by Yohanes Sandy 15 December, 2014
Eksplorasi Destinasi Baru di Bandung
Di sebidang tembok bata, dua setang sepeda ditanam dan difungsikan sebagai gantungan beragam pakaian. Di sudut yang lain, kalung, gelang, bantal, gelas keramik, dan CD dirangkai layaknya instalasi seni. Benda-benda di sini sepertinya ditata oleh store manager yang dibekali intuisi seorang kurator. “Dari pajangan rusa yang bertengger di dinding, boots yang berdiri di atas rumput sintetis, hingga kursi yang terduduk di sudut-sudut ruangan—seluruhnya ditata dengan saksama,” ujar Rendy, Head Counter Pop Shop. “Sebagai concept store, kami bukan hanya menjual barang, tapi merepresentasikan produk lokal dengan display yang inspiratif.”
Bertolak ke arah perbukitan Dago Giri terdapat Lawangwangi Creative Space yang mengawinkan restoran dan design store. Tempat yang didominasi warna putih dan abu-abu ini terpecah ke dalam dua lantai. Di bawahnya terdapat TUKU, kom binasi apik antara toko yang menjajakan kreasi perupa lokal serta galeri seni yang hampir setiap minggunya menampilkan karya seniman dari dalam dan luar negeri.
Sementara di lantai dua bertengger kafe atraktif yang menawarkan panorama kota. Lawangwangi dibesut oleh Andonowati, dosen matematika ITB yang bermimpi mengembalikan magnet lawas Bandung sebagai destinasi yang artistik, bukan semata tempat yang mengobral baju impor.
Bermukim di sentra distro, Little Subway mesti berjuang keras untuk memikat perhatian. Pilihannya jatuh pada gaya stasiun kereta bawah tanah khas New York: mungil dan dingin dari luar, tapi luas dan hangat di dalam. Kafe yang dilansir Maret 2014 ini adalah buah kreasi seorang pengusaha yang hobi memasak, Kemal Maruszama. “Tempat ini memang sengaja dibuat senyaman mungkin. Bukan hanya untuk para pengunjung, tapi juga untuk mereka yang bekerja di sini,” kata Kemal sembari menuangkan bir pletok, moktail tradisional Jawa Barat yang lazimnya hanya disajikan warung kaki lima. “Dari luar, banyak yang bilang tempat ini mirip sarang burung.”
Tiap menu disusun dari bahan yang simpel, tapi hasil akhirnya lebih mirip produk eksperimen laboratorium. Siapa yang menyangka keju, tahu, dan biscuit Oreo dapat dikawinkan di atas piring, dibalut kulit lumpia, lalu dimakan selagi garing dan hangat? Menu bernama “fried Oreo” ini bagaikan ikon Little Subway. Saat menggigit kulit lumpia renyah yang membalut kepingan Oreo, saya merasakan krim vanila meleleh di mulut. >>