Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

8 Salam Unik Tanpa Kontak Fisik di 8 negara

Di beberapa negara, tabik dilakukan tanpa kontak fisik. Di Jepang misalnya, orang tidak bersalaman atau berpelukan tatkala berpapasan, melainkan saling membungkuk. Di Kamboja, warga lokal terbiasa memberi salam sampeah. Di Tibet, caranya jauh lebih unik: menjulurkan lidah.

Kini, saat dunia melakoni periode social distancing, etiket sosial semacam itu menemukan momentum untuk ditiru di luar habitatnya. Indonesia memiliki salam sembah atau salam Sunda. Negara lain punya adabnya masing-masingnya. Ini sebagian contohnya: 

Tashi Delek, Tibet
Walau bukan tradisi massal, warga Tibet menyapa menjulurkan lidah, seperti yang mungkin pernah Anda lihat dalam film Seven Years in Tibet. Tujuannya bukanlah meledek, melainkan bagian dari pembuktian diri sebagai “orang baik.” Syahdan, pada abad ke-9, Tibet diperintah seorang raja lalim yang memiliki lidah berwarna hitam. Kini, dengan menjulurkan lidah, orang Tibet ingin mengumumkan dia bukanlah reinkarnasi dari sang raja. Anda boleh membalasnya dengan cara serupa, tapi jangan setelah menyantap cumi-cumi. 

Salam shaka dipraktikkan di Hawaii dan membawa semangat aloha. (Foto: Jakob Owens/Unsplash)

Shaka, Amerika Serikat
Salam jari kasual ini dipraktikkan di Hawaii, kemudian menular ke kalangan pencinta selancar, lalu ke komunitas penyelam. Dalam shaka, jempol dan kelingking diarahkan ke atas, sementara ketiga jari tengah dalam posisi menggenggam. Ada banyak tafsir tentang riwayatnya, tapi satu versi yang populer mengklaim shaka awalnya ditujukan sebagai penghormatan bagi seorang pekerja pabrik gula lokal yang kehilangan ketiga jari tengahnya. Di Hawaii, shaka membawa semangat aloha yang bermakna “kasih sayang atau damai.” 

Sampeah, Kamboja
Gerakannya mirip salam Sunda, tapi dengan sedikit variasi, tergantung kepada siapa Anda mengucapkan salam. Untuk kenalan atau teman, posisi tangan di depan dada. Untuk orang yang lebih senior atau atasan, posisi tangan sejajar dengan dagu. Untuk orang tua dan kakek-nenek, posisi tangan naik ke sisi depan hidung. Sementara untuk aulia, yang dalam konteks Kamboja berarti biksu, posisi tangan sejajar dengan kening. Kata salam yang dilafalkan dalam sampeah ialah choum reap sur.

Nop, Laos
Satu rumpun dengan sampeah, nop ialah gerakan salam dengan mengatupkan kedua belah telapak tangan, tapi diiringi dengan kepala sedikit menunduk dan tubuh sedikit membungkuk, tergantung pada tingkat senioritas atau kemuliaan si penerima salam. Pose ini lazimnya diiringi dengan ucapan sabaideebor yang artinya kurang lebih “apa kabar?” Lawan bicara kemudian menjawabnya dengan kata sabaidee yang artinya “baik-baik saja.” 

Patung Ronald McDonald memberi salam wai khas Thailand. (Foto: Chris O); Seorang wanita India memberi salam anjali mudra. (Foto: Amish Thakkar/Unsplash)

Wai, Thailand
Seperti yang rutin diperlihatkan kru Thai Airways dan pramutamu hotel di Thailand, wai adalah gerakan memberi salam dengan mengatupkan kedua belah telapak tangan. Kata-kata yang dilafalkan tergantung pada jenis kelamin Anda. Perempuan mengucapkan sawasdee ka. Untuk laki-laki: sawasdee khrap. Etiket khas Siam ini mulai dibakukan di seantero negeri oleh Perdana Menteri Plaek Phibunsongkhram pada 1940-an, bagian dari gerakan memperkuat identitas nasional Thailand.

Anjali Mudra, India
Tabik ini berakar pada tradisi Hindu dan lazim dipraktikkan dalam yoga. Anjali mudra (kadang disebut pranamasana) adalah gerakan memberi salam dengan mengatupkan kedua belah telapak tangan dengan jari menghadap ke atas. Lazimnya, anjali mudra diiringi ucapan namaste yang artinya kira-kira “saya tunduk pada yang Ilahi di dalam dirimu.” Selain di India, salam sarat rasa hormat ini galib dipraktikkan di Nepal dan Sri Lanka.

Tradisi ojigi, saling membungkuk saat bertemu yang dilakoni di Jepang. (Foto: Maya-Anais Yataghene)

Ojigi, Jepang
Etiket sosial ini dipraktikkan secara disiplin oleh orang Jepang, baik dalam hubungan sosial maupun bisnis, bahkan di gelanggang olahraga seperti terlihat dalam laga sumo. Ojigi ialah salam membungkuk. Ada dua variannya. Pertama, ritsurei, yakni membungkuk dalam posisi berdiri. Kedua, zarei, membungkuk dalam posisi bersimpuh. Terdapat sedikit perbedaan ojigi pada pria dan wanita. Untuk pria, tangan diletakkan di samping paha. Untuk wanita, kedua tangan berada di atas paha.

Jeol, Korea Selatan
Korea Selatan juga memiliki tradisi membungkuk saat bertemu, dengan sudut 30-45 derajat. Perbedaannya terletak pada posisi kedua tangan yang dirapatkan di daerah selangkangan, seperti yang lazim diperlihatkan oleh pramugari Korean Air. Sesuai adab lokal, lawan bicara membalas dengan membungkuk, kecuali jika ia figur senior atau orang yang sangat dihormati. Gerakan jeol diiringi dengan ucapan annyeong haseyo untuk momen kasual, atau annyeong hashimnikka untuk pertemuan formal.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5