by Cristian Rahadiansyah 16 November, 2020
Qatar Airways Ajak Penumpang Bayar ‘Dosa’ Polusi
Diumumkan 11 tahun silam, program carbon offset Qatar Airways akhirnya dijalankan. Mulai November 2020, maskapai ini membuka kesempatan bagi penumpang untuk “membayar” polusi penerbangan mereka.
Dalam definisi sederhananya, carbon offset ialah tindakan mengompensasi emisi penerbangan, dengan cara mendukung aktivitas yang mereduksi emisi, contohnya menanam pohon dan mendukung energi ramah lingkungan. Analoginya: dosa dibalas pahala.
Baca Juga: Cara Menghitung Emisi Anda—dan Cara Menebusnya!
Di Qatar Airways, carbon offset dibayarkan saat memesan tiket secara daring. Dalam kolom “Donate & Support” di situs webnya, kalkulator akan menghitung emisi karbon sesuai rute yang dipilih penumpang, lalu menyodorkan nilai donasi untuk mengompensasinya. Untuk penerbangan Jakarta-Doha misalnya, emisinya sebesar 733 kilogram dan nilai donasinya Rp52.000.
Jika penumpang sepakat membayar donasi itu, uangnya akan disalurkan untuk mendanai proyek pembangkit listrik tenaga angin di Desa Fatanpur, sisi utara India. Proyek ini diklaim berhasil menyunat 210.000 ton emisi rumah kaca per tahunnya. “Penumpang kini bisa membantu upaya meminimalisasi dampak lingkungan,” jelas CEO Qatar Airways, Akbar Al Baker, dalam siaran persnya.
Baca Juga: Amenity Kit Ramah Lingkungan
Program carbon offset Qatar Airways dikelola bersama International Air Transport Association (IATA). Demi memastikan dana publik tepat guna, proyek ini diaudit oleh lembaga independen Quality Assurance Standard. “Kami sangat senang menyambut Qatar Airways dalam IATA Carbon Offset Programme,” jelas Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal IATA. “Kompensasi karbon adalah cara cepat, langsung, dan pragmatis dalam membatasi dampak perubahan iklim.”
Keputusan Qatar Airways menawarkan carbon offset adalah berita positif dalam upaya mengerem ekses buruk penerbangan terhadap lingkungan. Dalam kategori alat transportasi, pesawat menyumbang sekitar 12% emisi global. Sayangnya, baru sekitar 30 maskapai yang memiliki program kompensasi semacam ini. –Cristian Rahadiansyah