Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

12 Tempat Menikmati Seni di Yogyakarta

Hamemayu Hayuningrat, patung perunggu setinggi sembilan meter buatan Wahyu Santosa yang terpajang di bandara. (Foto: Cipta Anak Bangsa)

Oleh Cristian Rahadiansyah

Berkat ekosistem seninya yang cukup komplet, Yogyakarta rutin mencetak seniman. Di sini ada banyak wadah bagi artis untuk berlatih, berkolaborasi, juga berdialog dengan publik. Tak kalah penting, ada banyak ruang untuk memamerkan karya, mulai dari galeri, hotel, hingga bandara. Berikut 12 tempat untuk menikmati seni di Yogya:

1. RuangDalam Art House
Pada 2016, pelukis Gusmen Heriadi menyulap rumahnya menjadi ruang seni. Selain rutin menggelar pameran yang didominasi karya artis muda, RuangDalam Art House menawarkan program pendidikan seni, contohnya lokakarya konservasi lukisan, kelas keterampilan seni rupa, serta kelas pembakaran keramik. Jl. Kebayan, Gang Sawo 55, Kasihan, Bantul; 0274/439-8117; ruangdalamarthouse.com 

Kiri-kanan: Interior kamar residensi di SaRanG Building; Balkon di SaRanG Building, ruang seni garapan Jumaldi Alfi dan Enin Supriyanto. (Foto: Ulet Ifansasti)

2. SaRanG Building
Ruang artistik ini dibidani oleh duet artis Jumaldi Alfi dan kurator Enin Supriyanto. Belakangan, kalender acaranya memang terbilang sepi, tapi SaRanG Building masih laris dikunjungi berkat desainnya yang sejuk, bernuansa hijau, dengan dinding yang digerayangi tanaman—kreasi apik dari Ng Sek San, arsitek dengan spesialisasi struktur semi-terbuka, seperti yang terlihat pada hotel Sekeping. Usai melawat SaRanG Building, tamu bisa mampir ke kedai kopi Ada Warung yang juga digagas oleh Jumaldi Alfi. Jl. Ambarbinangun, Kalipakis 05/02, Bantul; 0274/411-343 

Kru Ace House Collective berperan sebagai pramuniaga dalam Grosir Seni. (Foto: Kurniadi Widodo)

3. Ace House Collective
Di galerinya yang bersahaja, Ace House bergerilya mendobrak pasar. Salah satu prakarsanya, Grosir Seni, menampilkan semacam toko kelontong yang menjajakan benda seni berharga murah untuk khalayak massal, termasuk warga di sekitar galeri. Proyek terbarunya, Appresia, berniat menjadi pasar seni alternatif, di mana publik bisa menyaksikan karya, membayar si seniman, tanpa harus memiliki karyanya secara fisik. Harapannya, karya mereka bisa diakses publik secara luas, tidak melulu diborong spekulan dan kolektor. Jl. Mangkuyudan No.41, Mantrijeron, Kota Yogyakarta; 0274/3819-595   

Suasana pameran At the Still Point di Langgeng Art Foundation. (Foto: Kurniadi Widodo)

4. Langgeng Art Foundation
Polos dan lapang, dinding-dinding Langgeng Art Foundation (LAF) rutin dipakai untuk ekshibisi seni kontemporer. Magnet lain tempat ini tentu saja lokasinya: jalur turis Suryodiningratan, tak jauh dari tempat-tempat populer semacam Ranah Bhumi dan Mediterranea Restaurant. LAF didirikan pada 2020 oleh Deddy Irianto, yang juga mengelola Langgeng Gallery Magelang. Jl. Suryodiningratan 37, Kota Yogyakarta; 0274/417-043

Seniman Ichwan Noor memvisualisasikan gerakan pesawat lewat barisan patung Bedhaya Kinjeng Wesi. (Foto: Cipta Anak Bangsa)

5. Yogyakarta International Airport
Di provinsi yang rajin mencetak seniman ini, bahkan bandara pun berperan ganda sebagai galeri. Yogyakarta International Airport (YIA) menyewa 12 artis dan dua kelompok perajin untuk menerjemahkan konsep kuratorial Gandheng Renteng, sebuah refleksi atas kesinambungan proses pertemuan, kepergian, dan kedatangan. Di antara mereka, ada Wahyu Santosa, Ichwan Noor, Entang Wiharso, dan Budi Kustarto. Apa yang dilakukan YIA bukanlah hal baru. Karya seni telah lama terpajang di Bandara Changi dan Soekarno-Hatta. Bedanya, YIA memilih karya lewat sistem kuratorial, karena itu memiliki benang merah yang jelas. Jl. Wates, Kulonprogo; artcab.id  

Kiri-kanan: Terracotta Biennale digelar di Pelataran Djoko Pekik. (Foto: Ulet Ifansasti); Pameran Seninjong di galeri Pelataran Djoko Pekik. (Foto: Kurniadi Widodo)

6. Pelataran Djoko Pekik
Rindang dan guyub, tempat milik maestro Djoko Pekik ini selalu menarik didatangi, meski tak ada hajatan. Di pinggir jalan utamanya, ada galeri yang rutin dipakai untuk pameran temporer. Berjalan lebih jauh ke dalam, terhampar petak-petak lahan yang pernah dipakai untuk beragam acara, sebut saja Terracotta Biennale dan Ngayogjazz. Jika beruntung, tamu juga bisa bertemu sang pemilik properti. Djoko Pekik gemar berjalan-jalan memantau pohon-pohon di sekitar kediamannya. Dusun Sembungan, Kasihan, Bantul 

Prihatmoko Moki, salah seorang pendiri Krack!, ruang pamer dan studio dengan fokus printmaking. (Foto: Kurniadi Widodo)

7. Krack!
Tempat ini fokus pada ceruk yang spesifik: printmaking. Studionya mencetak poster dan selebaran inovatif bergaya pop, sementara galerinya secara berkala menanggap pameran yang merespons fenomena budaya. Pada 2017 misalnya, Krack! menggelar Resistance is Futile!!! yang memajang poster film fiksi ilmiah dalam tafsir segar. Hajatan sebelumnya, Obat Kuat, mengkritisi perkembangan reklame obat vitalitas. Krack! didirikan pada 2013 oleh Prihatmoko Moki, Rudi Hermawan, serta artis Australia Malcolm Smith. Jl. D.I. Pandjaitan, Mantrijeron, Kota Yogyakarta; 0817-542-1806; krackstudio.com  

Kiri-kanan: Aneka poster acara seni di Cemeti; Nindityo, tokoh yang menemukan banyak perupa muda berbakat di Yogya. (Foto: Ulet Ifansasti)

8. Cemeti, Institute for Art & Society
Dalam sejarah seni Indonesia, Cemeti punya tempat spesial. Melalui beragam programnya, tempat yang dirintis pada 1988 ini menyemai bakat-bakat lokal, mempromosikan karya mereka ke luar negeri, dan yang tak kalah penting, menyediakan perspektif bagi publik untuk memahami skena seni Yogya. Dari Cemeti jugalah dunia berkenalan dengan sosok progresif semacam Heri Dono, Eddie Hara, dan Agus Suwage. Cemeti didirikan oleh duet Nindityo Adipurnomo dan Mella Jaarsma. Program utamanya adalah residensi, diskusi, serta presentasi karya. Jl. D.I. Panjaitan 41, Kota Yogyakarta; 0274/371-015; cemeti.org  

Pengunjung memotret karya dalam pameran Paper Trails di Sangkring Art Space. (Foto: Kurniadi Widodo)

9. Sangkring Art Space
Di antara ruang-ruang seni Yogya, Sangkring Art Space (SAS) tampil menonjol berkat posturnya yang gigantik. Ruang-ruang pamernya didesain lapang, dengan langit-langit tinggi, sehingga seniman bisa leluasa bereksperimen dalam mengemas pameran. SAS didirikan pada 2007 oleh seniman prolifik Putu Sutawijaya. Tiga tahun berselang, dia melengkapi ruang seninya dengan meluncurkan Sangkring Art Project, lalu melansir sayap baru Bale Banjar pada 2016. Salah satu ajang reguler terbesar di sini ialah Yogya Annual Art (YAA). Nitiprayan No.88, Kasihan, Bantul; 0274/381-032; sangkringart.com  

Kiri-kanan: Mural para pelaku seni di Kedai Kebun, restoran merangkap ruang seni alternatif; Seniman enigmatik Agung Kurniawan di Kedai Kebun. (Foto: Ulet Ifansasti)

10. Kedai Kebun Forum
Andaikan jalan cupet Tirtodipuran terasa lebih padat, itu biasanya karena Kedai Kebun Forum (KKF) sedang menanggap acara. Sejak didirikan pada 1997, tempat ini ajek dipakai untuk aneka kegiatan, terutama oleh kaum muda. Berkat popularitasnya pula, KKF tercantum dalam panduan wisata Lonely Planet. Tempat seni ini didirikan oleh Agung Kurniawan dan Yustina Neni. Selain ruang acara, bangunan bohemian dua lantai ini menampung restoran yang didesain oleh arsitek kondang Eko Prawoto, plus toko yang menjajakan produk buatan studio-studio lokal. Jl. Tirtodipuran 3, Kota Yogyakarta; 0274/376-114; kedaikebun.com  

Fitur unik perosotan The Golden Brass Slide di Artotel Yogyakarta, hotel yang dilengkapi galeri. (Foto: Artotel)

11. Artotel Artspace
Seperti cabang Artotel lainnya, Artotel Yogyakarta dilengkapi galeri untuk pameran temporer. Bertindak sebagai pengarah acaranya ialah Windi Salomo, yang juga dikenal sebagai pendiri galeri SAL Project dan ruang seni Dia.lo.gue di Jakarta. Hotel lain di Yogyakarta yang memiliki ruang pamer ialah Greenhost Boutique Hotel. Fasilitasnya, Green Art Space, berlokasi di lantai dasar, bersanding dengan Art Kitchen Resto. Jl. Kaliurang No.14, Sleman; 0274/6000-333; artotelgroup.com

Beberapa karya dalam Bantul Art Summit di Gajah Gallery. (Foto: Kurniadi Widodo)

12. Gajah Gallery
Awalnya bengkel kerja perupa, Gajah Gallery menjelma jadi ruang pamer yang cukup bergengsi di Yogya. Salah satu acara besutannya ialah Bantul Art Summit, yang diikuti banyak nama besar. Selain ruang pamer, Gajah Gallery memiliki Yogya Art Lab, wadah bagi artis untuk berkreasi di luar pakem dan bereksperimen dengan beragam medium. Satu yang penting diketahui, Gajah Gallery tidak dirintis di Yogya, melainkan Singapura. Jl. Keloran 6, Bantul; 0878-3834-7868; gajahgallery.com  

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5