Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Surealisme Siam

Seorang penumpang menanti kereta di Stasiun MRT Lumpini pascajam sibuk.

Oleh Rian Afriadi

Kebanyakan orang pergi ke Bangkok untuk menjadi turis: berfoto di Grand Palace, mengagumi deretan patung Buddha raksasa, makan dan jajan di Siam Square, mungkin berbuat sedikit nakal di Sukhumvit, atau berelaksasi di panti pijat dan spa. Bangkok adalah tentang kesenangan.

Saya juga datang dengan status turis. Dan seperti turis lain, saya melakukan “ziarah wajib” ke tempat-tempat wisata utama. Bepergian sendiri di Ibu Kota Thailand tergolong mudah. Transportasi publik cukup memadai untuk menjangkau situs-situs populer. Cukup mempelajari rute MRT, sky train, serta angkutan sungai dan perahu kanal, kita sudah bisa menavigasi seantero kota.

Bepergian dengan transportasi publik memberikan kita pemandangan lebih dalam tentang Bangkok, lebih dari sekadar Bangkok dalam wujud gudang obyek wisata. Di kantong-kantong pelancong, kita melihat lautan pendatang yang berisik, sementara di jalanan, kita menyaksikan orang dan sosok kota yang sebenarnya. Dan jika kita mau mendekat lebih intim, Bangkok bakal memperlihatkan alter egonya.

Iklan raksasa, gedung tinggi, poster raja, dan crane di Siam Square.

Bangkok saat ini adalah perpaduan dari opera sabun pop Korea, komik manga Jepang, filosofi dan gaya hidup Barat, produk massal Cina, dan budaya Kerajaan Thailand sebagai inti jati diri. Seperti permainan ping-pong antara Timur lawan Barat, juga Timur lawan Timur, akulturasi itu tecermin di setiap sudut kota, mulai dari cara penduduk berpakaian, berinteraksi dengan sesama, dan berkelindan dengan sistem penataan kota yang modern. Warga Bangkok menampilkannya dengan kentara dan sangat visual.

Gadis-gadis bar di Soi Thaniya.

Berbeda dari Singapura yang serbateratur dan terkesan robotis, Bangkok bisa memperlihatkan keteraturan ala kota modern seraya tetap menampilkan roh Asia yang penuh warna dan kaos. Ketidakteraturan dalam keteraturan dan karakter yang sangat visual menjadikan Bangkok lautan pemandangan sureal.

Satpam berjaga di pintu masuk Bangkok Art & Culture Centre.

Sebagai praktisi street photography, kekayaan visual Bangkok bisa menjadi sebuah bonus. Dengan sedikit imajinasi dan kepekaan, benda dan kegiatan sehari-hari bisa dipotret menjadi gambar yang unik dan kocak saat dipadukan. Keunikan itu cukup variatif, sebab Bangkok memiliki banyak karakter: Ko Ratanakosin yang tua dan menawan, Sathorn-Sukhumvit dengan gedung-gedung jangkungnya, Silom dan Nana yang bergairah dan nakal, Siam yang komersial, Pecinan yang bercita rasa Thai, serta Dusit yang bergaya Eropa mini. Bangkok adalah salah satu kota terbaik di Asia Tenggara untuk melakoni street photography.

Seorang petugas listrik beristirahat di antara kabel-kabel di Thanon Convent.

 

1 6 3 4 2
Seorang petugas listrik beristirahat di antara kabel-kabel di Thanon Convent.