by Myranda Fae 16 October, 2024
Interview: Davy Linggar, View Finder dan Traveling
Bagi seorang seniman dan fotografer kenamaan Davy Linggar, ada banyak cara menuangkan isi pikiran manusia, salah satunya melalui media lukis dan foto.
Kumpulan momen dan gestur yang tertangkap lewat view finder kamera seringkali dituangkan kembali ke atas kanvas lewat goresan kuas membentuk adegan realistik yang memiliki makna khusus. Namun, Davy lebih suka jika orang bisa menginterpretasikan sendiri arti dari lukisannya.
Karya-karya bermakna tersebut kemudian ia tampilkan dalam sebuah pameran untuk mengajak pecinta seni masuk ke dalam dunianya, salah satunya di pameran tunggalnya “View Finder” yang tengah berlangsung di ROH Projects Jakarta.
View Finder
DAI: Boleh dijelaskan sedikit mengenai pameran View Finder ini dan apa pesan yang ingin disampaikan ke pengunjung?
DL: Kalau pameran ini sebenarnya, temanya keseharian saya. Sehari-hari saya di rumah, sama keluarga, sama istri, sama anak, kemudian di tempat kerja, lalu juga di pertemanan. Terus, saya melukis ini nggak punya beban apapun. Semua yang saya lukis, yang bikin saya senang saja. Saya juga nggak pernah mengikuti tren saat ini seperti apa.
Kalau pesannya sebenarnya saya cuma pengen cerita, tapi saya nggak bisa berkata-kata, jadi saya melukis. Dan saya senang kalau lukisan saya, yang ngeliat punya perasaan dan punya rasa yang beda. Saya sengaja kasih ruang buat yang ngeliat. Dan juga kan, momen-momen seperti ini, pasti terjadi juga di (kehidupan) teman-teman yang melihat karena semua yang sehari-hari kita rasain terjadi juga di rumah atau di tempat kerja mereka.
Baca Juga: Garuda Indonesia Akan Terbang dari Halim Perdanakusuma
DAI: Mengapa instalasi pameran diset seperti ini (instalasi rumah karya Andra Matin)?
DL: Saya ingin yang datang ke sini juga ngerasain intimasi, ngerasain kedekatan sehari-hari saya seperti apa di rumah. Jadi saya minta teman saya, Mas Andra Matin, untuk menerjemahkan dan menginterpretasi rumah saya dalam tanda putih seperti apa. Dan dia menerjemahkannya, menginterpretasikannya dengan fisik bangunan, tapi desainnya bukan ‘memindahkan’ rumah saya, tapi membuat bangunan dari karakter saya, dari sifat-sifat saya.
DAI: Apakah ada project selanjutnya yang sedang dijalankan atau direncanakan?
DL: Sebenarnya, karya dan instalasi ini mau kami bawa ke Hongkong tahun depan, ke Basel Hongkong yang di-encounter. Tapi detailnya masih rahasia. Jadi ini (Pameran View Finder) ini tuh kayak kelinci percobaannya. Untuk job motret juga lagi lumayan sibuk, harus keluar kota besok.
Hobi traveling Davy Linggar
Selain menangkap peristiwa dari kehidupan sehari-hari, Davy seringkali memperoleh inspirasi dan wawasan melalui traveling ke berbagai tempat.
Bepergian seru versi Davy yaitu mengunjungi kota besar yang punya museum, galeri, dan toko buku. “Kalau pulang harus bawa buku,” katanya. Davy tipe family-traveler, lebih suka bepergian bersama keluarga kecilnya.
Baca Juga: Mengunjungi Hong Kong-Macau-Guangdong dengan Visa Gratis 144 Jam GBA
DAI: Sesuka apa sih sama traveling?
DL: Suka banget. Itu pertanyaan yang saya tunggu-tunggu.
Kalau kerjaan, ya sudah karena memang harus kerja, tapi di sela-sela itu kan masih punya waktu untuk sendiri, untuk menikmati di luar kerjaannya. Tapi biasanya yang bisa travel benar-benar, itu kalau liburan sama anak-anak dan keluarga. Pasti kita sudah merencanain jauh-jauh, dan pasti perdebatannya banyak.
DAI: Dalam setahun bisa berapa kali traveling?
DL: Kalau kerjaan, random. Dua hari lalu, saya baru dari Bali untuk kerjaan, tujuh hari di Bali. Terus, besok saya harus ke Bali lagi, terus ke Banyuwangi, terus ke Bromo. Kalau trip yang holiday sama keluarga mungkin bisa antara dua sampai empat kali setahun. Ikutin liburan anak-anak aja, kalau emang tabungannya sudah cukup, bisa banyak (travelingnya), atau kalau tiket lagi murah.
DAI: Apakah kesukaan terhadap traveling ini bisa sampai mengorbankan kesibukan pekerjaan?
DL: Selama itu, memang masih bisa kompromi. Nggak mungkin kalau klien yang udah book dari jauh hari terus tiba-tiba saya cancel demi travel. Jadi, mungkin selip-selipin aja waktunya untuk traveling.
Ada satu kejadian. Kami udah rencana liburan, waktu itu ke Jepang, ke Tokyo dan Kyoto dua minggu. Terus, tiba-tiba di hari kelima atau keenam, istri saya dapet SMS. Ternyata istri saya salah jadwal, dia pikir bulan depan ternyata bulan ini ada acara wedding di Bali, di hari Minggu. Sementara, di hari Rabunya kami harus ke Kyoto. Ya sudah saya terpaksa antar mereka ke Kyoto lalu besoknya saya ke Tokyo lagi, langsung ke Bali.
Baca Juga: Menikmati Taman ‘Suci’ dan Segelas Sustainable Cocktail di Ayana Bali
DAI: Mas Davy lebih suka traveling ke tempat yang seperti apa, sih?
DL: Kalau sama anak-anak, masih yang agak mainstream lokasinya. Kayak mereka suka Tokyo, suka Korea gitu. Sebenarnya Paris juga suka. Tapi, belakangan kan Paris, Eropa makin gak enak ya. Tapi kalau ke sana, kami nggak cuma shopping doang, lebih senang kayak ke museum, ke galeri. Ke tempat-tempat yang seperti itu sih. Pasti travel ke mana pun, saya selalu cari galeri, museum, toko buku.
Kebetulan emang saya senang banget beli buku, baca buku, koleksi buku, jadi pasti setiap travel harus bawa pulang buku.
DAI: Bagaimana dengan solo trip?
DL: Solo trip jarang, hampir gak pernah kalau di luar kerjaan. Karena saya ngerasa bersalah kalau saya pergi sendiri tanpa ajak keluarga. Jadi, solo trip itu hanya kalau kerjaan aja sih.
DAI: Sebagai seseorang yang berkecimpung di dunia seni dan fotografi, traveling itu jadi momen untuk apa sih?
DL: Buat saya, kalau pergi kenapa saya nyempetin ke tempat-tempat kayak galeri, museum ya itu buat inspirasi, buat nambah wawasan juga. Dan gak harus ke galeri atau museum, itu buat saya juga bisa nambah wawasan. Karena banyak hal yang bisa dilihat, hal-hal yang bagus yang bisa jadi masukan buat saya dalam bidang apapun yang bisa saya terapkan. Terus juga untuk refreshing kalau emang liburannya yang travel banget, sama anak-anak, dan yang bukan untuk kerjaan.
DAI: Kalau traveling, biasanya bikin itinerary-nya mandiri atau lebih suka sama trip planner?
DL: Kami sama sekali gak pernah ikut tur. Karena kalau tur pasti ke tempat-tempat wisata ya.
Kalau cari makan juga yang lokal, jadi emang selalu ngerencanain sendiri aja, browsing sendiri, atau tanya temen bagusnya apa, dimana.
Emang kita rencanain, kalau misalnya ke suatu tempat maunya kesini, kesini, kesini. Tapi, gak harus memaksakan itu terjadi, jadi nyantai aja, sekuatnya aja, sesenangnya aja. Banyak menemukan hal-hal baru dari situ. Jadi gak terpaku banget sama plan. Yang penting ngeliat situasinya gimana, ngikutin, dan go with the flow aja.
DAI: Adakah tempat-tempat yang berperan penting banget di salah satu karya, atau mungkin memberikan kesan tertentu?
DL: Tempat favorit saya sebenarnya Tokyo, Hong Kong, sama Paris. Karena saya suka keteraturan, saya suka kota-kota besar.
Buat saya itu menyenangkan banget melihat bangunan, banyak orang, struktur yang macem-macem, terus ramai. Tapi dari situ, saya juga sering kali ke tempat-tempat yang sepi, yang bangunannya bagus atau tempatnya indah. Saya suka Hong Kong karena di situ berantakan tapi bagus. Berantakan tapi artistik, jorok tapi keren.
Baca Juga: Jeju Air Buka Rute Baru dari Incheon ke Bali dan Batam
Saya suka Paris, sering banget ke sana, nggak pernah bosan. Walaupun banyak cerita-cerita buruk tentang Paris, tapi tetap selalu menemukan kebaikannya. Gedung-gedung tuanya, terus jalan gang-gang, itu semua mudah dicapai dan dijalanin.
Gak kayak tempat-tempat lain yang butuh effort besar. Saya tahu istri saya kurang suka yang kayak gitu, yaudah saya ikut aja. Jadi, saya travel bukannya mau susah, mau senang. Lalu saya pernah ke India, tapi waktu itu sambil kerja, jadi belum eksplor banyak, belum puas. (chs)