by Yohanes Sandy 01 October, 2014
Wisata Kuliner di Bangkok
Interpretasi Inovatif
Sejak dibuka pada 1998, Eat Me (Soi Pipat 2, Convent Road, Silom; 66-2/238-0931;eatmerestaurant.com) terkenal akan suasananya yang santai, hidangan kafe bergaya Aussie yang simpel, serta jam operasional hingga larut malam yang memberikan publik opsi tempat makan usai menjelajahi dunia malam Bangkok.
Eat Me menempati bangunan putih dua tingkat yang merangkap galeri seni. Sosoknya seolah mengalami bedah estetik usai koki Tim Butler asal New York mengambil alih operasional dapur dan berkreasi memakai bahan-bahan kreatif dengan menambahkan beberapa hidangan inovatif seperti black chicken dengan pepaya, kelapa panggang, cabai, jeruk limau, dan selada daun sirih; serta tiram Tasmania Pasifik panggang dengan miso dan bawang bakung. Karyanya adalah buah interpretasi atas hidangan modern internasional dan regional.
Lounge dan bar bertengger di lantai dasar, sementara ruang makan memanjang di lantai atas yang dikelilingi balkon. Hampir saban bulan restoran ini dipilih sebagai wadah seniman lokal dan mancanegara untuk memamerkan karya-karya mereka, termasuk pelukis, fotografer, dan pematung.
Tur Kuliner
Bangkok tak sekadar menawarkan menu-menu inovatif, tapi juga mengajak kita menyelami lebih dalam tradisi yang menghidupi setiap dapur dan bumbu. Ajakan itu dilayangkan salah satunya oleh Bangkok Food Tours (6689-1263-657, bangkokfoodtours.com) melalui paket-paket tur ke titik-titik kuliner lokal.
Peserta akan dibawa ke Jalan Yaowarat di tengah Pecinan untuk mengeksplorasi hidangan Thai-Chinese atau area Bangkrak yang lebih fokus pada hidangan khas pedesaan Thailand. Tur dengan pemandu semacam ini meningkatkan wawasan kita akan keragaman masakan daerah yang lazimnya hanya diketahui oleh penduduk lokal.
Paketnya yang juga inspiratif, Tha Kha Floating Market Tour, mengajak peserta mengeksplorasi kuliner Thailand di atas perahu apung. Beragam hidangan khas lokal dimasak langsung di atas perahu, mulai dari kari ayam, tom yam, hingga pisang goreng dengan gula bakar. Bagi yang mendambakan investigasi kuliner yang lebih komprehensif, ikuti tur yang dipandu koki profesional. Salah satu yang menawarkannya adalah Anantara Bangkok (66-2/264-6464; anantara.com). Peserta bakal digiring ke pasar, lalu dibimbing untuk meracik, mencicipi, dan mengulas bahan dapur lokal. Tur ini lebih berbobot, tapi tarifnya lebih mahal.
Jika memiliki banyak waktu, Blue Elephant Cooking School (66-2/673-9353;blueelephantcookingschool.com) layak dijajal. Institusi yang tersebar di 11 lokasi di dunia ini menyediakan beragam program memasak hidangan Thai klasik dan modern, yang dipandu koki Nooror Somany Steppe. Digelar dalam suasana dapur profesional, tiap kelasnya memberikan tutorial seputar teknik carving buah-buahan dan sayuran, masak-memasak, dan peracikan bumbu. Blue Elephant Cooking School kerap menjadi sanggar pelatihan pengusaha kuliner yang hendak membuka restoran Thailand. Pesaingnya adalah Bangkok Cooking Academy (66-2/259-5853; bangkokthaicookingacademy.com). Ada tiga pilihan durasi kelas yang ditawarkan: lima, 10, dan 20 hari. Seluruhnya mencakup kursus memasak dan fruit carving dengan jenis masakan yang beragam.
Usai tur dan kelas memasak, kini saatnya berbelanja bumbu untuk dibawa pulang. Beragam bumbu siap saji dapat diperoleh di mal atau pertokoan besar semacam Siam Paragon, Emporium, atau CentralWorld. Kita bisa menemukan antara lain gaeng kiew wan (kari hijau), panang (kari merah), dan massaman (kari asam khas Thailand selatan).