Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review: Restoran Salt Grill

Kiri-kanan: Pelayanan paripurna di Salt Grill; lukisan yang megah namun tidak terkesan terlalu prestisius. (Foto: Muhammad Fadli)

Oleh Yohanes Sandy

Akhirnya ada berita bagus tentang Jakarta yang tak ada hubungannya dengan Jokowi. Setelah berdiri lebih dari 400 tahun, kota ini akhirnya mulai dilirik koki-koki internasional papan atas. Beberapa hanya singgah untuk menggelar sesi makan malam privat. Segelintir mulai berani membuka restoran. Setelah Gilles Marx di Amuz dan Will Meyrick di Eastern & Oriental, kini hadir Luke Mangan lewat Salt Grill. Salt Grill dibuka pada 27 April. Restoran ini menjadi bagian dari Altitude at The Plaza, sentra kuliner baru yang bertengger di lantai 46 gedung The Plaza.

Kiri-kanan: Ruang privat untuk makan siang atau malam; Restoran ini mampu menampung 140 tamu.

Salt Grill Jakarta adalah cabang kedua di Asia setelah Singapura. Restoran ini berkapasitas 140 tamu. Interiornya didominasi kayu dengan pencahayaan temaram. Lukisan di salah satu dindingnya menampilkan adegan seorang koki yang dikejar puluhan banteng. Jenaka, namun tidak murahan. Salt Grill menawarkan konsep berbeda untuk makan siang dan makan malam: set menu untuk makan siang, ala carte untuk malamnya. Luke, koki yang mengelola sembilan restoran di empat negara, tentu saja tidak bekerja harian di sini. (Tahun ini, dia berencana meluncurkan Salt Tapas di Seminyak).

Kiri-kanan: Salah seorang anak buah Marjon Olguera, atau lebih biasa disapa Chef MJ, sedang menyiapkan pesanan; grilled chicken cajun dan selada tomat.

Dapur cabang Jakarta dipimpin oleh Marjon Olguera, pria yang sudah mengabdi untuk Luke sejak 2004. Terakhir, dia mengepalai Salt Grill & Sky Bar di Singapura. Saya memulai sesi makan dengan Sydney crab omelette, salah satu signature dish di Glass—restoran Luke di Sydney. Isinya telur dadar isi daging kepiting yang disajikan dengan jamur enoki dan selada herb, lalu disiram sup miso. Rasanya memanjakan lidah dan porsinya cukup besar untuk sekelas menu pemanasan.

Daging sapi tenderloin dengan baked mushroom dan puree labu.

Untuk makanan utama, pilihan jatuh pada char grilled baby chicken, ayam bakar yang dihidangkan dengan andewi, acar mentimun, dan salsa verde. Lagi-lagi makanan datang dengan porsi besar. Sausnya kuat, tapi tak terlalu menusuk. Ayamnya dibakar dengan tingkat kematangan pas. Semua elemen pelengkapnya berpadu manis. Sebagai pencuci mulut, coconut crème brûlée menghadirkan rasa manis dengan cita rasa kelapa yang cukup kuat. Sesuai dengan harapan saya.Mengakhiri sesi makan siang, saya memesan segelas wine rekomendasi Daniel Whitelaw, manajer restoran. Saya menikmatinya sembari menatap lanskap Jakarta. Salt Grill tidak memiliki bintang Michelin. Restoran ini juga tidak tercantum dalam kompilasi elite The World’s 50 Best Restaurants. Tapi kehadirannya telah melambungkan nama Jakarta dalam peta kuliner internasional. Bagi saya, tempat ini sukses membuat saya enggan beranjak—dan berharap bisa kembali lagi.

Altitude at The Plaza, The Plaza Lantai 46, Jl. M.H. Thamrin Kav. 28-30, Jakarta; 021/2992-2448; saltgrillindonesia.com.

Pertama kali dipublikasikan di majalah DestinAsian Indonesia edisi September/Oktober 2013 (Update—Gastronomi: “Asa Baru Jakarta”)

Show CommentsClose Comments

1 Comment

Leave a comment

0.0/5