Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Museum Baru dalam Gua

Area pamer di UCCA DuneAart Museum, kompleks berbentuk gua di rahim bukit pasir di Distrik Beidaihe, Tiongkok. (Foto: WU Qingshan/Open Architecture)

Oleh Cristian Rahadiansyah

Beidaihe, 290 kilometer di timur Beijing, merupakan destinasi liburan yang populer di kalangan pejabat politbiro. Akhir tahun lalu, distrik tepi pantai ini memiliki aset baru untuk menjala segmen yang sepenuhnya berbeda: pencinta seni.

UCCA Dune Art Museum (ucca.org.cn), museum milik lembaga UCCA, membuka pintunya lewat pameran After Nature, sebuah eksplorasi atas hubungan manusia dan alam dengan latar pembangunan agresif di Tiongkok. Museum ini menampung sebuah kafe, ruang baca, serta 10 galeri yang ditata menghadap Laut Bohai. Tak ada yang spesial dari fasilitasnya, kecuali bahwa hampir semuanya dikubur pasir. Bagaikan kompleks gua, museum seluas 930 meter persegi ini ditempatkan di rahim bukit dan dibelah-belah jaringan lorong. Perancangnya, firma OPEN Architecture, memang ingin membawa tamu mengenang gua sebagai “rumah” awal manusia sekaligus ruang lahirnya lukisan pertama.

Baca juga: Ikon Arsitektur Kultural; 6 Museum Buatan Merek Premium Dunia

Kehadiran museum rubanah ini sekaligus menambah koleksi bangunan unik di Beidaihe. Tak jauh dari UCCA Dune terdapat Seashore Chapel dan Seashore Library yang kerap dijuluki perpustakaan paling kesepian di dunia. “Saya percaya UCCA Dune akan memberi pengunjung pengalaman yang bersumber dari fantasi,” jelas Ma Yin, pendiri Aranya, lembaga yang turut mendanai museum ini. Untuk pameran keduanya, dari 23 April-1 September, UCCA Dune mengusung tema Land of the Lustrous  dan melibatkan sembilan artis.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi April/Juni 2019 (“Good to Go: Langgam Liang”).