Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Panduan Makan di Portland

Legenda Thai
Di Alder terdapat sebuah food cart yang menjadi legenda hidup berkat kelezatan makanannya. Demi mencicipinya, orang-orang rela mengantre lama, bahkan di musim dingin sekalipun. Namanya Nong’s Khao Man Gai. Hanya ada satu menu yang dijajakannya: chicken rice ala Thailand. Saya mengantre seraya membaca kliping artikel bertema Nong’s Khao Man Gai dari majalah dan koran yang dilekatkan di dinding depan.

Usai mencicipi nasi ayam khas Negeri Gajah Putih, saya langsung mengerti mengapa banyak orang sudi berbaris panjang. Nasinya yang bertekstur lembut dimasak dengan kaldu ayam yang dibumbui bawang putih, jahe, bawang merah, dan lengkuas. Pasangannya adalah daging ayam yang juga direbus dengan kuah bumbu. Sedangkan pelengkapnya adalah saus spesial dengan bumbu bawang putih, jahe, dan saus sambal Thailand yang melebur rasa pedas, asam, dan asin. Rasanya benar-benar menyihir lidah, berbeda dari semua nasi ayam yang pernah saya santap sebelumnya. >>

Opsi Halal
Meski populasi muslim di Portland kurang dari satu persen, mencari makanan halal bukanlah perkara sulit. Elmasry dan Gyro House adalah dua contoh kedai yang menyajikan menu halal dengan cita rasa Mesir. Kreasi andalannya antara lain kofta, kibbeh, falafel, beef salad, dan baklava.

Kofta adalah menu daging panggang yang mudah ditemukan dari Yunani hingga Timur Tengah. Dagingnya dijejali ke dalam sandwich, lalu dicampur tomat, bawang, dan saus tzatziki (dibuat dari yoghurt, garam, minyak zaitun, dan mentimun cincang). Sementara kibbeh adalah bola goreng yang diramu dari buncis atau kacang fava, atau keduanya.

Saya memesan beef salad porsi besar. Isinya potongan daging di atas tumpukan selada segar yang dilumuri saus tzatziki. Pedagang biasanya juga menyertakan dolma, nasi rempah yang rasanya agak asam dan asin. Mirip lontong, nasi ini dibungkus daun, tapi bukan daun pisang, melainkan daun anggur. Selain Elmasry dan Gyro House, makanan halal juga bisa ditemukan di Saaj Baghdad. Sesuai namanya, kedai ini berkiblat pada tradisi dapur Irak. Dua andalannya adalah lamb shawarma dan chicken shish kebab. Hubungan Irak dan Amerika boleh naik turun, tapi untuk urusan makanan, keduanya sudi akur.

Tradisi Hawaii
Kuliner Hawaii sangat jarang dikenal oleh warga Indonesia. Di Alder, kita bisa menjajalnya di Island Grill Hawaiian Barbeque. Dua menu populernya adalah loco moco dan kalua pork. Loco moco adalah daging burger yang tidak diapit oleh roti, melainkan diletakkan di atas nasi, kemudian ditumpuk telur mata sapi dan disiram gravy. Sementara kalua pork, berbeda dari dugaan saya, ternyata tidak dimasak dengan kahlua, minuman keras beraroma kopi. Kalua di sini merujuk pada proses memasak dengan imu, sejenis oven bawah tanah. >>

Mosaik Eropa
Barangkali tak semua warga Eropa sepakat kuliner luhur mereka disajikan di kios-kios mungil berbentuk gerobak rokok. Tapi warga Alder tak mau ambil pusing dengan stereotip tersebut. Food cart yang menjajakan menu Benua Biru di kota ini lumayan banyak. Pertama-tama, saya singgah di Traditional Polish Cuisine yang menawarkan golumpki, kielbasa, goulash, dan paprikash.

Golumpki dibuat dari daging sapi, bawang bombai cincang, jewawut, dan beras yang dibungkus daun kubis, kemudian dipanggang dengan saus tomat. Sementara kielbasa adalah sosis Polandia yang disajikan dalam konsep hotdog. Saya juga sempat memesan goulash yang terdiri dari daging sapi rebus, bell pepper, jamur, wortel, bawang, dan paprika, ditambah kuah hangat yang kental—menu favorit di musim dingin.

Bagi penggemar British fish & chips, The Frying Scotsman layak disambangi. Daging ikannya dilumuri adonan tepung dan bir, lalu digoreng dan disajikan bersama kentang goreng dan saus tartar. Menyantapnya menerbangkan imajinasi saya ke kota-kota kecil di Inggris. Khusus menu ini, ikan yang dipakai adalah pecak, haddock, kod, serta kakap merah.

Dari Inggris, saya bergerak ke timur guna melahap aneka sosis Jerman di Altengartz. Food cart berbentuk mobil ini menyuguhkan beragam hotdog yang disisipi bratwurst, sosis khas Jerman. Ada banyak opsi topping guna meramaikan rasanya. Yang paling terkenal adalah sloppy fritz, keju Swiss dan irisan bawang yang dimasak dengan wine.

Satu tempat lain yang tak boleh dilewatkan di Alder adalah Kargi Gogo. Tawarannya sangat langka: Georgian cuisine. Nama-nama menunya sangat asing di telinga, sebut saja khachapuri (roti isi keju cair), lobiani (roti isi kacang merah dan rempah), serta badrijani (terung berisi kenari dan bawang). Pemilik Kargi Gogo adalah warga Amerika yang pernah menetap di Georgia sebagai sukarelawan Pasukan Perdamaian. >>

Kios-kios makanan yang bertebaran di Portland.

Invasi Batavia
Obama sepertinya bisa mengobati rasa kangennya pada sate di Batavia, food cart yang mengoleksi banyak menu khas Indonesia. Dari jendela di buntut sebuah truk, kita bisa memesan makanan yang lazim dijual di sudut-sudut gang di Jakarta, contohnya gado-gado, tempe goreng, sate padang, hingga es cendol.

Menurut saya, dari segi rasa, banyak menu di Batavia telah disesuaikan dengan lidah lokal. Daya sengat bumbunya kurang tajam. Tapi tempat ini setidaknya berhasil menjadi duta kuliner Garuda di tanah Paman Sam. Saya pun bangga melihat beberapa warga asing menikmati sate dan es cendol dengan wajah berseri.

Detail
Portland
Rute
Tidak ada penerbangan langsung ke Portland dari Indonesia. Beberapa maskapai yang melayani rute ke sana adalah Cathay Pacific (cathaypacific.com), Singapore Airlines (singaporeair.com), dan Delta Airlines (delta.com)—semuanya dengan transit antara dua hingga tiga kali.

Informasi
Sejumlah kios di Portland telah memiliki situs privat, misalnya Kargi Gogo (kargigogo.com) dan The Frying Scotsman (thefryingscotsmanpdx.com). Untuk kios lainnya, informasi seputar menu, alamat, juga peta kuliner bisa ditemukan di foodcartsportland.com. Untuk informasi seputar tempat wisata dan makan, silakan klik downtownportland.org. Transportasi publik telah tersedia untuk menjangkau sentra-sentra food cart. Jadwal, biaya, dan rute kendaraan umum bisa disimak di trimet.org.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Sep/Okt 2014 (“Kota Kios”)

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5