Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Marco Groten: ‘Industri Perjalanan Wisata Memimpin Proses Pemulihan’

Marco Groten, Area Vice-President Indonesia di Hyatt Hotels Corporation; Alila SCBD Jakarta, hotel yang dibuka pada 2019. (Foto: Hyatt)

Wajah lama di dunia perhotelan Indonesia, Marco Groten membuka kariernya sebagai karyawan Puteri Gunung Lembang pada 1997. Setelah berpindah-pindah properti dan negara, pada 2020 dia dilantik sebagai General Manager Grand Hyatt Bali, sekaligus Area Vice-President Indonesia di Hyatt Hotels Corporation. Itu artinya, Marco mengurus seluruh properti dalam jaringan Hyatt di Indonesia, termasuk Alila.

Berikut petikan wawancara dengan Marco seputar skena perhotelan nasional, dampak pandemi, serta agenda ekspansi Hyatt.

Anda menghabiskan sebagian besar karier di Indonesia. Bagaimana pasar lokal berkembang dalam kurun itu?
Pasar di Indonesia berkembang pesat. Dari masa ketika perjalanan hanya dinikmati segelintir orang Indonesia dan mayoritas dari mereka lebih suka bepergian ke luar negeri, hingga periode saat ini ketika bepergian telah menjadi kebutuhan bagi banyak orang dari beragam latar dan preferensi. Saya pikir penyebaran informasi yang serba cepat di era media sosial juga berkontribusi pada perubahan itu. Hal baik yang juga saya perhatikan adalah pasar lokal kini punya perhatian lebih pada destinasi domestik, bahkan sebelum pandemi. Sudah saatnya permata tersembunyi di Indonesia mendapatkan pengakuan yang layak.

Apa yang paling menarik dari skena perhotelan Indonesia saat ini?
Seperti kita ketahui, skena perhotelan berubah cepat, termasuk akibat pandemi. Kendati begitu, sekarang adalah momen yang tepat untuk menjadi lebih kreatif, mengubah cara kita memandang sesuatu, mendobrak batasan, dan merumuskan strategi baru. Hal lain yang membuat saya senang adalah pembukaan Andaz Bali. Ini properti Andaz pertama di Indonesia, juga resor Andaz pertama di Asia, jadi sangat menarik untuk menghadirkan pengalaman baru di kancah perhotelan Bali.

Anda sudah melihat tanda-tanda pemulihan yang didorong oleh pasar domestik di Indonesia?
Ya, jelas terlihat. Dengan industri yang bergerak gesit untuk memastikan protokol diterapkan, ditambah program vaksinasi yang bergulir cepat dan efektif, saya merasa kepercayaan dan keyakinan para pelancong telah meningkat. Belum lama ini, Grand Hyatt Bali dan Hyatt Regency Bali dijadikan lokasi vaksinasi, dan ini baik untuk moral tim internal kami. Melihat tingginya hasrat untuk kembali bepergian dan menjelajahi dunia, saya yakin industri perjalanan wisata akan bangkit dan memimpin proses pemulihan. Namun begitu, mungkin perlu waktu lebih lama sebelum bisnis di hotel kami kembali ke era sebelum pandemi.

Kompleks Grand Hyatt Bali, Nusa Dua. (Foto: Made Pasuatmadi/Hyatt)

Pandemi akan berdampak jangka panjang pada industri perhotelan?
Menurut saya, aturan kebersihan, kesadaran akan kesehatan, serta tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi akan terus ada, bukan hanya tren sementara. Tapi saya juga percaya semua ini membantu kita untuk menjadi lebih baik. Merespons perubahan itu, Hyatt telah melahirkan inisiatif yang diperlukan publik, termasuk layanan dan fasilitas pertemuan berformat hibrida, serta program ‘Work from Hyatt’ untuk memenuhi keperluan bisnis dan rekreasi yang ajek berubah.

Beberapa pakar percaya, di dunia pasca-pandemi, wellness dan sustainable travel akan lebih bersinar. Pendapat Anda?
Saya justru melihat permintaan akan dua hal itu telah meningkat signifikan jauh sebelum pandemi. Kian banyak orang menyadari pentingnya wellness dan sustainability. Pandemi bisa dibilang hanya berperan mendorong penguatan tren tersebut. Kami pun sudah cukup lama menerapkan inisiatif wellbeing di Hyatt, yang terdiri dari tiga pilar, yakni Feel (kesejahteraan emosional dan mental), Fuel (bagaimana Anda memberi energi pada tubuh), serta Function (bagaimana Anda berfungsi dalam pekerjaan, kehidupan, dan kesenangan).  

Hadirnya Andaz Bali akan melengkapi tawaran Hyatt bagi turis di Bali?
Andaz adalah merek dinamis yang mempertimbangkan nilai dan karakteristik lingkungan sekitarnya. Dalam konteks ini, Andaz Bali menyediakan semacam suaka bagi para pelancong yang ingin terkoneksi dan menjadi bagian dari komunitas lokal, walau pada saat yang sama tetap ingin terhubung dengan dunia.

Kolam renang Shanti terhampar di salah satu klaster kamar Andaz Bali. (Foto: Ary Bestari/Andaz Bali)

Untuk Park Hyatt Jakarta, tanggal pembukaannya sudah ditentukan?
Kami berharap hotel ini bisa dibuka pada akhir tahun, tapi beberapa pembatasan selama pandemi telah berdampak pada penyelesaian proyek ini. Karena itu kami akan menentukan tanggal pasti pembukaannya menjelang kuartal ketiga 2021.

Apakah Hyatt akan berekspansi ke destinasi lain di Indonesia?
Kami menjajaki semua peluang di berbagai daerah di Indonesia, termasuk untuk membuka properti dengan merek-merek yang sudah dikenal oleh pasar Indonesia, contohnya Alila dan Hyatt Regency. Pada saat yang sama, kami berharap bisa membawa beberapa merek baru ke Indonesia, seperti Joie de Vivre dan Hyatt Place. Saya tidak bisa mengungkapkan terlalu banyak saat ini, tapi nantikan terus kabar berikutnya.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5