by Christina Setyanti 18 March, 2025

Dine In: Wagyu Omakase di Nikuzen Jakarta

Meski bukan hal yang baru di Indonesia namun tak dimungkiri, kuliner khas Jepang lambat laun jadi salah satu hidangan comfort food untuk orang Indonesia.
Bukan hanya sushi, shabu-shabu, dan teppanyaki, tapi berbagai hidangan premium seperti restoran Jepang fine dining dan omakase juga banyak diminati pencinta kuliner di Indonesia. Melihat potensi perkembangan minat ini, Nikuzen, sebuah restoran omakase Jepang hadir di Jakarta.
Terletak di Jakarta Mori Tower lantai 13, Nikuzen yang lahir dari tangan chef asli Jepang Vanne Kuwahara dibuka pada 12 Februari 2025 lalu.
Kuwahara bukanlah nama baru di dunia kuliner Jepang. Dia menggawangi restoran populer Yoroniku di Tokyo dengan spesialisasi omakase yakiniku. Kepiawaiannya inilah yang dibawanya juga ke Nikuzen Jakarta untuk menghadirkan pengalaman bersantap ala Jepang yang autentik dan berkelas.
Kuwahara adalah pelopor gaya yakiniku kappo modern, ia telah mengubah cara menikmati Wagyu premium dengan menggabungkan teknik tradisional Jepang dengan omakase yang kontemporer.
Baca juga: Sleep Well di Heavenly Bed New Generation The Westin Jakarta
Spesialis wagyu
Berbeda dengan restoran Jepang lainnya, Nikuzen menyajikan berbagai olahan wagyu premium dengan konsep omakase. Sesuai pengertiannya, para tamu yang datang akan disuguhi dengan berbagai pilihan set menu.
Restoran ini memiliki beberapa tipe ruang makan yang bisa dipilih, dari yang private sampai chef table dan bar dengan pemandangan lalu lintas jalan protokol Jakarta dari lantai 13. Interior elegan Nikuzen didesain dengan perpaduan minimalisme Jepang dan kemewahan modern, menciptakan suasana yang nyaman dan eksklusif.
Di tiap meja terdapat table grill untuk membakar tiap irisan wagyu yang lezat. Table grill pun langsung dinyalakan setelah para tamu duduk. Sembari menunggu panggangan ini siap, appetizer yang terdiri dari assorted kimchi dan namul disajikan di meja. Namun, buat saya, tiga jenis kimchi dan namul ini bukan favorit.
Tak lama, chef Kuwahara yang tengah berada di Jakarta beberapa waktu lalu, menghampiri meja saya. Dia turun langsung untuk ‘memasak’ di table saya. Di setiap mejanya, ada satu chef yang bertugas untuk memasak. Meski tak fasih berbahasa Inggris, Kuwahara dengan ramah mencoba untuk menjelaskan tiap hidangan yang diraciknya.
Yukhoe atau hidangan daging mentah ini mirip dengan beef tartare. Sedikit twist dengan gaya barat, Yukhoe ini disajikan dengan irisan roti baguette yang dipanggang sampai sedikit renyah. Di atas rotinya, tartare daging ini dicampur dengan kuning telur ayam. Rasa gurih sekaligus creamy dengan tekstur yang renyah, cocok dijadikan hidangan pembuka.
Selanjutnya, hidangan yang ditunggu pun tiba, beef tongue 2 ways siap dibakar. Kuwahara mulai beraksi. Irisan daging lidah yang cukup tebal dan besar mulai dibakar di atas pemanggang. Api dari pemanggang mulai menyala dan mematangkan lidahnya.Sebelum masuk ke bintang utamanya, wagyu nigiri jadi hidangan sela yang ringan sebelum melanjutkan ke hidangan selanjutnya yaitu special cut dari Nikuzen.
Baca Juga: Indonesia Masuk Deretan Asia’s 50 Best Restaurants 2025 Peringkat 51-100
Special Cut
Ada tiga jenis potongan daging yang disajikan di omakase ini yaitu silky loin, chateaubriand, dan sirloin ponzu. Kuwahara mulai beraksi memainkan nyala api dari grill pan. Aksinya seperti seorang DJ yang memainkan turntable-nya, tapi Kuwahara memang seorang DJ dan mendirikan Club Fai di Aoyama, Tokyo.
Chef Kuwahara mulai memasak Silky Loin perlahan-lahan. Dia tak tampak terburu-buru demi mendapatkan tingkat kematangan yang pas. Memang, butuh kesabaran tersendiri untuk bisa menyantap satu iris daging ini, tapi itu sepadan. Dia mulai menggulung dagingnya dan meletakkannya di piring kecil saya.
“Pertahankan bentuknya, gigitan pertama dengan saus dan gigitan kedua dengan saus dan wasabi,” ucapnya.
Saus yang dimaksudnya adalah saus ponzu dan wasabi yang diinfuse-nya dengan kulit yuzu untuk memberikan kesan segar. Terbukti, sensasi segar yuzu bisa menghighlight umami dari dagingnya yang sangat lembut. Sebagai pencinta wasabi, tambahan kulit yuzu ini menyeimbangkan ketajaman rasa wasabi.
Salah satu hal yang menarik saat datang ke restoran dengan spesialisasi wagyu adalah adanya irisan daging yang beragam. Di sini, saya akhirnya bisa melihat potongan chateaubriand yang premium. Chateaubriand adalah bagian paling tengah dari beef tenderloin, ini juga dikenal sebagai bagian paling enak dan premium dari tenderloin.
Daging dengan lapisan lemak yang tak terlalu tebal ini tak butuh waktu lama untuk dimasak. Untuk menghasilkan rasa yang maksimal, dia meminta saya untuk mencampur lobak parut dengan saus ponzu dan memakan chateaubriand dalam 2-3 gigitan, tanpa lobak dan dengan lobak berponzu untuk merasakan kenikmatan aslinya.
Chateaubriand ini tak hanya digrill semata, dalam beberapa set menu, chateaubriand juga diolah menjadi rose cutlet sandwich. Ini adalah salah satu signature Kuwahara atau yang akrab disapa Vanne san, dia bahkan punya gerakan khusus yang ikonik untuk ‘memamerkan’ sando (sandwich-nya).
Selain rose cutlet sando, signature dishnya yang juga terkenal adalah truffle zabuton sukiyaki. Irisan shimofuri atau irisan tipis marbled beef yang dimasak dengan dalam kaldu sukiyaki ini dicampur dengan kuning telur ayam mentah dan jamur truffle yang generous. Saya mengakhiri pesta wagyu di Nikuzen dengan kakigori yang manis dan dingin.
Nikuzen
Gedung Jakarta Mori Tower Lantai 13 unit 11-12, Jakarta