by Karina Anandya 03 July, 2017
Mengintip Dapur Mobil Hias Yogya
Oleh Alfian Widiantono
Kondisinya mulai berubah pada 2013. Alkid, begitu warga biasa menyingkat Alun-Alun Kidul, terasa kian semarak berkat kehadiran lampu warna-warni dan lagu bising dari mobil-mobil hias. Kendaraan ini menawarkan pengunjung berkeliling alun-alun. Kapasitasnya empat orang per mobil. Sistem kerjanya mirip odong-odong: dikayuh. Yang membuatnya menarik, selain cahaya dan suaranya, adalah desainnya. Mobil-mobil ini menampilkan tema desain karakter animasi hingga hewan.
Atraksi itu sukses menyuntikkan gairah segar pada Alkid. Tempat ini sekarang memiliki magnet wisata baru. Keberhasilan mobil hias di sini bahkan telah menular ke tempat lain. Sejumlah daerah di Indonesia kini menyuguhkan atraksi serupa, sebut saja Pangandaran, Batu, dan Medan.
Muhammad Arifin adalah salah seorang yang berperan vital dalam kelahiran wahana hiburan mobil hias di Alkid. Pria 32 tahun ini awalnya hanya melayani jasa las logam di bengkelnya yang berada di Kasihan, Bantul. Pada 2009, dia mulai berkreasi merakit kereta hias. Empat tahun berselang, Arif iseng mendesain mobil hias yang terinspirasi mobil antik. Iseng-iseng yang kemudian melahirkan bisnis laris.
Awalnya Arif bekerja solo di bengkelnya yang bernama Yoga Art. Tapi setelah pesanan kian deras, dia memutuskan mempekerjakan 10 karyawan. Berkat tenaga tambahan ini, Arif bisa fokus berinovasi, misalnya dengan menambah variasi desain. Selain bentuk VW Beetle, Yoga Art mencetak bentuk Jazz, Morris, dan VW Combi.
Kisah mobil hias di Yogyakarta bergema ke daerah lain. Beberapa pelanggan dari luar kota, termasuk Sumatera, Kalimantan, dan Papua, mulai menghubungi Arif. Bahkan pesanan mulai datang dari negeri seberang. Malaysia dan Singapura adalah dua negara yang rutin masuk daftar order Arif. Dalam kondisi normal, Yoga Art mencatatkan rata-rata delapan pesanan mobil hias per bulan. Jumlahnya berlipat menjelang musim libur panjang seperti bulan puasa dan akhir tahun.
Arif mematok harga 15-18 juta rupiah per unit, tergantung jenis dan jumlah pesanan. Harga itu sudah termasuk ornamen lampu LED, sound system, dan aki. Untuk satu mobil hias, waktu pengerjaannya sekitar dua minggu, dimulai dengan mencetak bodi berbahan fiberglass, merakit dengan rangka besi, mengecat, hingga memasang aksesori. Yoga Art tak cuma menjalin kontrak dengan pelaku usaha wisata, tapi juga makelar. Biasanya makelar mengambil unit “kosongan,” yaitu bodi tanpa aksesori.
Arif mengaku saat ini jumlah pesanan cukup stabil. Selain karena mobil hias masih populer, bisnis ini belum memiliki banyak pemain. Menurut Arif, hanya ada dua bengkel di Indonesia yang melayani jasa pembuatan mobil hias. Selain Yoga Art di Bantul, kita bisa menemukannya di daerah Kalasan, Sleman.
Arif kini tengah menuai buah manis dari kreativitasnya. Dia hanyalah contoh kecil bagaimana inovasi sederhana bisa berdampak besar, bukan hanya untuk mendatangkan uang, tapi juga menghidupkan sebuah tempat yang suram semacam Alkid.
Seorang pemuda sibuk merakit mobil hias yang akan tampil meriah malam nanti.