by Nina Hidayat 26 June, 2015
Mengunjungi Museum Buatan Louis Vuitton
Tempat ini didedikasikan bagi karya-karya seniman abad ke-20 dan 21. Sebelas galeri di rahimnya memajang karya-karya kontemporer dari koleksi pribadi Arnault, termasuk seri lukisan potret Andy Warhol yang bertajuk “Ten Portraits of Jews of the Twentieth Century;” serta instalasi buatan artis seni pertunjukan asal Serbia, Marina Abramović. Layaknya museum kontemporer yang ramah terhadap eksplorasi eksperimental, Fondation Louis Vuitton juga menyajikan karya-karya eklektik dalam format audiovisual di beberapa galerinya.
Usai menyambangi galeri, pengunjung bisa mampir ke rooftop garden untuk melihat jelas selusin kurva kaca yang merangkai Fondation Louis Vuitton. Struktur melengkung adalah ciri khas Frank Gehry, yang terang-terangan menolak gaya arsitektur post-modern yang didominasi garis-garis lurus dan kaku.
Hingga 6 Juli 2015, museum ini menggelar ajang temporer bertajuk “Keys to a Passion” yang memamerkan karya-karya yang mendefinisikan dunia seni abad ke-20 dan melibatkan nama-nama besar seperti Picasso, Mondrian, dan Rothko. Meski tamu harus bersaing untuk mengamati lukisan-lukisan para maestro tersebut, mayoritas pengunjung Fondation Louis Vuitton adalah warga lokal yang menghargai kontemplasi.
Berbeda dari Louvre yang bising oleh turis yang berebut sudut guna melihat sekilas senyum misterius Mona Lisa, Fondation Louis Vuitton relatif menawarkan ketenangan. Bagi saya yang datang dari kota sesak seperti Jakarta, museum ini adalah sebuah tempat menyepi yang artistik.
8 Avenue du Mahatma Gandhi, Bois de Boulogne, Paris, Prancis; 33-1140/699-600; fondationlouisvuitton.fr; operasional: 11:00-20:00 (Senin, Rabu, Kamis), 11:00-23:00 (Jumat), 10:00-20:00 (Sabtu, Minggu), Selasa tutup; tiket €14.