Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Destinasi Favorit Kurator Museum MACAN

Sejak akhir 2018, Asep menjabat Kurator Museum MACAN. Alumni ITB ini pernah mengikuti program pendidikan kurator seni di Amsterdam dan Helsinki.

Wawancara oleh Karina Anandya

Gurun Atacama
Gurun di Chile ini sudah lama tercantum dalam target destinasi Asep. Itu sebabnya, ketika menginjakkan kakinya di sini, dia mengenangnya sebagai mimpi yang jadi nyata. Atacama, salah satu kawasan terkering di dunia, menampilkan lanskap ajaib yang menerbangkan imajinasi ke bulan atau Mars. “Bahkan NASA memilihnya sebagai tempat pelatihan staf,” tutur Asep.

Interior Stedelijk Museum. (Foto: Donang Wahyu)

Amsterdam
Karakter cuaca Amsterdam meninggalkan kesan spesial bagi Asep. Pergantian musim dingin ke musim semi dikenangnya sebagai momen suka cita. “Saya baru mengerti mengapa banyak orang menulis puisi dan lagu tentang musim semi,” jelasnya. Sementara di musim panas, Asep melihat Amsterdam memancarkan suasana mirip Tanah Abang, saking ramainya.

Istanbul
Berada di kota ini, Asep mengaku sempat tertegun saat mendengar kumandang azan. “Setelah satu tahun jauh dari rumah, saya hampir tidak pernah mendengar azan, dan sangat kembali mendengarnya, saya sangat terharu.”  Dia juga sempat bertamu ke Masjid Sultan Ahmed yang dinilainya sebagai “masjid terindah yang pernah saya lihat.”

Baca juga: 5 Pengalaman Liburan Paling Berkesan Bagi Monita Tahalea

Lucerne dijuluki “mini Switzerland” lantaran kota ini menawarkan segala hal yang mencirikan Swiss: gunung, danau, salju, ski, gondola, serta butik cokelat dan arloji. (Foto: Elge Kenneweg/Luzern Tourism)

Zurich & Lucerne
“Meskipun akomodasi dan harga barangnya tiga kali lipat lebih mahal daripada Amsterdam,” jelas Asep, “saya tetap menyukai Zurich dan Lucerne.” Kedua kota ini terhampar di tepi danau. Zurich merupakan sentra bisnis, sementara Lucerne terkenal sebagai destinasi wisata alam dan sejarah. Di Lucerne pula, Asep sempat trekking di Gunung Pilatus. “Pengalaman yang tak pernah saya lupakan seumur hidup,” jelasnya.  

Mexico City
“Jika pernah tinggal di Eropa, Anda pasti tahu betapa mahalnya jasa gunting rambut,” ucap Asep. Itulah alasannya mencoba jasa pangkas murah di Ibu Kota Meksiko, walau prosesnya tidaklah mudah. Kapster tak bisa berbahasa Inggris, sementara Asep tak menguasai Mexican Spanish.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Januari/Maret 2020 (“Kilas Balik”)

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5