Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mimpi Besar MyWarung

MyWarung menempati ruko dua lantai yang disulap menjadi restoran berkapasitas 52 tamu.

Oleh Cristian Rahadiansyah
Foto oleh Putu Sayoga

Canggu bersinar karena mampu menyuguhkan alternatif: kalem seperti Ubud, tapi lebih dinamis dalam hal penampilan; trendi seperti Seminyak, tapi lebih bersahabat dalam urusan harga. Karakter itu tecermin pula dalam lanskap kulinernya yang dicirikan dengan menu-menu sehat kontemporer, kopi beraliran third wave, dan desain yang berjiwa muda.

Tahun ini, sebuah restoran percaya semua tawaran itu bisa diekspor ke kota lain. MyWarung diresmikan Desember silam. Pemiliknya enam orang yang disatukan oleh profil dan selera serupa: pernah berkecimpung di industri hospitality, menyukai Canggu, hobi kongko. Mereka telah lama bersentuhan dengan dunia dapur, salah satunya bahkan merupakan putra pemilik warung nasi campur Wardani.

Kiri-kanan: Interiornya ditata seperti rumah sewajarnya; area bar tempat meracik minuman.

MyWarung menempati ruko dua lantai yang telah disulap menjadi restoran berkapasitas 52 tamu. Mencerna desainnya, MyWarung merupakan tafsir hipster atas warung tradisional. Dindingnya dibiarkan telanjang. Mebelnya rustic, ornamennya kadang seduktif: poster Andy Warhol, meja tua asal Jepara, dan reklame YSL yang menampilkan pria bugil. “Ide desainnya wabisabi, kecantikan dalam ketidaksempurnaan,” jelas Frederic Ferry, salah seorang pemilik MyWarung. “Kami ingin tempat ini seperti rumah sewajarnya. Tidak perlu semua bendanya senada.”

Sajian MyWarung berkutat pada empat tema induk: smoothie bowl, salad, wrap, dan sandwich. Restoran ini menaruh perhatian pada detail hidangan. Porsinya cukup royal. Harganya sesuai standar lokal (secangkir kopi Rp24.000, salad mulai dari Rp55.000). Pujian patut diberikan pada komitmennya untuk memastikan semua bahan tersaji segar.

Untuk saus tomat misalnya, MyWarung tidak memakai saus instan botolan, melainkan membuatnya secara swakarya dari tomat segar. Dapurnya memang dipimpin oleh seorang koki yang memupuk reputasinya bermodalkan kejelian memperhatikan detail: Hugo Coudurier, mantan Executive Chef Guy Savoy at Caesars Palace di Las Vegas.

Kiri-kanan: Menunya diawasi oleh Hugo Coudurier, sebagai konsultan kuliner; MyWarung juga memiliki area outdoor.

Sebulan beroperasi, MyWarung membuka cabang di Eco Beach Canggu. April tahun ini, Ferry berencana memboyongnya ke Jakarta, lalu ke Yogyakarta. Ini langkah ekspansi yang berani, juga langka. Hanya segelintir merek lokal yang memiliki cabang Bali dan Jakarta, sebut saja Potato Head dan Holycow. Dan rumus bisnis yang galib berlaku adalah: sukses dulu di Jakarta, baru kemudian merambah Bali, bukan sebaliknya. Ferry percaya, restorannya punya modal yang mumpuni untuk menembus kota lain.

Kualitas makanannya prima dan desain restorannya ramah Instagram. Di luar itu, dia punya kalkulasi bisnis lain untuk agenda ekspansinya: investasi mahal menyewa Hugo Coudurier akan lebih cepat berbalik jika MyWarung bisa menjala pasar yang lebih luas. Jl. Subak Sari 80, Canggu, Bali; 0823-3912-0880; mywarung.com; setiap hari dari pukul 08:00-23:00.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Maret/April 2017 (“Mimpi Besar Warung Kecil”)

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5