Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kenapa Jakarta dan Bali Tak Punya Resto Michelin?

Ruang makan Tin Lung Heen, restoran dengan dua bintang Michelin di Hong Kong. (Foto: The Ritz-Carlton Hong Kong)

Tahun ini, Tel Aviv berniat mendatangkan Michelin Guide. Kota ini ingin restoran-restorannya dinilai oleh para inspektur, lalu beberapa diberikan bintang Michelin. Demi niat itu, tulis The Times of Israel, pemerintah Israel menyiapkan anggaran €1,5 juta (sekitar Rp24 miliar). 

Michelin Guide, terlepas dari perdebatan soal standar evaluasinya, merupakan referensi prestisius di dunia restoran. Banyak negara ingin memilikinya, karena dipercaya mujarab dalam menaikkan pamor di peta kuliner—apalagi untuk negara yang tidak terkenal sebagai “destinasi kuliner.”

Keuntungan Michelin Guide juga akan dirasakan pemilik restoran. Gambaran tentang hal ini pernah disampaikan koki selebriti Joel Robuchon kepada Food & Wine. “Dengan satu bintang Michelin,” katanya, “pendapatan bisa naik sekitar 20%. Dua bintang, naik sekitar 40%, dan dengan tiga bintang, sekitar 100%.”

Kiri-kanan: Koki Shin Chang-ho dan salah satu masakan kreasinya di Joo Ok, restoran dengan dua bintang Michelin di Seoul. (Foto: Jun Michael Park)

Semua itu menuntut investasi. Berapa nilainya? Tak ada yang tahu persis. Anggaran pemerintah Israel berbeda dari yang dikeluarkan negara lain. Namun, satu yang pasti, dan ini mungkin terdengar mengejutkan: Michelin Guide ternyata bisa “diwaralaba.” Sebuah negara bisa mendatangkannya, dengan menyetor sejumlah biaya.

Oktober tahun lalu, The Nation Thailand memberitakan biaya proyek Michelin Guide Thailand 2022-2026. Angkanya cukup fantastis: $4,1 juta (Rp62 miliar). Dalam skema pencairan anggarannya, TAT menyetor $820.000 per tahun kepada Michelin Travel Partner France untuk menerbitkan dan mempromosikan Michelin Guide Thailand.

Berita serupa datang dari Korea Selatan. Yonhap News melaporkan, Korean Tourism Organization membayar pihak Michelin sekitar $350.000 per tahun dari 2016-2020 untuk penerbitan Michelin Guide edisi Seoul.

Hill Street Tai Hwa Pork Noodle, kedai sederhana di Singapura yang memiliki satu bintang Michelin. (Foto: Ore Huiying)

Dari contoh-contoh tadi, terlihat biaya Michelin Guide sangat variatif. Di banyak tempat lain, misalnya Makau dan Singapura, biayanya tak diketahui. Namun begitu, Washington Post pernah menulis bahwa Michelin Guide di kedua kota ini merupakan hasil “pesanan,” artinya biaya produksinya disediakan oleh pihak tuan rumah.

Michelin Guide datang ke tempat-tempat dengan tawaran kuliner yang melimpah dan variatif. Hingga tahun ini, panduan ini tersedia di 39 negara, termasuk Malaysia yang bergabung akhir 2022.

Jadi, kenapa Jakarta atau Bali tak memiliki resto Michelin? Penyebabnya mungkin bukanlah faktor kualitas restoran, melainkan komitmen biaya “waralaba” dari pemerintah Indonesia. Tak ada uang, sulit berharap bintang.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5