by Myranda Fae 1 day ago

7 Pameran Seni di Galeri dan Museum Jakarta

Bulan April nampaknya jadi waktu yang sibuk bagi pencinta seni di Jakarta.
Kota ini dipenuhi beragam acara menarik, salah satunya deretan pameran seni yang menyajikan karya-karya segar dari seniman lokal maupun internasional, mulai dari instalasi kontemporer hingga lukisan klasik yang dihadirkan ulang.
Setidaknya ada belasan pameran seni yang berlangsung sepanjang bulan ini di berbagai galeri ternama. Berikut tujuh pameran pilihan di Jakarta yang sayang untuk dilewatkan, siapa tahu, bisa jadi pelarian singkat dari hiruk-pikuk ibu kota.
1. ara contemporary: “We Begin With Everything”
Pameran “We Begin with Everything” menjadi penanda pembuka galeri ara contemporary yang baru berdiri.
Mengangkat semangat proses kreatif sebagai sumber yang tak pernah habis, pameran ini menampilkan karya 17 seniman Asia Tenggara, termasuk Agan Harahap, Wedhar Riyadi, Irfan Hendrian, dan Iwan Effendi dari Indonesia, serta Dawn Ng dan Marcos Kueh yang tampil lewat kolaborasi dengan galeri internasional.
Pameran ini berlangsung hingga 4 Mei 2025 di ara contemporary.
2. Gajah Gallery: “Renjana, Rencana, Wacana, Bencana”
Gajah Gallery kembali membuka panggung bagi para seniman perempuan untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Bertajuk “Renjana, Rencana, Wacana, Bencana,” pameran ini menghadirkan karya-karya dari delapan seniman perempuan. Mereka adalah: Agnes Christina, Agnes Hansella, Betty Adii, Candrani Yulis, Dzikra Afifah, Elia Nurvista, Restu Ratnaningtyas, dan Theresia Agustina Sitompul. Sebuah esai kuratorial oleh Ananthapindika Dai turut memperdalam narasi dalam pameran ini.
Melalui berbagai medium, para seniman mengeksplorasi ketegangan antara intuisi dan struktur, serta kerentanan dalam proses kreatif. Mereka merespons lanskap personal dan kolektif dengan cara yang reflektif dan berlapis, menunjukkan bahwa penciptaan adalah proses yang tak linier dan terus bergerak. Pameran ini tidak menawarkan jawaban, melainkan membuka ruang bagi makna yang senantiasa bergeser.
Pameran ini terbuka gratis untuk umum dan berlangsung dari 19 April – 11 Mei 2025 di Gajah Gallery.
3. Nadi Gallery: PRONOID by Taufik Ermas
Pronoid adalah kebalikan dari paranoid (sebuah delusi positif bahwa orang lain selalu berpikir baik tentang kita). Istilah ini dikenalkan oleh psikolog Fred Goldner dalam jurnal Social Problems (1980). Dalam kondisi ini, sikap ramah dianggap sebagai tanda kedekatan, dan kenalan biasa disangka sahabat. Laurence Kirmayer, dalam tulisannya Paranoia and Pronoia (1983), bahkan menyebutnya sebagai bentuk gangguan psikologis.
Namun dalam versi yang paling ringan, pronoia bisa menyerupai optimisme. Dari situlah Taufik Ermas memilih Pronoid sebagai tema pameran solonya, menghadirkan karya-karya yang mengajak kita melihat sisi positif dan menyalakan kembali rasa percaya dalam diri.
PRONOID terbuka gratis untuk umum dari 17 April – 16 Mei 2025 di Nadi Gallery.
4. Galeri Salihara: “Marka/Matriks”
Pameran Marka/Matriks menelusuri perkembangan seni cetak grafis dari teknik tradisional seperti cukil kayu hingga eksplorasi material dan visual yang eksperimental. Menghadirkan lebih dari 30 seniman, termasuk Agung Kurniawan, Maharani Mancanagara, Tisna Sanjaya, Goenawan Mohamad, hingga kolektif Krack Printmaking, pameran ini memperlihatkan seni cetak sebagai medium yang menjembatani fotografi, seni digital, dan bentuk visual lainnya.
Pameran ini berlangsung dari 19 April – 18 Mei 2025 di Galeri Salihara.
5. Museum Nasional: “SUNTING: Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan”
Pameran “SUNTING: Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan” di Museum Nasional menyoroti kontribusi penting perempuan dalam sejarah, budaya, dan masa depan bangsa.
Terbagi dalam tiga zona, pameran ini menampilkan puluhan tokoh perempuan inspiratif, artefak lintas zaman, dan peran kolektif organisasi perempuan.
Pameran ini berlangsung hingga Juli 2025 di Museum Nasional Indonesia.
6. ISA Art: “A Fold in Time”
Pameran A Fold in Time merupakan kolaborasi tiga galeri kontemporer Asia Tenggara: MONO8 (Manila), ISA Art Gallery (Jakarta), dan Richard Koh Fine Art (Singapura/Bangkok).
Eksibisi ini menghadirkan seniman lintas disiplin, pameran ini mengeksplorasi momen-momen penting yang terjalin lewat karya seni, di mana masa lalu, kini, dan depan saling bertemu. Para seniman menuangkan gagasannya dalam karya dengan teknik dan filosofi yang beragam.
Pameran ini berlangsung dari 15 April – 20 Juni 2025 di ISA ART, Wisma 46 Jakarta.
7. Museum Bahari Jakarta: Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants
Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants mengangkat isu pencemaran laut akibat sampah, khususnya jaring ikan yang terbengkalai. Lewat 18 karya seni dari limbah jaring hasil kreasi seniman Erub Arts dari Kepulauan Selat Torres, pengunjung diajak merenungkan dampak dari pencemaran lingkungan. Karya-karya ini membuktikan bahwa limbah bisa disulap menjadi seni yang bermakna melalui bentuk-bentuk kreatif seperti ikan, penyu, hingga pari manta,
Terinspirasi dari hubungan maritim Australia dan Indonesia, pameran ini juga menyoroti upaya bersama mengurangi limbah plastik dan melindungi laut. Gita Kamath dari pemerintah Australia pun menyampaikan apresiasi atas dukungan Museum Bahari sebagai tuan rumah.
Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants berlangsung hingga 31 Agustus 2025 di Museum Bahari Jakarta.