisi dua kamar. Kanan: Panorama sawah pagi hari di sekitar resor. (Foto: Amanjiwo)

Resor ini diresmikan pada 1997, enam tahun usai Borobudur bergelar Situs Warisan Dunia. Ia tergolong paling senior di kawasan ini. Tapi pesonanya belum pudar. Lahir sebelum ada Instagram, Amanjiwo terus memukau hingga ke era TikTok.

Desain berperan besar dalam pencapaian itu. Amanjiwo adalah satu dari sedikit resor yang berhasil menapaki status ikon. Wujudnya anggun. Latarnya dramatis. Tak keliru jika memasukkannya dalam daftar resor tercantik di Indonesia.

Matras menatap gazebo dan kolam renang privat di Garden Pool Suite. (Foto: Amanjiwo)

Di balik desainnya, ada nama Ed Tuttle. Arsitek prolifik Amerika Serikat ini dipuji-puji lantaran sukses menciptakan standar baru dalam desain resor. Kadang orang menyebutnya sebagai “understated luxury.” Tuttle jugalah yang merancang properti Aman pertama di dunia.

Untuk Amanjiwo, dia memetik ilhamnya dari candi-candi Jawa. Di jantung resor, Tuttle mengerek sebuah rotunda beratap stupa. Ukurannya gigantik. Pilar-pilarnya gemuk. Juga menarik: gerbangnya berada satu garis dengan Borobudur. Sangat presisi. Efeknya pun mirip ilusi optikal: candi megah ini dibingkai simetris oleh celah pintu.

Untuk arsitektur kamar, gayanya lebih condong ke Candi Mendut. Atapnya berundak, tapi permukaannya datar. Seluruh kamar dicetak identik, lalu ditata melingkari gedung rotunda. Formasi ini sejalan dengan filosofi mandala dalam tradisi Jawa. Berkat ini pula, dilihat dari jauh, Amanjiwo menyerupai candi yang menyepi di kaki bukit.  

Panorama Borobudur dari Amanjiwo. Kanan: Jalur menuju bangunan utama resor. (Foto: Amanjiwo)

Eksteriornya beresonansi apik dengan interior. Jaya Ibrahim, interior desainer, memberi tafsir modern pada langgam Jawa. Di kamar misalnya, ada matras yang dikawal empat pilar batu, mirip saka guru di pendopo. Dipannya berkonsep tatami, tapi berbahan teraso. Juga menarik: kursi-kursinya terasa Jawa, tapi dengan pengaruh aliran empire Eropa.

Perhatiannya terhadap detail cukup luar biasa. Lebih dari separuh barang di kamar dipesan khusus. Lemari, lampu, gelas, bahkan senter dan wadah korek kuping, semuanya custom. Menginap di Amanjiwo adalah sebuah pengalaman merasakan eksklusivitas.

Area makan di restoran yang menatap Borobudur. (Foto: Amanjiwo)

Ada 33 opsi kamar untuk merasakan eksklusivitas itu. Wujudnya mirip vila, tapi di sini disebut suite. Sebagian kamar dilengkapi kolam renang. Sebagian menatap Borobudur. Jika punya uang lebih, sekadar saran, pilih kamar dengan kolam renang yang menatap Borobudur.

Tapi jika uang bukan soal, pilih suite termewah bernama Dalem Jiwo. Akomodasi ini berisi dua kamar tidur dan kolam renang sepanjang 15 meter. Berbeda dari kamar lain, di sini tamu dilayani butler privat. Gosipnya, David Beckham dan Richard Gere menetap di sini.

Teks: Cristian Rahadiansyah

*Ulasan dibuat berdasarkan pengalaman menginap pada waktu yang berbeda-beda: Amanjiwo pada 2023, Plataran Borobudur pada 2022, Villa Borobudur pada 2013 dan 2020. Pembaca mungkin akan menemukan perbedaan antara apa yang tertulis dan kondisi terbaru hotel.

**Seluruh tarif per malam didapat dari situs web resmi tiap hotel, untuk periode menginap pada 13-14 Desember 2023. 

The post Ulasan 3 Hotel Termewah di Sekitar Borobudur appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
https://destinasian.co.id/ulasan-3-hotel-termewah-di-sekitar-borobudur/feed/ 0
Checking in: Amanjiwo, Setelah 25 Tahun https://destinasian.co.id/checking-in-amanjiwo-setelah-25-tahun/ https://destinasian.co.id/checking-in-amanjiwo-setelah-25-tahun/#respond Thu, 30 Nov 2023 07:28:02 +0000 https://destinasian.co.id/?p=72843 Lahir sebelum ada Instagram, resor ini masih memukau hingga ke era TikTok. Apa rahasianya?

The post Checking in: Amanjiwo, Setelah 25 Tahun appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Staf Amanjiwo di jalan batu menuju bangunan utama rotunda.

Tahun lalu, Amanjiwo genap berusia seperempat abad. Resor ini sudah melewati enam presiden. Tapi pesonanya belum pudar. Lahir sebelum ada Instagram, resor ini masih memukau hingga ke era TikTok. Apa rahasianya?

Amanjiwo berlokasi di Magelang, meringkuk anggun di pangkuan Menoreh. Pangkuan yang rimbun. Di atasnya, tebing-tebing menjulang lancip. Di depannya: hamparan sawah. Jauh ke depan lagi: Candi Borobudur. Memilih setting dramatis semacam ini adalah ciri khas properti Aman.

Tapi Menoreh sebenarnya tak cuma dramatis. Perbukitan ini juga sarat cerita. Punya daya magisnya sendiri. Dalam Perang Jawa, Pangeran Diponegoro bergerilya di sini. Kita  juga ingat, tempat ini dijadikan latar dalam Api di Bukit Menoreh, cerbung silat legendaris di masanya. Bagi pembaca Gen Z, tanya orang tua jika tidak percaya.

Kasur menatap kolam renang dan gazebo di kamar tipe Garden Pool Suite.

Amanjiwo dibuka pada 1997. Waktu itu, pilihan hotel di Borobudur sangatlah minim. Paling hanya ada Saraswati di dekat pagar candi. Atau Pondok Tingal, milik menteri penerangan pertama zaman Orde Baru. Kata orang-orang dulu, cara paling keren ke Borobudur saat itu bukanlah naik VW Safari, tapi gajah.

Jelas saja, kehadiran Amanjiwo membuat geger. Aman tersohor akan kemewahannya. Terlebih, banyak resornya, seperti di Bali dan Pulau Moyo, pernah ditiduri selebriti dunia.

Dengan kehadiran Amanjiwo, kaum jetset kini punya tempat menginap di sekitar Borobudur. Kawasan ini masuk orbit bintang lima. Dan benar saja, banyak seleb datang menginap. Richard Gere dan David Beckham hanyalah dua contohnya.

Struktur utama resor dibangun dari batu paras Yogya. Kanan: Amanjiwo diapit sawah dan lereng Menoreh.

Desain juga berperan memelihara karisma Amanjiwo. Resor ini berhasil menapaki status ikon berkat wujudnya yang anggun. Tak keliru jika memasukkannya dalam daftar resor tercantik di Indonesia.

Di balik prestasi itu, ada nama Ed Tuttle. Arsitek asal Amerika Serikat ini dikenal dekat dengan Adrian Zecha, pendiri Grup Aman. Keduanya sudah beberapa kali bekerja sama. Tuttle jugalah yang merancang properti pertama Aman di dunia.

Dari hubungan lama itu, Tuttle pun paham selera Adrian. Seperti dalam proyek-proyek sebelumnya, Adrian ingin tiap Aman dirancang berbeda. Tiap resor mesti merefleksikan lokasinya. Artinya, tak boleh ada hotel Aman yang sama. (Kecuali dalam hal tarif: semuanya sama-sama mahal.)

Candi Borobudur dibingkai oleh celah pintu bangunan utama.

Berpegang kaidah itu, Tuttle memilih candi Jawa sebagai cetak biru desainnya. Di jantung resor, dia mengerek sebuah rotunda beratap stupa. Ukurannya gigantik. Pilar-pilarnya gemuk.

Satu lagi yang menarik: gerbangnya berada satu garis dengan Borobudur. Sangat presisi, padahal terpisah 2,6 kilometer. Efeknya pun mirip ilusi optikal: candi megah ini dibingkai simetris oleh celah pintu. Serasa melihat Borobudur dari viewfinder kamera. Berkat sensasi ini pula, berfoto di depan rotunda adalah prosesi rutin para tamu.

Untuk desain kamar, Tuttle lebih condong ke Candi Mendut. Atapnya berundak, tapi permukaannya datar. Seluruh kamar dicetak identik, lalu ditata melingkari gedung rotunda. Formasi ini sejalan dengan filosofi mandala dalam tradisi Jawa.

Berkat konfigurasinya, dilihat dari jauh, Amanjiwo menyerupai candi yang menyepi di kaki bukit. Beberapa abad lagi, orang mungkin akan membicarakannya sebagai candi warisan Dinasti Aman, sebagaimana orang bicara Borobudur sebagai peninggalan Dinasti Shailendra. Apa rasanya menginap di sini?

Interior Dalem Jiwo, suite berisi dua kamar tidur dan kolam renang sepanjang 15 meter.

Amanjiwo adalah properti terakhir Aman di Indonesia. Satu-satunya di Jawa. Sebagaimana hotel Aman lain, ia menawarkan sebuah pengalaman visual. Konsep arsitekturnya solid. Strukturnya punya fitur yang distingtif. Ibarat wajah, ia berkarakter, karena itu gampang menancap di kepala. Sekali melihat foto Amanjiwo, kita kemungkinan bisa terus mengingatnya. Persis seperti saat melihat, misalnya, Borobudur.

Karakter desain yang kuat itu diterapkan pula di wilayah interior, walau fokusnya sedikit berbeda. Aman, sejak dirintis pada 1988, berorientasi membentuk hotel dengan kenyamanan sebuah rumah. Menginap di resornya serasa berlibur di rumah teman (teman yang sangat kaya).

Salah satu cara mewujudkan visi itu ialah dengan menekan variasi warna dan material. Di Amanjiwo, semua bangunan senada memakai atap hitam. Tubuh dan lantainya didominasi batu paras Yogya. Interupsi hadir hanya dalam warna pepohonan di sela-sela struktur. Aransemen bahan-bahan alami ini pada akhirnya memicu atmosfer kalem yang menenangkan.

Kolam renang utama dengan latar Perbukitan Menoreh.

Orientasi pada kenyamanan juga ditekankan di kamar. Resor ini menampung 33 kamar. (Bentuknya vila, tapi di sini disebut suite.) Sebagian kamar dilengkapi kolam renang. Sebagian menatap Borobudur.

Jika punya uang lebih, sekadar saran, pilih kamar dengan kolam renang yang menatap Borobudur. Mumpung berlibur di “rumah teman” yang kaya, mending sekalian pilih kamar terbaik.

Tuttle membagi kamar dalam dua zona. Sisi depan dihuni ranjang yang dikawal empat pilar, mirip saka guru di pendopo. Mebelnya bercorak Jawa dengan pengaruh aliran empire Eropa.

Restoran ditempatkan di sisi belakang gedung utama, menatap Borobudur.

Perhatian terhadap detail cukup luar biasa. Lebih dari separuh barang dipesan khusus. Dipan, kursi, lemari, bahkan senter dan wadah korek kuping, semuanya custom. Saat meramu eksklusivitas ini, Tuttle bertandem dengan Jaya Ibrahim, desainer interior dengan selera ningrat.

Suguhan mengejutkan tersaji di zona belakang kamar. Di sini, Tuttle meluncurkan subversi terhadap pakem hotel. Pada 1990-an, saat banyak hotel memperlakukan “ruang belakang” ala kadarnya, sebagai tempat menyimpan baju dan buang hajat semata, Tuttle justru mengusulkan area yang lapang, terang, juga estetik.

Di balik matras, dia memasang sepasang walk-in closet, sepasang wastafel, ruang shower dan kakus. Masing-masing dipisah koridor yang berujung pada bathtub panjang di halaman terbuka. Penataan ini membuat kamar—tanpa bermaksud menyinggung kaum lajang—membentuk alur yang romantis: sepasang tamu bersama di ranjang, berpisah saat mandi dan dandan, lalu berendam bareng di bak.

Panorama Borobudur dilihat dari Amanjiwo. Kanan: Kolam renang di Dalem Jiwo, akomodasi tipe termewah.

Estetika spasial Tuttle terbilang revolusioner. Ruang depan dan belakang dicetak sama besar, didesain sama bagus. Tak ada yang kastanya lebih rendah. Kamar-kamar Amanjiwo ingin menghidangkan kenyamanan di setiap sudutnya.

Bagi orang awam, nama Ed Tuttle mungkin terdengar asing. Tak menyilaukan seperti Norman Foster atau Frank Gehry. Namun, di dunia perhotelan, dia punya tempat khusus. Almarhum menemukan formula yang kelak dirangkum dalam istilah “understated luxury.” Menginap di Amanjiwo adalah merasakan kreasi dari orang yang turut membentuk mazhab dalam desain hotel.

“Saya pikir tak ada desainer resor di muka bumi yang tidak terpengaruh oleh Aman,” kata Bill Bensley kepada Wallpaper saat membahas dampak Aman dalam desain hotel. “Saya paling terpengaruh oleh perencanaan ruang Tuttle yang benar-benar membentuk skena untuk sebuah era baru.”

Dipan tatami berbahan teraso dikawal empat pilar saka guru khas pendopo Jawa.

Setelah lebih dari 25 tahun, Amanjiwo masih merawat warisan Tuttle. Batu-batu rutin diganti. Banyak mebel sudah direparasi. Namun konsep desainnya tidak dilanggar.

Perubahan rasanya cuma dilakukan pada hal-hal minor di departemen amenitas. Kamar-kamar kini dilengkapi kloset otomatis dan speaker Bose. Di lemari bar, ada mesin Nespresso, barisan teh Tema, gelas-gelas Jenggala.

Aspek lain yang juga tekun dijaga ialah standar servis. Amanjiwo adalah bagian dari generasi resor mewah yang ingin merespons cepat kebutuhan tamu, kalau bisa mengantisipasinya. Di sini, telepon dari tamu sigap diangkat setelah berdering maksimum tiga kali. Kru mendarat di kamar dalam tempo maksimum lima menit. Semua ini hasil tes saya saat menginap akhir November.

Kolam renang privat menatap sawah di suite tipe Dalem Jiwo.

Bagian dari SOP pula, tamu disapa dengan namanya. Kapan kamar dibersihkan, atau turndown service dilakukan, selalu di momen yang pas, karena para staf jeli berkoordinasi memantau kapan tamu sarapan atau berenang. Bahkan, resor ini masih memberikan jasa cuci mobil gratis bagi tamu yang hendak check out. Layanan ini sudah lama hilang dari banyak hotel. Terakhir saya menemukannya di Santika Cirebon.

Bagaimana Aman melakukan semua itu? Ada rumus matematikanya. Grup ini membatasi jumlah kamar resor rata-rata di bawah 60 unit. (Khusus resor, bukan city hotel.) Sejalan dengan itu, rasio staf dan kamar dijaga rata-rata 6:1. Artinya, ada enam orang karyawan untuk tiap satu kamar.

Kamar minimum dan staf maksimum, kini Anda tahu kenapa Amanjiwo pasang tarif termahal di seantero Jawa.

Amanjiwo, Desa Majaksingi, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah; 0293/788-333; aman.com

 

Teks: Cristian Rahadiansyah
Foto: Amanjiwo

*Ulasan dibuat berdasarkan pengalaman menginap pada 27-29 November 2023. Pembaca mungkin akan menemukan perbedaan antara apa yang tertulis dan kondisi terbaru hotel.

The post Checking in: Amanjiwo, Setelah 25 Tahun appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
https://destinasian.co.id/checking-in-amanjiwo-setelah-25-tahun/feed/ 0
15 Tempat Makan & Minum di Sekitar Borobudur https://destinasian.co.id/15-tempat-makan-minum-di-sekitar-borobudur/ https://destinasian.co.id/15-tempat-makan-minum-di-sekitar-borobudur/#respond Wed, 15 Nov 2023 14:36:45 +0000 https://destinasian.co.id/?p=72574 Bisnis kuliner tumbuh subur di sekitar Candi Borobudur. Mi godok dan kupat tahu masih jadi favorit. Tapi sejumlah tawaran baru mulai mencuri perhatian.

The post 15 Tempat Makan & Minum di Sekitar Borobudur appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
SARAPAN

Sop Empal Bu Haryoko
Hidangannya cuma satu. Tapi cukup untuk menggoda banyak turis meninggalkan sarapan di hotel. Supnya terdiri dari bihun, irisan kol, bawang goreng, nasi dalam kuah bening. Sambalnya rawan bikin ketagihan. Daging empalnya selembut wagyu. Bisa tambah paru kalau mau. Hidangan Sop Empal Bu Haryoko, kata Bu Haryoko, dibuat dari resep warisan nenek. Rampung makan, jangan buru-buru pulang. Beberapa langkah dari sini, Toko Ny. Pang menjual aneka jajanan. Pastel dan roti pisangnya punya banyak penggemar—alasan lain untuk malas sarapan di hotel esok harinya. 

Enam Langit by Plataran
Resto ini berada di atas semua pesaingnya—secara harfiah. Lokasinya di salah satu puncak Menoreh, 700 meter di atas permukaan laut. Nama Enam Langit mewakili enam gunung. Sundoro, Sumbing, Andong, Telomoyo, Merbabu, Merapi. Semua bisa terlihat. Asalkan langit cerah, umumnya di pagi hari. Karena itu tempat ini lebih pas untuk sarapan. Berkat panoramanya pula, makan bukan satu-satunya alasan orang datang. Memotret, dan dipotret, ibarat hobi nasional di sini. Belakangan, ada alasan lain orang datang. Di samping resto, gedung pernikahan belum lama diresmikan.

Truntum Gasblock Borobudur
Bagi pengidap akrofobia, alternatif bagi Enam Langit adalah Truntum Gasblock. Pemandangannya juga menawan: sawah dan Perbukitan Menoreh. Resto ini mewakili tren baru di kawasan Borobudur. Desainnya trendi. Pramusajinya dibalut seragam. Sebagian menunya dipengaruhi Yogya dan Bali—dengan harga yang juga menyaingi Yogya dan Bali. Resto ini berada di belakang Balai Ekonomi Desa yang disponsori PGN. Dari sinilah nama Gasblock berasal.

MAKAN SIANG

Kupat Tahu Dompleng
Kupat tahu adalah “produk ekspor” tersukses asal Magelang. Konon katanya, masakan ini menginspirasi kelahiran banyak varian di daerah lain. Tak sulit mencarinya di sekitar Borobudur. Tapi ada satu tempat yang sukses menjala penggemar loyal: Kupat Tahu Dompleng. Warungnya kecil. Tamu duduk bersinggungan siku. Di jam makan siang, antrean bisa mengular panjang. Apalagi di musim liburan.   

Omah Kayoman
Yogya punya mangut lele. Magelang punya mangut beong. Sama-sama bersantan. Sama-sama pedas. Ikannya pun mirip, walau jenisnya berbeda. Beong hidup di Sungai Progo yang membelah Magelang, lalu memasok Selokan Mataram di Yogya. Mangut beong bisa ditemukan di banyak tempat, tapi Omah Kayoman punya reputasi yang sulit disaingi. Bukan cuma karena rasa masakannya, tapi juga kualitas bahan bakunya. Ikannya gemuk. Dagingnya sedap, terutama di kepala—bagian favorit para pelanggan.

Taste Java
Andaikan juri Michelin datang ke Magelang, Taste Java mungkin akan dapat bintang. Servisnya prima. Begitu pula desainnya: pendopo yang dialasi tegel, dinaungi blandar tumpang sari, diterangi lampu kerek. Tak kalah penting: kualitas masakannya, terutama untuk menu Indonesia. Walau berada di hotel, dapurnya tak berkompromi dengan bumbu demi menjaga lidah nyaman turis. Jika ada daya tarik lainnya, jawabannya ialah pemandangan. Sambil bersantap, kita bisa melihat Borobudur dari lereng Menoreh.

KOPI

Uprus Coffee & Co.
Gayanya khas kedai-kedai trendi di Canggu. Fasadnya diterangi neon. Interiornya dihiasi dekorasi bertema sepeda dan motor. Tampilan ini sejalan dengan segmennya. Uprus adalah wadah mangkal yang populer di kalangan remaja lokal. Harga kopinya pun bersahabat, rata-rata di bawah Rp20.000 per cangkir. Padahal, kedai ini berlokasi di jalur elite. 

Callme Coffee Roaster
Kedai guyub ini berada di pelataran rumah. Lokasinya di Kalinegoro. Sedikit di luar kawasan Borobudur. Tapi upaya ke sini akan terbayar sepadan. Callme adalah motor third wave coffee movement di Magelang. Tempat ini mempromosikan kopi lokal, melalui kemitraan dengan petani. Bijinya dipasok dari lereng-lereng gunung sekitar, juga dikirim ke banyak kedai. Callme jugalah episentrum para pelaku industri. Obrolan seputar kopi—dari isu tengkulak, harga green bean, hingga mesin giling—mengalir bersama manual brew racikan kedua baristanya: Vera, juara Barista Championship Maxx Coffee; dan Ariep Setiawan, juara Indonesia Roasting Championship.

Janji Hati Coffee & Kitchen
Kehadirannya pada 2022 menjawab kebutuhan: wadah kongko kelas menengah di dekat Borobudur. Kapasitasnya besar. Desainnya industrial. Pentas musik ditanggap reguler. Semua ini sebelumnya hanya tersaji di hotel-hotel. Membuka buku menu Janji Hati, ada banyak hidangan untuk disantap bersama teman atau keluarga. Tapi kopi masih menjadi bintang utamanya.

JAJAN SORE

Limanjawi Art House
Galeri ini giat menanggap acara. Tapi bukan cuma itu alasan orang datang. Di terasnya, sebuah kafe menyajikan beragam kuliner Jepang. Untuk jajan sore, dua menu yang patut dipesan ialah imagawayaki dan takoyaki. Untuk minuman, pilih wedang Jawa. Autentisitas rasanya dikawal oleh duet pemilik Limanjawi: Pak Umar, tokoh seni lokal; dan Bu Yasumi, wanita asal Jepang. Nikmati hidangan di kursi-kursi kayu yang menatap kebun sayur dan Perbukitan Menoreh.

Balana Kitchen & Coffee
Membuka buku menunya, tempat ini membidik kaum karnivor. Andalannya steik. Tapi justru piza bintang utamanya. Tiap loyang disajikan tipis, renyah, dengan topping yang lumayan royal. Dalam hal rasa, cukup bersaing dengan sang legenda JWB Pizza Jimbaran. Balana baru dibuka tahun ini. Lokasinya di tengah dusun, yang lazim dilewati turis dari Yogya ke Borobudur. Datang Sabtu malam, tamu dapat bonus pentas musik.

Shailendra Bistro
Ini resto baru. Lokasinya di Jalan Balaputradewa yang berujung di Candi Borobudur. Alamat termahal di kawasan ini. Shailendra menyajikan gelato. Saban harinya, 18 varian rasa tersedia, termasuk racikan khasnya: gula aren dan yogurt. Di samping kios gelato, ada butik cokelat. Rak-raknya memajang produk D’Lanier, Monnier, serta Ndalem. Ketiganya merek lokal.  

MAKAN MALAM

Warung Pak Parno
Ini fenomena jamak di banyak daerah: warung yang fenomenal masakannya, sampai-sampai selebriti dan pejabat teras berdatangan. Di Magelang, namanya Warung Pak Parno. Wujudnya sederhana. Dapurnya di sisi muka. Tungkunya pakai arang. Menunya simpel: nasi, mi, serta bihun. Tinggal sebut mau diolah versi goreng atau godok. Kalau mau, boleh tambah ceker atau jeroan. Tampilan masakannya biasa saja. Keunggulannya terletak pada rasa ayam dan kaldunya. Karakternya mengingatkan pada ramen. Kombinasi asin, manis, gurih, dengan tekstur sedikit pekat. Inikah umami versi Jawa? Silakan dicoba.

Patio Colonial Hall
Bangunannya rasa kolonial. Klasik dan anggun. Terkesan warisan Belanda. Padahal baru dibangun di zaman Presiden SBY. Di interiornya, tamu makan di bawah kandil kristal. Geser ke serambi, bisa makan sembari melihat candi. Jarak Borobudur cuma 1,3 kilometer. Cukup pakai kamera HP, turis-turis bisa tertangkap di antara stupa. Hidangan andalan Patio ialah sup buntut. Tapi yang paling menarik mungkin menthok mentel. Bahan utamanya entok. Mirip bebek, tapi pakai eyeshadow merah, dan dagingnya lebih lembut. Semua hidangan ini disupervisi oleh Iqbal Batubara, Corporate Executive Chef Plataran, yang kebetulan bermarkas di Borobudur.  

La Table
Ini resto baru, di hotel yang juga baru. Grand opening akan digelar akhir tahun ini. Pemiliknya orang Swiss (dari canton yang berbahasa Prancis) dan investor lokal. Buku menunya mencerminkan kombinasi itu. Ada, misalnya, trancam dan escargot. Ada pula tongseng dan ratatouille. Di luar itu, koleksi andalan La Table ialah daging-daging premium, contohnya tenderloin wagyu marble 7. Ini tawaran yang langka. Sebelumnya, daging sekaliber ini hanya tersaji di Jakarta atau Bali. Kehadiran resto ini turut memperkaya lanskap fine dining di sekitar Borobudur.

—Cristian Rahadiansyah
*Reportase ke tiap tempat dalam artikel ini dilakukan di waktu yang berbeda-beda dalam kurun 2021-2023. Pembaca mungkin akan menemukan perbedaan antara apa yang tertulis dan kondisi terbaru di tiap tempat.

The post 15 Tempat Makan & Minum di Sekitar Borobudur appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
https://destinasian.co.id/15-tempat-makan-minum-di-sekitar-borobudur/feed/ 0
Menginap di Hotel Bintang Lima Pertama di Mandalika https://destinasian.co.id/menginap-di-hotel-bintang-lima-pertama-di-mandalika/ https://destinasian.co.id/menginap-di-hotel-bintang-lima-pertama-di-mandalika/#respond Thu, 08 Dec 2022 07:07:37 +0000 https://destinasian.co.id/?p=69864 Berlokasi di salah satu pantai tercantik di Lombok. Jaraknya hanya tiga kilometer dari sirkuit MotoGP.

The post Menginap di Hotel Bintang Lima Pertama di Mandalika appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Lalo Swim-up Bar di Pullman Lombok, resor bintang lima yang dibuka Oktober silam di pesisir selatan Lombok. (Foto: Pullman Lombok)

Oleh Cristian Rahadiansyah

Setelah 25 tahun beroperasi solo di Mandalika, Novotel Lombok punya tetangga baru. Dua bulan silam, Pullman Lombok Merujani Mandalika Beach Resort resmi dibuka. Ini penginapan bintang lima pertama di kawasan ini.

Resor ini terhampar di pesisir selatan, di lahan milik perusahaan pelat merah ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation). Kehadirannya menaikkan standar kemewahan Mandalika, sekaligus memberikan amunisi baru bagi kawasan ini untuk memikat turis.

Pullman Lombok terhampar di tepi Pantai Kuta, salah satu pantai tercantik di selatan Lombok. (Foto: Pullman Lombok)

Lokasi
Pullman Lombok menempati salah satu alamat tercantik di selatan pulau: Pantai Kuta. Jaraknya hanya tiga kilometer dari sirkuit. Posisi yang strategis untuk memikat penonton MotoGP dan Superbike. Dari beberapa kamarnya, lintasan balap bahkan bisa terlihat.

Pantai Kuta berpasir putih, melengkung anggun. Saban sore, saat cuaca cerah, matahari terbenam di balik perbukitannya. Di malam hari, horizonnya benderang oleh neon-neon perahu pemburu cumi-cumi. Dan tak hanya cantik, Kuta punya nilai mitologis bagi warga lokal. Antara Februari dan Maret, ada satu hari di mana nyale (cacing laut) bermunculan, dan pantai ini pun berubah menjadi lokasi tradisi Bau Nyale.

Kecuali Novotel Lombok, tak ada resor lain di Pantai Kuta—setidaknya untuk sementara. Daerah selatan pulau sedang giat membangun, mungkin dengan kecepatan gigi lima. Ada proyek tiap beberapa ratus meter. Dari tepi pantai hingga lereng bukit, beragam penginapan dan restoran sedang dikonstruksi. Pullman Lombok adalah hotel bintang lima pertama di sini, tapi bukan yang terakhir.

Arrival Hall di Pullman Lombok terinspirasi arsitektur bale jejer khas Lombok. (Foto: Pullman Lombok)

Desain
Resor ini dirancang oleh duet AECOM dan Quadratura Indonesia. Kamar-kamarnya disebar dalam bangunan balok putih berlantai empat. Auranya sekilas mengingatkan pada hotel-hotel retro Miami. Bangunan sisanya mengadopsi arsitektur rumah adat bale jajar khas Lombok. Atapnya menjulang tinggi seperti piramida.

Dalam hal desain, karakter Pullman dipertahankan. Cenderung formal dan dewasa, dengan sedikit sentuhan lokal, contohnya partisi bermotif Sasak pada lemari, atau gedek pada koridor. Kreasi baru yang menonjol ialah aksen bunga mandalika. Kita bisa melihatnya dalam bentuk ornamen logam di area resepsionis, juga pada pelang nomor kamar.

Panorama laut dari kamar tipe Deluxe Ocean View. Kamar tipe ini tersedia hanya 18 unit. (Foto: Pullman Lombok)

Kamar
Di lahan empat hektare, Pullman Lombok menaungi 257 kamar, termasuk 11 vila berisi satu hingga dua kamar. Tergantung lantainya, tiap kamar dilengkapi balkon atau teras. Kamar-kamar yang menghadap laut adalah favorit tamu. Namun, saat MotoGP sedang berlangsung, kamar yang menatap sirkuit punya magnet lebih kuat.

Ukuran kamar mulai dari 40 meter persegi. Tipe termewah, Deluxe Suite, tersedia hanya dua unit dan ditata bertingkat. Fitur standar di kamar meliputi bathtub, speaker Bose, TV 55 inci, wireless charger, serta matras dan handuk King Koil. Khas Pullman, tamu bisa memilih bantal sesuai selera. Ada empat varian bahan, dari busa hingga bulu angsa.

Satu fitur terbaru di kamar ialah sensor pintu. Tiap kali pintu balkon dibuka, AC akan mati otomatis. Teknologi ini bagian dari agenda Pullman untuk lebih ramah lingkungan. Sejalan dengan itu, produk berbahan plastik sekali pakai direduksi. Air minum ditempatkan di botol kaca. Sedotan dibuat dari beras.

Aer, restoran utama di Pullman Lombok, melayani sesi sarapan, makan siang dan malam. (Foto: Pullman Lombok)

Kuliner
Aer, restoran utama resor, melayani sesi sarapan, makan siang dan malam. Buku menunya mencantumkan sejumlah kuliner lokal, contohnya ayam Taliwang dan ikan bakar nipah. Khusus sarapan, hidangan disajikan dalam format prasmanan, kecuali saat okupansi di bawah 60%.

Resto kedua, Sgara, memiliki spesialisasi seafood. Saat artikel ini ditulis, dapurnya masih dalam tahap uji coba. Kata sang koki, Gianluca Visciglia asal Italia, Sgara berencana memakai format kombinasi a la carte dan set dinner. Hidangannya disantap di piring Kevala, memakai sendok garpu Athena.

Selain kedua restoran di atas, Pullman Lombok memiliki Lalo Swim-up Bar. Bentuknya mirip pool bar, tapi separuh tubuhnya terendam air. Dilengkapi meja DJ di atapnya, Lalo siap mengguncang pesisir Kuta dengan pesta-pesta EDM tepi laut.

Sgara Seafood Restaurant berlokasi di tepi kolam renang dan dibalut dinding kaca. (Foto: Pullman Lombok)

Fasilitas
Mengadopsi cetak biru Nusa Dua, ITDC memproyeksikan Mandalika sebagai kompleks wisata sekaligus MICE. Tak heran, hotel-hotel di sini dicanangkan berukuran jumbo, dilengkapi fasilitas pertemuan dan hajatan. Eksperimen pertamanya terlihat di Pullman Lombok.

Di bawah kompleks bangunan kamar, Pullman Lombok menyisipkan empat ruang pertemuan. Di sisi depan resor, Mandalika Ballroom menawarkan interior tanpa pilar berkapasitas 300 orang. Area restoran menuju kolam renang dan pantai juga bisa difungsikan untuk resepsi berkonsep terbuka.

Fasilitas lain resor ini meliputi kids’ corner dan pusat kebugaran. Akan dibuka di tahap berikutnya ialah Pullman Spa yang berisi empat ruang perawatan.

Panorama matahari terbenam di Pantai Kuta, dilihat dari Pullman Lombok. (Foto: Pullman Lombok)

Aktivitas
Dari kelas memasak, origami, hingga yoga, Pullman Lombok telah menyiapkan beragam opsi kegiatan untuk mengisi waktu. Namun begitu, tawaran yang lebih menggiurkan datang dari luar resor.

Dalam radius 15 kilometer, ada banyak tempat atraktif, dari desa adat hingga bukit-bukit fotogenik. Di Jalan Pariwisata Pantai Kuta, kafe dan toko suvenir berbaris, dengan atmosfer yang menyerupai Kuta Bali 30 tahun silam. Sirkuit Mandalika juga bisa dikunjungi. Membayar Rp150.000, kita bisa joging atau bersepeda di lintasan balap sepanjang 4,3 kilometer.

Aktivitas lain yang juga menggoda ialah beach hopping. Pesisir selatan menyimpan sejumlah pantai paling kondang di Lombok, contohnya Selong Belanak, Mawun, dan Tanjung Aan. Jalan aspal terbentang mulus dan lengang untuk menjangkau mereka. Sumber kemacetan satu-satunya barangkali kawanan kerbau yang lalu-lalang usai merumput.

Pullman Lombok Merujani Mandalika Beach Resort, Kompleks ITDC Mandalika, Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat; 0370/752-5100; accor.com; mulai dari Rp1.700.000, termasuk sarapan untuk dua orang.

The post Menginap di Hotel Bintang Lima Pertama di Mandalika appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
https://destinasian.co.id/menginap-di-hotel-bintang-lima-pertama-di-mandalika/feed/ 0
Setelah 12 Tahun, Plataran Borobudur Belum Berhenti Memukau https://destinasian.co.id/setelah-12-tahun-plataran-borobudur-belum-berhenti-memukau/ https://destinasian.co.id/setelah-12-tahun-plataran-borobudur-belum-berhenti-memukau/#respond Sat, 03 Dec 2022 11:04:31 +0000 https://destinasian.co.id/?p=69765 Dalam hal desain dan servis, standarnya tergolong yang terbaik. Keindahan panoramanya sulit disaingi. 

The post Setelah 12 Tahun, Plataran Borobudur Belum Berhenti Memukau appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Akomodasi tipe Executive Pool Villa di Plataran Borobudur Resort, Magelang. (Foto: Plataran)

Oleh Cristian Rahadiansyah

Pukul lima pagi, saat kelelawar baru pulang kerja, sebuah jamuan telah disiapkan di atap bangunan. Beragam hidangan ditata melimpah. Mungkin kelewat melimpah. Sampai-sampai mejanya sesak tertutup piring.

Iseng, saya coba hitung. Setidaknya 40 jenis makanan terhidang. Ada kroasan, keik, sushi, penekuk, risol, sandwich, potongan buah, pie, telur rebus—pokoknya melimpah. Mungkin cukup dilahap enam orang, padahal tamunya hanya saya dan istri. “Kalau bapak bawa anak atau teman, hidangannya ditambah satu meja lagi,” kata pramusaji.

Plataran Borobudur bertengger di bukit, sekitar 1,3 kilometer dari Candi Borobudur. (Foto: Plataran)

Pramusaji menuangkan wedang hangat. Bersamaan dengan itu, sinar jingga muncul di balik Candi Borobudur. Menatap ke arah kiri, awan tebal merayap di pinggang Gunung Merapi. Saya makan dengan mata lebih sering terpaku ke langit ketimbang piring.

Sesi santap fotogenik ini dinamai Majestic Sunrise Breakfast. Aktivitas pagi yang paling menarik di Plataran Borobudur. Tak cuma mengenyangkan, tapi juga menyenangkan. Mayoritas turis mungkin sudah pernah melihat Candi Borobudur. Pagi ini, Plataran mengajak tamu menengoknya kembali dari perspektif berbeda, dengan cara yang juga berbeda.

Staf tata gerha di balkon Duplex Royal Pool Villa, hunian dua tingkat berkapasitas empat orang. (Foto: Plataran)

Plataran Borobudur beroperasi sejak 2010. Tergolong senior di kawasan ini. Lokasinya di sebuah bukit mungil, sekitar 1,3 kilometer dari Candi Borobudur. Posisi strategis inilah yang membuatnya leluasa memperlihatkan sosok candi dan gunung-gunung di baliknya.

Ada 22 vila di sini. Mereka disebar di pinggang bukit, terselip di antara pepohonan rindang. Khas Grup Plataran, tiap vilanya sarat muatan lokal. Bentuknya rumah beratap pelana. Interiornya ditaburi kriya dan mebel kayu. Kemewahannya terletak pada kenyamanan sebuah rumah.

Tiga hari di sini, saya menginap di Borobudur View Villa. Untuk tipe vila satu kamar, ini yang tercantik dalam hal pemandangan. Candi terlihat jelas, baik dari kolam renang, serambi, ruang makan, bahkan kasur. Masa lampau terasa dekat. Dari vila berusia 12 tahun, saya menonton candi yang lahir lebih dari satu milenium silam. Sensasi yang sureal.

Menu nasi kuning di restoran Patio. Kanan: Sesi yoga di dek terbuka Langit Borobudur. (Foto: Plataran)

Tiap vila dilayani butler—kemewahan lain di Plataran. Selama di sini, Rafi dapat giliran mengurus saya. Pemuda lokal ini punya bekal pengalaman mumpuni. Dia pernah bekerja untuk resor tetangga, Amanjiwo. Dan ada satu lagi kelebihannya: kemampuan berbahasa Arab. Tak berguna bagi saya memang, kecuali jika saya berpapasan dengan pangeran Saudi.

Salah satu tugas butler ialah mempersiapkan aktivitas tamu. Dari belasan tur dalam brosur, saya memilih bersepeda. Ini opsi terbaik untuk mengarungi kawasan sekitar, lantaran banyak jalan terlampau cekak.

Candi terlihat dari kamar Borobudur View Pool Villa, akomodasi satu kamar dengan panorama terbaik di Plataran. (Foto: Plataran)

Tur dimulai selepas sarapan. Pemandu hari ini, Latief, membawa saya blusukan ke dusun-dusun. Kami melewati sejumlah anak sungai, kebun tumpang sari, juga homestay. Sesekali, muncul iring-iringan VW Safari. Andaikan Anda belum tahu, tur VW sangat populer di Magelang. Konon katanya, ada lebih dari 500 VW berkeliaran di sekitar Borobudur menawarkan paket wisata.

Latief sangat paham medan. Dia hafal banyak “jalan tikus.” Belakangan, saya tahu dia ternyata asli Magelang. Rumahnya tak jauh dari resor. Dulu, sebelum menjadi pemandu, dia membantu orang tuanya berdagang di pasar. Darinya pula saya menggali gosip lokal: siapa saja pejabat dan selebriti yang punya properti di sekitar Borobudur.

Sejam menggowes, pantat terasa lebih tipis beberapa milimeter. Sebuah tanda waktunya menutup tur. Saya kembali ke vila, lalu rehat di teras, sambil menonton candi. Merapi masih mengembuskan asap layaknya tungku raksasa. Persis di depan kaki saya, burung-burung menumpang mandi di kolam renang.

Patio Colonial Hall, restoran utama di Plataran Borobudur. (Foto: Plataran)

Plataran Borobudur mengoleksi fasilitas yang cukup komplet. Ada spa, butik, lounge, paviliun yoga, gelanggang pacuan kuda, lapangan bola basket, joglo gamelan, bahkan kebun binatang mini. Resor ini mirip taman rekreasi. Ada beragam wahana untuk mengisi waktu.

Satu fasilitasnya yang punya penggemar terbanyak ialah Patio, restoran bercorak kolonial. Tubuhnya dicat putih. Atapnya ditopang pilar-pilar gemuk. Jendelanya dilapisi krepyak tingkap. Andaikan butler sesumbar restoran ini warisan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, saya mungkin akan percaya.

Pramusaji di serambi Patio, restoran fotogenik yang menawarkan panorama Candi Borobudur. (Foto: Plataran)

Interior restoran berisi meja-meja kayu yang ditata di bawah kandil kristal. Saya memilih duduk di serambinya yang dinaungi lampu kerek. Alasannya simpel: panorama. Dari sini, Borobudur terlihat anggun di antara pohon jati. Dulu, saat candi masih boleh didaki, kita bisa menangkap sosok para turis di sekitar stupa, cukup pakai fitur zoom di kamera telepon genggam.

Koleksi menu Patio cukup majemuk. Ada banyak menu lokal dan asing. Salah satu andalannya ialah sup buntut. Rasanya tak kalah dari versi Hotel Borobudur Jakarta. Namun, bintang utama resto ini ialah menthok mentel.  Bahan utamanya entok. Mirip bebek, tapi pakai eyeshadow merah, dan dagingnya lebih lembut. Satu menu ini saja cukup sebagai alasan untuk kembali ke Plataran Borobudur.

Interior The Kastil, restoran berdesain Eropa klasik. Kanan: Gerbang Padma Spa. (Foto: Plataran)

Plataran punya satu lagi fasilitas yang sangat populer—Enam Langit. Lokasinya bukan di kompleks resor, melainkan desa tetangga. Jaraknya sekitar delapan kilometer. Tidak terlalu jauh, namun waktu tempuhnya bisa menembus 30 menit, lantaran medannya cukup menantang.

Sejak dibuka pada 2019, Enam Langit terus menjadi buah bibir. Penyebabnya: alamat yang dramatis. Menclok di puncak bukit layaknya sarang elang. Sebagian orang menjulukinya restoran di atas awan. Dan berhubung berada di atas awan, kita perlu mendaki untuk menjangkaunya.

Dari dasar bukit, mobil merayap di tanjakan curam yang dibatasi jurang. Ada tiga pos jaga di sepanjang rute terjal ini. Memakai HT, para staf Plataran saling berkoordinasi. Mereka mengatur lalu lintas dengan sistem buka-tutup, memastikan mobil tak berpapasan di jalan sempit.

Enam Langit, restoran di puncak bukit yang menatap enam gunung. (Foto: Plataran)

Mendarat di tujuan, saya langsung paham kenapa Enam Langit begitu populer walau rutenya mendebarkan. Tempat ini menyuguhkan lanskap yang jauh lebih mendebarkan. Di sekitarnya, enam gunung menjulang agung menusuk langit. Di kaki mereka, sawah dan ladang mengukir lembah subur. Dari sini, kawasan Borobudur mirip baskom raksasa yang dikepung benteng.

Hidangan Enam Langit lebih variatif ketimbang Patio. Di samping area makan, sebuah bar mungil berdiri di tepi kolam renang. Tak ada miras di sini, setidaknya untuk sementara. Kabarnya, Enam Langit akan dilengkapi delapan vila dan beroperasi penuh sebagai resor bintang lima. Artinya, kelak, tamu bisa tidur di atas awan.

Plataran Borobudur Resort & Spa, Dusun Tanjungan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah; 0293/788-888; plataran.com; mulai dari Rp6.100.000, termasuk sarapan dan afternoon tea.

The post Setelah 12 Tahun, Plataran Borobudur Belum Berhenti Memukau appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
https://destinasian.co.id/setelah-12-tahun-plataran-borobudur-belum-berhenti-memukau/feed/ 0
Empat Dekade Berkarier, Chef Degan Luncurkan Buku Biografi https://destinasian.co.id/empat-dekade-berkarier-chef-degan-luncurkan-buku-biografi/ https://destinasian.co.id/empat-dekade-berkarier-chef-degan-luncurkan-buku-biografi/#respond Sat, 19 Nov 2022 17:58:53 +0000 https://destinasian.co.id/?p=69671 Mengisahkan perjuangan di dunia dapur. Sumbangsih penting dalam literatur kuliner Indonesia.

The post Empat Dekade Berkarier, Chef Degan Luncurkan Buku Biografi appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Degan Septoadji, koki yang memulai kiprahnya sebagai staf magang sebuah hotel di Jerman. (Foto: Courtesy of Degan Septoadji)

Profesi koki, katanya, hanya untuk mereka yang bermental baja. Dibutuhkan disiplin ketat, dedikasi spartan, serta pengorbanan waktu di atas rata-rata. Sistem kerjanya juga seperti militer. Rantai komando dapur diterapkan kaku, menyisakan sedikit ruang untuk diskusi dan opini, kerap tanpa ampun untuk alpa dan eror.

Uniknya, walau tantangannya berat, profesi koki terus menuai peminat. Mungkin karena ganjarannya menggiurkan. Di hotel misalnya, gaji executive chef bisa menyamai, kadang melampaui, general manager. Dan ada bonus lainnya: berbeda dari GM, koki punya peluang untuk menjadi selebriti.

Buku biografi Degan Septoadji berangkat dari konteks itu. Banyak orang ingin menjadi koki, mungkin tergoda oleh prospek keuntungannya, tanpa benar-benar menyadari apa yang diperlukan untuk menyintasi jalur keras ini. Dengan berbagi kisah hidupnya, Degan ingin memperlihatkan realitas hidup seorang koki, termasuk soal tantangan kerja yang kerap luput dari layar televisi.

Buku biografi Degan diluncurkan dalam ajang Indonesia International Book Fair 2022 di Jakarta. Kanan: Chef Degan pernah bekerja di beragam hotel ternama, termasuk Grand Hyatt Bali dan Banyan Tree Bangkok. (Foto: Courtesy of Degan Septoadji)

Judulnya Degan Septoadji Sebuah Perjalanan Kuliner: Behind the Chef. Buku ini diterbitkan tahun ini, sekaligus merayakan ulang tahun Degan ke-55. Peluncurannya digelar pada 13 November, dalam ajang Indonesia International Book Fair di Jakarta.

Sembilan bab pertama buku ini menyoroti aspek personal. Dibuka dengan kisah Sudjarwati, ibunda Degan, disambung dengan kisah sang ayah. Dari sini, pembaca diajak mengikuti masa kecil Degan di Jerman—episode hidup yang diselingi pilu dan berperan membentuk karakternya.

Bab-bab berikutnya fokus pada karier kuliner Degan. Ceritanya dimulai dari minat Degan pada profesi koki usai menonton proses kerja dapur kapal pesiar dalam sebuah acara televisi. Dari sini, garis hidupnya lurus di cabang kuliner. Dari staf magang sebuah hotel keluarga di Jerman, dia konsisten menapaki jenjang karier hingga menyabet titel executive chef.

Interior Letter D, restoran di Jakarta yang pernah diasuh Chef Degan. (Foto: Evan Praditya)

Lima bab terakhir buku mengulas kegiatan “ekstrakurikuler” Degan di cabang diplomasi kuliner (memasak di acara kedutaan Indonesia di luar negeri), eksperimennya membuka restoran di Bali dan Jakarta, hingga merintis perusahaan katering dan mengasuh kanal YouTube.

Buku 315 halaman ini ditulis dengan sudut pandang orang ketiga. Dalam bagian epilog, penulisnya, Akmal Nasery Basral, mengklaim memakai bingkai jurnalisme sastrawi yang “menggabungkan akurasi data dan fakta dalam storytelling yang mengalir.”

Sebagai materi edukasi, yang notabene misi awal buku ini, biografi Degan layak dirujuk oleh mereka yang ingin bekerja di dunia dapur, terutama dapur hotel. Hampir empat dekade berkarier, portofolio Degan didominasi pekerjaan sebagai koki hotel, termasuk di Grand Hyatt Bali, Atlantis Bahamas, serta Banyan Tree Bangkok.

Pramusaji dan menu di Cafe Degan, Bali, restoran yang beroperasi dari 2010-2017. (Foto: Putu Sayoga)

Buku terbitan Republika ini juga punya arti penting dalam literatur kuliner nasional. Koki yang menerbitkan kisah hidupnya adalah kasus langka di Indonesia. Mayoritas buku berkutat pada resep atau petualangan gastronomi.

Satu kritik terhadap buku ini barangkali kurangnya keberanian untuk menelanjangi “kejamnya” pekerjaan di dapur. Bacaan kuliner ini agaknya perlu tambahan bumbu. Kontras dari kisah-kisah dramatis dan vulgar dalam, misalnya, Kitchen Confidential atau The Devil in the Kitchen, dapur dalam buku Degan lebih mirip keluarga harmonis di mana mayoritas orang ramah dan rukun. Cristian Rahadiansyah

The post Empat Dekade Berkarier, Chef Degan Luncurkan Buku Biografi appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
https://destinasian.co.id/empat-dekade-berkarier-chef-degan-luncurkan-buku-biografi/feed/ 0
Menginap di Lost Lindenberg, Magnet Baru Little Canggu https://destinasian.co.id/menginap-di-lost-lindenberg-magnet-baru-little-canggu/ https://destinasian.co.id/menginap-di-lost-lindenberg-magnet-baru-little-canggu/#respond Fri, 04 Nov 2022 04:31:25 +0000 https://destinasian.co.id/?p=69465 Berisi hanya delapan kamar. Dirancang oleh arsitek Alexis Dornier.

The post Menginap di Lost Lindenberg, Magnet Baru Little Canggu appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Dibuka pada Juli 2022, Lost Lindenberg adalah resor jaringan asing pertama di Kabupaten Jembrana, Bali. (Foto: Robert Rieger)

Oleh Cristian Rahadiansyah

Pariwisata Bali berutang banyak pada peselancar. Sejak kedatangan Robert Koke pada 1936 hingga Bill Boyum pada 1970-an, kaum pembawa papan giat melacak ombak-ombak terbaik, menembus pelosok, membuka jalan bagi lahirnya kantong-kantong turis di pesisir, dari Uluwatu hingga Canggu.

Medewi lahir dari proses serupa. Sejumlah sumber pustaka mengklaim, kawasan ini terdeteksi peselancar asing sejak 1970-an. Sejak itu, pengendara ombak ajek berdatangan, surf lodge perlahan bermunculan. Tak lama, Medewi pun dijuluki “Little Canggu,” walau ini Canggu yang punya banyak masjid. Ada banyak Muslim di sini.

Tahun ini, Medewi mulai memenuhi “nubuatnya.” Awalnya rahasia segelintir peselancar, desa klandestin ini dilirik investor. Juli silam, sebuah resor merek asing dibuka di tepi Medewi, menempatkan desa ini dalam radar turis global. Tak lama, generasi pelancong baru mulai berdatangan—dan tak semuanya membawa papan.

Pintu ke saka, courtyard khas Bali, di taman resor. Kanan: Area bersantai di pantai berpasir hitam di Jembrana. (Foto: Robert Rieger)

Medewi berlokasi di Kabupaten Jembrana. Namanya mungkin jarang terdengar. Maklum, di pesisir selatan Bali, pariwisata sepertinya mentok di Tanah Lot. Dari sini, Medewi masih terpisah 50 kilometer lagi. Jaraknya lebih dekat ke Banyuwangi ketimbang Bandara Ngurah Rai.

Lost Lindenberg, resor terbarunya, berjarak enam kilometer dari titik selancar Medewi Point. Lokasinya di daerah permukiman. Lahannya terselip anggun di antara pepohonan, menjulur ke pantai tampan berpasir hitam legam.

Kompleks Lost Lindenberg terdiri dari empat menara “gardu pandang” yang ditata zigzag. (Foto: Pempki)

Resor ini bagian dari jaringan Lindenberg, grup muda dengan portfolio berisi hanya empat hotel di Jerman. Itu mungkin sebabnya, kehadirannya di Bali terkesan “drastis.” Untuk properti pertamanya di luar negeri, mereka langsung melanglang 12.000 kilometer ke selatan bumi. Bayangkan jika, misalnya, Komaneka mendadak buka cabang di Eropa.

Keputusan ekspansi ini, kata Christine Fiebiger, General Manager Lost Lindenberg, lahir dari spontanitas. Beberapa tahun silam, pemilik Lindenberg pelesir ke Bali, singgah di Medewi untuk berselancar, lalu kepincut. “Begitu saja, dia langsung putuskan bikin properti di sini,” kenangnya.

Area bersantai di tepi taman. Kanan: Instalasi neon rancangan seniman Tobias Rehberger asal Jerman. (Foto: Robert Rieger)

Menuju resor dari bandara, tamu akan melalui jalan penuh liku. Ini jalur logistik antara Gilimanuk dan Padangbai. Ada banyak truk barang lalu-lalang, membuat perjalanan kerap tersendat. Memasuki Jembrana, sesekali muncul hiburan: panorama sawah, nyiur, dan pegunungan. Mirip lukisan romantis Walter Spies.

Mendarat di Lost Lindenberg, tamu awalnya disambut tembok berisi pelang-pelang neon. Penataannya acak, seolah dicomot asal dari kelab malam atau bar disko. Di desa yang minim lampu, fasad resor terasa menohok, tapi ada makna di baliknya. Pembuatnya, artis Tobias Rehberger, ingin menciptakan semacam “perbatasan psikologis.” Instalasi pop ini mewakili dunia bising yang akan ditinggalkan tamu usai memasuki resor.

Tangga menuju area lobi dan toko di Lost Lindenberg. (Foto: Robert Rieger)

Lost Lindenberg, anggota kolektif Small Luxury Hotels of the World, berkapasitas hanya delapan kamar. Kecil memang, tapi desainnya megah. Kompleks ini terdiri dari empat menara “gardu pandang” yang dibariskan zigzag ke arah laut. Kamar-kamar hinggap di puncak menara. Di antara menara, jembatan terbentang menampung fasilitas resor: restoran, bar, kolam renang, dek bersantai, pergola untuk kelas yoga.

Arsitekturnya digarap oleh Alexis Dornier, figur kondang di Bali. Merujuk konsepnya, Alexis ingin memicu sensasi melayang di atas hutan, menatap lautan di kejauhan. Demi itu pula, semua kamar dibingkai kaca besar. Kecuali bagi pengidap akrofobia, bangun tidur adalah momen yang magis. Cukup geser gorden, lautan terhampar, Alas Purwo terlihat samar di Jawa Timur. Sore hari, mentari menembak sinar senja layaknya lampu mercusuar di ufuk barat.

Meja komunal di restoran yang menyajikan menu-menu vegan. Kanan: Kamar terletak di puncak menara dan terkoneksi dengan tangga putar. (Foto: Robert Rieger)

Seluruh kamar dirangkai dari kayu. Lantai, dinding, atap, hingga mebelnya, semua berbahan kayu. Tak ada bathtub dan televisi. Air panas, AC, dan internet tersedia. Matrasnya dibalut kelambu. Kamar mandinya dikepung jendela krapyak. Studio Jencquel, firma yang menggarap interior resor, jeli menjaga estetika visual. Kamar terasa trendi, tapi tetap rendah hati.

Berselancar adalah aktivitas utama di Lost Lindenberg. Kelas-kelas bagi pemula dibuka gratis di pantai depan resor. Naik VW Combi, tamu bisa menyambangi ombak di pantai-pantai tetangga.

Zona bersantai di kamar Lost Lindenberg, resor rancangan Alexis Dornier dan Studio Jencquel. (Foto: Robert Rieger)

Di luar selancar, resor ini cocok untuk retret. Jumlah tamu maksimum 16 orang. Karyawannya mendekati 40 orang, membuat standar servis cukup terjaga. Di kamar, gin tonic terhidang di meja. Stoples camilan dan infused water dipasok saban hari. Untuk minuman lainnya, tamu bisa langsung pesan dari bar. (Satu catatan: kopi lebih mahal dari bir, mungkin karena disajikan pakai cangkir custom dari Gaya Ceramic.)

Area sekitar resor masih sepi. Tiap kali ke pantai, jumlah pengunjung bisa dihitung dengan jari—cukup jari tangan. Jembrana belum masuk radar investor kakap. Menurut BPS, kabupaten ini hanya dihuni lima hotel bintang—dan Lost Lindenberg adalah properti waralaba pertamanya. Satu jalan di Kuta bisa punya lebih banyak hotel ketimbang seantero Jembrana. “Kami ingin liburan yang tenang di Bali sebelum pulang,” ujar Joakim, turis asal Swedia, yang datang bersama keluarganya ke Lost Lindenberg.

Kolam renang bersanding dengan bar di sisi belakang resor. (Foto: Robert Rieger). Kanan: Hidangan di restoran. (Foto: Lost Lindenberg)

Berhubung pariwisata belum berkembang, opsi restoran di sini sangat minim. Menginap di resor, tamu hampir pasti makan di resor. Dan untuk urusan perut ini, Lost Lindenberg memilih aliran yang cukup berani untuk standar Bali.

Dapurnya dipimpin oleh Yefta Gunawan Putra, koki asal Malang. Dia pernah bekerja untuk koki selebriti Vindex Tengker di Dharmawangsa Jakarta. Di Lost Lindenberg, Yefta meracik menu-menu berbahan tanaman. Hanya tanaman. Semua bahan yang melibatkan hewan dalam proses produksinya, contohnya madu, dilarang.

VW Combi mengantar tamu ke titik-titik selancar di sekitar resor. (Foto: Lost Lindenberg)

Di jam sarapan, hidangannya meliputi roti buatan sendiri, yogurt kelapa, serta bubur. Tengah hari, opsinya antara lain nasi goreng, sandwich isi tempe, dan garden salad. “Sangat menantang,” kata Yefta. “Mesti bikin menu sehat tapi tidak hambar, dengan presentasi yang menarik.”

Khusus makan malam, Yefta lebih kreatif bereksperimen dengan menu vegan. Contoh hidangannya ialah ubi panggang dengan kailan, rebung goreng dengan jamur, rempeyek dengan coleslaw. Format penyajiannya pun sedikit berbeda: makan tengah. Seluruh tamu dipanggil untuk makan bersama di meja panjang. Resor ini cocok untuk liburan romantis, tapi dunia tak selalu milik berdua. Tiap malam, semua orang melebur jadi satu keluarga.

Lost Lindenberg, Banyar Yeh Kuning, Jl. Ngurah Rai, Pekutatan, Jembrana, Bali; 0812-3456-6830; thelindenberg.com; mulai dari Rp5.500.000, termasuk sarapan untuk dua orang dan kelas selancar.

The post Menginap di Lost Lindenberg, Magnet Baru Little Canggu appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
https://destinasian.co.id/menginap-di-lost-lindenberg-magnet-baru-little-canggu/feed/ 0
Pesta Fotografi JIPFest Kembali Digelar Tahun Ini https://destinasian.co.id/pesta-fotografi-jipfest-kembali-digelar-tahun-ini/ https://destinasian.co.id/pesta-fotografi-jipfest-kembali-digelar-tahun-ini/#respond Tue, 13 Sep 2022 05:57:46 +0000 https://destinasian.co.id/?p=69005 Berkat sudah dibukanya perbatasan, bintang asing kembali berdatangan.

The post Pesta Fotografi JIPFest Kembali Digelar Tahun Ini appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Festival foto internasional ini akan berlangsung hingga 25 September di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. (Foto: JIPFest 2022)

>disi ketiga Jakarta International Photo Festival (JIPFest) resmi dibuka pada 9 September 2022 di Teater Bulungan, Jakarta Selatan. Festival foto internasional ini akan berlangsung hingga 25 September di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.

JIPFest 2022 menghadirkan 15 program, 55 acara, dan 59 tokoh fotografi dari sembilan negara. Beberapa headliners asing tahun ini ialah Espen Rasmussen (Norwegia), Brian Arnold (Amerika Serikat), serta Yumi Goto (Jepang). Bintang-bintang asing ini bisa dihadirkan berkat sudah dibukanya perbatasan.

Seperti dua edisi sebelumnya, JIPFest tidak terpusat di satu bangunan, melainkan tersebar. Salah satunya, berlokasi di Soup N Film (Foto: JIPFest 2022)

Seperti dua edisi sebelumnya, JIPFest tidak terpusat di satu bangunan, melainkan tersebar. Lokasi yang dipakai ialah Kala Karya, Kala di Kalijaga, Soup N Film, Lamandau House, Taman Langsat, serta Teater Bulungan. Dengan cara ini, publik bisa menikmati beragam sajian acara fotografi sembari menikmati kawasan Blok M.

“Edisi ketiga JIPFest diselenggarakan di tengah proses pemulihan pandemi. Saya berharap JIPFest dapat memberikan wadah untuk pelaku dan pencinta fotografi untuk bertemu, bertukar ilmu, ide, serta memamerkan dan memasarkan karya,” ujar Cristian Rahadiansyah, Direktur JIPFest, dalam siaran persnya.

Tahun ini, festival foto JIPFest mengusung tema “Revival”. (Foto: JIPFest 2022)

Tahun ini, JIPFest mengusung tema “Revival,” sebuah tema yang menggambarkan semangat zaman ketika dunia berupaya pulih dari masa pandemi. Tema ini pula yang dieksplorasi dalam pameran foto oleh 26 fotografer dari 19 negara. Pameran ini dikuratori oleh Asep Topan, Ayos Purwoaji, dan Ng Swan Ti.

Ada dua program baru dalam JIPFest, yakni Meet & Greet dan Indonesia Photo Fair. Yang terakhir ini lahir dari keinginan untuk menyediakan saluran pemasaran bagi karya-karya fotografi. Dalam jilid perdana Indonesia Photo Fair, total 38 fotografer dan penerbit berpartisipasi, termasuk Akiq AW, Muhammad Fadli, Haris Abghi Fauzan, Hermandari Kartowisastro, Nico Dharmajungen, serta Timur Angin.

The post Pesta Fotografi JIPFest Kembali Digelar Tahun Ini appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
https://destinasian.co.id/pesta-fotografi-jipfest-kembali-digelar-tahun-ini/feed/ 0