by Cristian Rahadiansyah 29 November, 2013
Resor Termahal di Kepulauan Seribu
Lokasi
Kepulauan Seribu membuat Jakarta layaknya sebuah anomali. Ibu kota negara yang mengoleksi 110 pulau adalah kasus langka. Pada 2002, pengusaha tambang David Salman membeli salah satu pulau di sana dan mengisinya dengan penginapan pribadi. Oktober silam, pria berdarah campuran Sulawesi-Sumba ini menyulap propertinya menjadi resor komersial dengan tarif termahal di Kepulauan Seribu. Isle East Indies berlokasi di Kaliage Kecil, pulau yang berada di sisi tengah Kepulauan Seribu.
Dengan luas hanya satu hektare, kita bisa mengelilinginya dalam waktu 10 menit. Di sisi utaranya ada Pulau Macan dan Pelangi, sementara di selatannya ada Alam Kotok dan Pramuka. Dari Ancol, kita bisa menjangkaunya dengan waktu tempuh sekitar 90 menit.
Desain
Isle East Indies mencerminkan gairah sang pemilik pada benda antik. Bangunan utamanya, Main Joglo, mengadopsi rumah tradisional Jawa, lengkap dengan atap tumpang dan gebyok di pintu masuk. Bagian-bagian utama rumah berumur 120-an tahun ini didatangkan dari Demak, Jawa Tengah. Di belakang Joglo terdapat Malay Guest House yang memancarkan gaya peranakan, sementara di sampingnya ada Lumbung, struktur bergaya berugak yang menjulang di antara pepohonan jangkung. Semua bangunan terhubung oleh jalan setapak beralaskan pasir putih yang dipayungi kanopi hutan. David tak cuma merancang arsitektur bangunan, tapi juga mendesain interiornya. Penggemar Architectural Digest ini menaburkan ornamen-ornamen berbahan natural dan logam hampir di setiap sudut ruangan. Kita bisa menemukan furnitur rotan, wastafel berusia hampir satu abad, kulkas kuno bertubuh kayu, serta asbak berbahan tembaga. Di antara barang-barang tersebut, David menyelipkan tema marine. Aplikasinya terlihat pada tatakan gelas bergambar perahu-perahu tua, meja makan berbentuk sampan, engine order telegraph berisi teks ejaan lama, hingga minatur kapal pinisi yang tersebar di banyak sudut.
Kamar
Isle East Indies didesain untuk menghasilkan perasaan privat dan intim, tapi di saat yang sama mengajak kita melebur dengan alam. Jendela-jendela besar di Main Joglo membuat udara sejuk bisa melenggang bebas ke dalam kamar. Di Malay Guest House, konsep serbaterbuka diaplikasikan lebih ekstrem: dinding bangunan berbentuk daun pintu yang bisa dibuka, hingga pepohonan terasa begitu dekat dari kasur. Sedangkan di Lumbung, pendekatan unik diterapkan dalam bentuk area mandi terbuka tanpa atap. Air tawar dan listrik mengalir 24 jam, tapi resor ini tak menyediakan AC, air panas, maupun televisi—perangkat elektronik yang justru menodai moto “menyatu dengan alam” yang menjadi alasan tamu menginap di sini. “Truly getaway. Tempat ini sangat homey, hingga saya selalu merasa attached,” jelas Novieka Herlyawati, Marketing Manager Bali and Villas, grup properti yang membawahi Isle East Indies. Untuk panorama terbaik, pilih Malay Guest House. Beberapa langkah dari terasnya, kita bisa menemukan laut turkuois, pantai lapang berpasir putih, serta tiga pasang sunbed yang berbaris di bawah payung-payung hijau.
Kuliner
Di resor yang mengadopsi konsep all-inclusive, kualitas makanan sangat menentukan pengalaman tinggal tamu. Dan untuk resor yang berada di tengah laut seperti Isle East Indies, makanan memegang peran jauh lebih vital, berhubung tamu tak memiliki alternatif restoran. Beruntung, tempat ini memiliki Pak Narko. Belajar memasak dari neneknya yang pernah berkarir di kapal pesiar, pria asal Purwokerto ini sangat andal dalam meracik banyak menu. Kreasinya antara lain selada jamur dan brokoli, serta kakap putih bakar yang dibalut bumbu rica. Makanan disuguhkan dalam konsep prasmanan di restoran berbentuk rumah panggung atau di meja makan di Sunset Point.
Fasilitas
Isle East Indies berkapasitas hanya delapan orang, dengan opsi 15 orang tambahan menginap di yacht milik resor. Perahu dengan tiang layar ini diproduksi lebih dari 40 tahun silam di Cowes, Inggris, atas pesanan seorang bangsawan Inggris. David membelinya dan memelihara sejarah aristokrat perahu dengan menyematkan nama “Raden Mas”.
Jangan Lewatkan
Meski berjarak hanya 90 menit dari Jakarta, Kaliage Kecil adalah dunia yang sepenuhnya berbeda. Keduanya bagaikan antipode, dua kutub yang kontradiktif. Di Kaliage Kecil, jumlah pohon mengalahkan jumlah manusia. Tak ada aspal, mobil, maupun pencakar langit. Siklus alam pun berjalan normal di pulau ini. Sarang laba-laba kerap melintang di jalan setapak, 10 menit setelah Anda melewatinya. Isle East Indies menawarkan beberapa aktivitas, seperti snorkeling, kayaking, dan waterskiing. Tapi kegiatan terbaik tentu saja ekspedisi menaiki Raden Mas. Dari 110 pulau di Kepulauan Seribu, 78 di antaranya menjadi bagian taman nasional laut. Menurut Kementerian Kehutanan, kawasan ini dihuni 54 jenis karang dan 242 jenis ikan karang. Tamu bisa mengunjungi penangkaran penyu di Pulau Semak Daun, menikmati wreck diving di Pulau Karang Congkak, serta melakoni tur sejarah ke reruntuhan benteng di Pulau Onrust.
Pulau Kaliage Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta; 0819-9905-0188; isleeastindies.com; mulai dari $1.950 per pulau per malam, inklusif transfer, half-day tour dengan perahu Raden Mas, serta makan tiga kali per hari untuk delapan orang.
Dimuat perdana pada majalah DestinAsian Indonesia edisi November/Desember 2013 (Checking-In: “Antipode Kaliage”)