Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kombinasi Elegan W Koh Samui

Oleh Reza Idris

Tiga ratus meter di atas tanah, pulau tropis yang dibingkai pantai putih susu mengapung di lautan pirus. Dengan panorama seperti itu, Koh Samui sepertinya tak perlu memohon untuk dikunjungi. Samui adalah contoh produk sukses mesin pariwisata Thailand. Pulau yang awalnya berstatus tempat persinggahan nelayan ini telah disulap menjadi destinasi pelesir. Transformasinya dimulai pada 1989, saat bandara di sini diresmikan. Selang belasan tahun, pulau seluas 227 kilometer persegi ini sibuk membangun resor guna menampung serbuan turis. W Retreat Koh Samui adalah salah satu anggota liga elite resor-resor premium di Samui. Resor yang digarap bersama Amburaya Properties ini didirikan tiga tahun silam di utara pulau.

Perjalanan dari bandara menuju resor berlangsung hanya 20 menit. Kendaraan saya menyusuri jalan aspal dan hamparan rumput, serta sesekali meniti jalan kecil yang beralaskan tanah. Eksklusivitas adalah aset andalan mayoritas penginapan di Samui. Resor ditempatkan sejauh mungkin dari jalanan dan permukiman, walau sebenarnya ingar-bingar merupakan hal langka di sini. Samui, pulau terbesar ketiga di Thailand, hanya dihuni sekitar 50 ribu jiwa.

Lorong dengan leter W khas properti W Hotels.

“Lokasi ini salah satu yang terbaik di seantero Samui,” ujar Jean Naronglith, Operations Director W Retreat Koh Samui. “Hanya di tempat ini kita bisa menyaksikan sunrise dan sunset secara mudah.” Memang demikian adanya. Resor ini menempati sebuah tanjung, pesisir yang menganjur ke laut. Tamu bisa menonton ritual matahari terbit dan terbenam tanpa harus susah payah mendaki bukit guna mencari viewpoint.

Wow. Kata ini dipilih W untuk menggambarkan karakter resornya. Saat banyak properti berusaha mengadaptasi elemen desain tradisional, W konsisten dengan penampilannya yang eksentrik. Dan ambisi tersebut dieksekusi dengan sempurna oleh Maps Design, firma prestisius di balik arsitektur W Samui. Menjejakkan kaki di lobi utama, mata saya disambut oleh komposisi obyek yang atraktif: langit biru, laut pirus, sofa-sofa terapung, serta leter W raksasa yang seolah mengambang di batas horizon.

“Resor ini berdiri di tebing berundak, jadi tamu bakal disuguhi pemandangan yang megah meski baru memasuki lobi,” ujar Jean. P49 Deesign, desainer interior lokal, merancang lobi dalam konsep open-air dengan ornamen dinding kayu. Di area ini, filosofi “Wow” hadir dalam wujud taburan bangku rotan berwarna ceria yang bersanding dengan mural karya seniman Alec Monopoly.

Mural karya Alec Monopoly.
Seorang pelayan mengantarkan minuman racikan Beach Lounge pesanan tamu.

Punpreuk Smitinand, wanita berparas cantik asal Bangkok, menemani saya mengelilingi properti dengan luas sekitar satu hektare ini. Di lahan yang dipercantik taman, terdapat 73 vila yang dilengkapi kolam renang privat. Tipe termahal, suite, bernaung di tebing yang menatap laut dan pantai.

Kehidupan malam di Samui kalah semarak dibandingkan Bangkok atau Phuket. Jumlah kelab masih bisa dihitung dengan jari. W mengisi kelangkaan itu dengan merombak barnya. “Kami ingin bar bersifat terbuka. Menjamu siapa pun yang ingin bersantai dan bersosialisasi, terutama di malam hari,” kata Jean. Bermodalkan permainan cahaya, dentuman musik penuh energi, serta pemandangan Teluk Siam, Woobar merupakan situs paling hip di Samui bagi kaum nokturnal.

DJ booth terapung di kolam dekat lobi. W memang tahu cara menciptakan gaya eksentrik.
Pemandangan salah satu sudut resor mewah itu di malam hari.

Di tengah persaingan hotel yang makin ketat, W terus berekspansi untuk memperkuat magnetnya. Salah satu terobosannya adalah mendirikan 21 rumah dalam kompleks The Residences at W Retreat, di mana tamu dapat menikmati liburan secara jangka panjang atau permanen. Tahun ini, bekerjasama dengan rumah fesyen Kate Spade, W menciptakan empat tas travel bagi para anggota Starwood Preferred Guest.

W Retreat Koh Samui. 4/1 Moo 1 Tambol Maenam, Koh Samui, Thailand; 66/7791-5999; whotels.com; doubles mulai dari $542 per malam.

Dipublikasikan pertama kali di majalah DestinAsian Indonesia edisi November/Desember 2013. (Hotel Report—“Seni Semantik”)

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5