Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ekspedisi Edukasi

Oleh James Louie

Dari habitat komodo di Flores, sabana di Sumba, hingga ombak-ombak selancar di Rote, Nusa Tenggara Timur menawarkan keindahan alam yang memikat ratusan ribu turis saban tahunnya. Tapi surga ini bukannya tanpa masalah. Di balik industri pariwisatanya yang berdenyut kencang, provinsi di timur Indonesia ini memiliki banyak desa tertinggal, warga miskin, dan sekolah yang memprihatinkan. Problem yang terakhir inilah yang coba diatasi oleh Happy Hearts Fund (HHF).

HHF, organisasi nirlaba yang didirikan pada 2006 oleh mantan supermodel Petra Němcová, mengusung agenda pembangunan sekolah-sekolah di kawasan yang diterjang bencana. Di Indonesia, organisasi ini memulai aktivitasnya di Yogyakarta usai gempa besar pada 2006, kemudian pada 2013 membuka Happy Hearts Indonesia, cabang internasional pertamanya. Maret silam, dalam rangka ulang tahunnya yang kelima, cabang Indonesia meluncurkan kampanye #iamchange dengan tujuan memperbaiki atau membangun ulang 200 sekolah di Nusa Tenggara Timur dalam kurun lima tahun.

Kiri-kanan: Paul Foster, duta kampanye #iamchange; pemandangan memikat Labuan Bajo (Foto: Putu Sayoga)

Merujuk data BPS, hampir seperempat dari total populasi Nusa Tenggara Timur adalah anak-anak di bawah usia 10 tahun, dan Happy Hearts Indonesia mendapati banyak TK dan SD di provinsi ini berada dalam kondisi miris, mulai dari bangunan yang tidak tahan gempa, absennya fasilitas toilet, hingga minimnya meja, kursi, dan alat belajar yang layak.

Happy Hearts Indonesia mengandalkan partisipasi publik dalam tiap inisiatifnya. Guna meningkatkan gaung #iamchange, lembaga ini merekrut lima selebriti sebagai duta, salah satunya Paul Foster, aktor asal Singapura. Belum lama, pria yang pernah berperan dalam Catatan Si Boy ini melawat Labuan Bajo untuk memperbaiki dua sekolah. “Saya memetik banyak pelajaran untuk diri saya sendiri, seperti soal mengatur ekspektasi serta mengembangkan kemampuan berkomunikasi, kerja sama tim, dan beragam aspek proses konstruksi,” kenangnya. Tentu saja, misi utama Paul sebagai sukarelawan dan duta kampanye adalah meninggalkan warisan yang positif. “Kami membantu generasi penerus untuk mendapatkan pendidikan dalam lingkungan yang aman,” tambahnya. “Dengan berfokus pada anak-anak, kami berharap bisa berkontribusi untuk mematahkan rantai kemiskinan sekaligus membuka kesempatan hidup yang lebih baik bagi mereka.”

Happy Hearts Indonesia akan menggelar sejumlah trip sukarelawan ke Nusa Tenggara Timur pada Agustus dan November 2018. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi happyheartsindonesia.org.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/September 2018 (“Ekspedisi Edukasi”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5