Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cantik Dari Jailolo

Suasana sunset di titik penyelaman Banahena.

Oleh Adithya Pratama

Matahari Maluku Utara perlahan turun di peraduan ketika makhluk mungil ini menampakkan dirinya keluar dari antara gugusan karang yang sudah mati di pelabuhan Teluk Jailolo. Sorot senter yang saya bawa memantulkan warna biru cantik dari seekor ikan mandarin dengan corak jingga cerah—sangat kontras dengan habitat sekelilingnya. Tubuhnya benar-benar mungil dengan panjang tidak lebih dari tujuh sentimeter namun keindahannya sangat menggoda. Pesonanya membuat saya betah berada di dalam air. Persediaan oksigen saya yang mulai menipis yang memaksa saya mengakhiri observasi tersebut.

Datang dari keluarga Dragonet, ikan mandarin atau yang juga dikenal dengan nama lain Mandarin Dragonet (Synchiropus Splendidus) adalah salah satu biota laut yang terkenal sangat pemalu dan hanya keluar di kala senja dan malam hari. Pergerakan sirip ikan mandarin menyerupai burung Hummingbird—burung pengisap madu bunga, naik turun dengan cepat. Pergerakannya yang cepat membuat ia mampu bergerak lincah di antara karang-karang habitatnya. Figurnya yang menarik dapat dikenali dari bentuk kepalanya yang lebar dan pipih dengan tubuh yang tidak bersisik. Sedangkan para pejantan biasanya memiliki tulang belakang yang mencuat ke depan.

Ikan mandarin banyak ditemui di perairan Pasifik yang membentang mulai dari Jepang hingga Australia. Di Indonesia, ikan warna-warni ini banyak ditemukan di perairan utara seperti Lembeh, Wakatobi, Ambon dan Jailolo. Beberapa titik di Flores dan Pulau Menjangan di Bali juga menjadi habitat ikan mungil tersebut. Kontur inshore reefs dan laguna biasanya menjadi pilihan mereka untuk tinggal. Pasalnya arus yang relatif tenang di wilayah tersebut membuat ikan mandarin lebih mudah untuk berlindung dari ancaman.

Lautan di Jailolo dengan pegunungan di latarnya.

Diperlukan stok sabar yang banyak dalam mencari ikan-ikan mandarin di gugusan karang. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, spesies ini tergolong pemalu dan sensitif terhadap pergerakan. Jangankan gerak ekstrem tiba-tiba, suara embusan napas yang ditimbulkan para penyelam saja bisa membuatnya takut dan kembali bersembunyi. Oleh karena itu, kemampuan buoyancy yang prima adalah syarat mutlak agar ikan tersebut mau keluar dari persembunyiannya.