web analytics
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Museum H.C. Andersen Rancangan Kengo Kuma Resmi Dibuka

Perpaduan bangunan lama dan baru di H.C. Andersen’s House, museum yang berlokasi di Odense, Denmark. (Foto: Rasmus Hjortshoj)

Dari Putri Duyung, Itik Buruk Rupa, hingga Gadis Penjual Korek Api, dongeng-dongeng karangan Hans Christian Andersen telah membuai imajinasi dan mengantarkan tidur jutaan anak. Sebuah museum kini dibuka untuk mengisahkan sang penulis agung.  

H.C. Andersen’s House, yang melakoni periode soft opening sejak tahun lalu, akhirnya dibuka pada awal tahun ini. Lokasinya di Odense, kota kelahiran sang pengarang, sekitar dua jam perjalanan dari Kopenhagen, Denmark. 

Kiri-kanan: Lorong penghubung zona atas dan bawah; Langit-langit transparan di area bermain anak. (Foto: Rasmus Hjortshoj)

Museum ini terhampar 5.600 meter persegi, kira-kira dua kali luas Istana Merdeka. Perancangnya ialah Kengo Kuma, maestro arsitek asal Jepang. Banyak orang mungkin mengenalnya sebagai otak di balik Japan National Stadium, Odunpazari Modern Museum, serta V&A Dundee.

Khas Kengo Kuma, permainan gelap terang, serta kombinasi material kayu dan kaca, menjadi tema desain utama H.C. Andersen’s House. Yang unik, konsep arsitekturnya berupaya merefleksikan “negeri dongeng.”

Area toko suvenir di zona atas H.C. Andersen’s House, museum rancangan Kengo Kuma. (Foto: Rasmus Hjortshoj)

Merujuk info dari situs web museum, H.C. Andersen’s House tidak hanya ingin menjadi museum biopik yang mengisahkan H.C. Andersen. Arsitektur dan lanskapnya dibentuk sedemikian rupa agar kompleks ini juga seolah-olah berbicara “sebagai” H.C. Andersen.

Manifestasi paling kentara dari gagasan itu ialah pembagian zona museum. Lobi, toko, dan kafe disebar di lapisan atas. Sementara ruang pamer dan zona bermain anak, yang mewakili dua per tiga luas kompleks, ditempatkan di basemen. Dengan begitu, alur kunjungan tamu ibarat memasuki kisah fantasi: disambut satu semesta kecil, lalu tenggelam ke alam bawah tanah berisi semesta penuh kejutan.

Kiri-kanan: Interior rubanah bertema dunia fantasi. (Foto: Rasmus Hjortshoj); Eksterior dengan struktur berbahan kayu. (Foto: Laerke Beck Johansen)

Demi merefleksikan alam fantasi pula, interior museum memakai format labirin. Tak ada “episentrum” utama di sini, kecuali serakan ruang dengan karakter individual yang variatif. Tiap ruang ini terhubung oleh lorong-lorong berliku mirip labirin, laksana jembatan antara dunia nyata dan dunia khayalan.

Kehadiran museum ini melengkapi tawaran Odense sebagai situs ziarah penggemar H.C. Andersen. Barangkali, tak ada kota yang memuja pengarang seperti Odense memuja H.C. Andersen. Sebelum membuka H.C. Andersen’s House, Odense memelihara rumah masa kecil sang pengarang. Saban tahun, kota ini menanggap H.C. Andersen Marathon dan H.C. Andersen Festival. Menuju ke sini, turis akan mendarat di H.C. Andersen Airport.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5