by Yohanes Sandy 17 June, 2013
6 Restoran Baru di Bali
Setiap harinya, Bali didatangi sekitar 18 ribu turis. Mereka setidaknya makan dua kali per hari. Sebagian, terutama yang rutin bertandang, ingin mencicipi sensasi baru selain menu-menu klasik lokal yang disajikan Ibu Oka, Bebek Bengil, atau Sup Ikan Mak Beng. Di pulau ini, ruang untuk restoran baru sepertinya masih terbuka.
Industri kuliner merespons positif peluang tersebut. Gerai-gerai baru terus bermunculan, terutama di hotel. Tahun lalu, rata-rata dua hotel baru dilansir per bulannya di Bali, dan masing-masingnya menampung setidaknya satu restoran. Beberapa gerai lain dirintis oleh koki yang awalnya meniti karir di hotel, sebut saja Teatro oleh Mandif Warokka. Di luar itu, ada properti yang merupakan hasil ekspansi dari daerah lain, misalnya Potato Head dan Mozaic Beach Club.
Pertumbuhan properti itu beriringan dengan diversifikasi rasa. Para petualang selera bisa menyantap hampir semua jenis makanan dari lima benua. Kedatangan duta-duta kuliner asing, mulai dari koki hingga mixologist, yang diimbangi dengan pertumbuhan impresif bakat-bakat lokal, telah menjadikan Bali layaknya dapur raksasa yang majemuk. Kini, kita bisa menemukan juru masak asal Eropa yang memasak dendeng balado (Will Meyrick di Mama San); atau sebaliknya, koki lokal yang meracik tapas (Henry Bloem di d’Base). Tahun ini, Diego Martinelli, yang sebelumnya bekerja untuk The Fullerton Hotel di Singapura, akan hijrah untuk menekuni bisnis yang cukup langka: sesi makan malam privat dengan jumlah tamu terbatas.
Pulau Dewata memang telah tertera dalam peta gastronomi internasional. Restoran Michelin sementara ini belum ada. Tapi dalam daftar Michelin Guide, Asia’s 50 Best Restaurant, serta Les Grandes Tables du Monde (Great Tables of the World), pulau ini konsisten menempatkan wakilnya. Di tingkat nasional, Bali dihormati sebagai gudang talenta hebat. Kini, juri ketua Master Chef Indonesia dan President Indonesian Chef Association berasal dari Bali.
Bagi para koki, menyuapi 18 ribu turis per hari tentu pekerjaan yang menantang—dan jauh lebih menantang lagi untuk memuaskan mereka. Berikut enam restoran baru yang mencoba peruntungannya.
Portabella Bistro
Berarti “ jendela cantik” dalam bahasa Italia, Portabella menyuguhkan nuansa rustic di kawasan selatan Pulau Dewata. Digarap oleh Nobuyuki Narabayashi, mantan desainer Super Potato yang kini memegang Design9, interior restoran ini mengutamakan elemen kayu ditambah aksen pajangan-pajangan antik asal Italia, mulai dari radio hingga boneka kayu Sicilia, yang diseleksi secara personal oleh sang pemilik restoran, Billy Wirawan. Penggemar Canteen atau Loewy di Jakarta sepertinya tak akan kesulitan mencerna pendekatan tersebut.
Sejalan dengan kiblat interiornya, restoran ini menyerahkan urusan dapur kepada koki tambun asal Negeri Spageti, Vittorio Negri. Menu-menu pièce de résistance klasik kreasinya antara lain arancini, bola-bola goreng isi risotto, kacang polong, dan keju mozzarella; veal osso bucco, daging paha sapi muda yang disajikan bersama risotto dan kunyit; serta linguini black ink, pasta tinta cumi dengan taburan daging kepiting dan irisan cabai. Untuk pengalaman terbaik, pesan meja dengan kursi kayu berusia sekitar 100 tahun yang berlokasi di tengah ruangan dan menghadap dapur. Di akhir sesi makan, penutup paling ideal adalah tiramisu yang bertekstur lembut. Bagi koki asal Italia, membuat tiramisu bagaikan mempertaruhkan reputasi. Tak ada ruang secuil pun untuk kesalahan.
Fontana Hotel, Jl. Dewi Sri No.68, Kuta; 0361/894-7002; portabellabistro.com; menu utama mulai dari Rp105.000.
Teatro Gastroteque
Nama restoran ini berarti “panggung pertunjukan”, tapi jangan berharap akan menemukan live music, permainan laser, atau bar top dancing ala Coyote Ugly. Satu-satunya bintang di sini adalah sang koki, Mandif Warokka. Setiap malam, dia berjibaku di dapur yang, uniknya, justru diletakkan di sisi muka restoran, tak ubahnya kedai-kedai kebab di Istanbul. Mungkin “pertunjukan” di Teatro dipersembahkan bukan cuma untuk tamu, tapi juga pejalan kaki. Portofolio sang koki cukup menjanjikan. Mandif sempat menjadi juri tamu di MasterChef Indonesia dan memasak untuk selebriti dunia sekaliber Condoleezza Rice dan Alex Ferguson.
Sebelum membuka Teatro, juru masak kelahiran Manado ini bekerja untuk Ju-Ma-Na, restoran andalan Banyan Tree Ungasan. Sementara ini, Teatro hanya menyuguhkan 10 menu, ditambah sejumlah wine premium. Dua signature-nya adalah smoked Peking duck dan lambargini lamb. Semuanya dipresentasikan simpel, tidak heboh seperti “seafood tower” yang diperlihatkan Mandif di ajang Master Chef.
Jl. Kayu Aya Blok C No.1-2, Seminyak; 0361/870-0078; teatrobali.com; menu utama mulai dari Rp190.000.