Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berkunjung ke Museum Kapal Selam

Oleh Cristian Rahadiansyah
Foto oleh Sylvain Guichard

Satu rudal nuklir dari kapal ini,” ujar sang narator dalam audio guide, “memiliki daya rusak berkali lipat dari bom atom yang dijatuhkan di Jepang.” Keluyuran di rahim Le Redoutable, kapal selam nuklir pertama buatan Prancis, kita akan dibuat terperanjat oleh kepandaian manusia merakit kendaraan tempur. Kabel malang melintang, pipa berserobok, panel berkelindan dengan tombol-tombol pelontar bom pembunuh massal.

Bagian luar museum.

Le Redoutable sudah pensiun. Kini ia telah disulap wahana wisata di museum maritim La Cité de la Mer (citedelamer.com). Saya mengarungi interiornya, membuka palka dan menjelajahi ruang mesinnya, juga memegang torpedo-torpedo legam yang terpasang di haluannya.

Prancis tidak menemukan kapal selam, tapi negeri ini memiliki museum yang merekam ikhtiar manusia menaklukkan laut dalam. Menempati bekas terminal pelabuhan, La Cité de la Mer memajang belasan kapal selam legendaris, misalnya Archimède buatan 1961; Mir yang pernah dipakai merekam bangkai Titanic; serta kapsul Deep-sea Challenger yang dikendarai oleh James Cameron di Palung Mariana.

Menyusuri ruang mesin museum La Cité de la Mer.

La Cité de la Mer bersemayam di Cherbourg, kota pelabuhan dengan sejarah maritim yang kaya. Di sinilah Prancis memproduksi banyak kapal tempur dan kapal selam. Di sini pula pernah terdapat pelabuhan perang raksasa yang berperan vital dalam pembebasan Eropa dari cengkeraman Nazi. Guna menghormati masa silam itu, La Cité de la Mer menciptakan wahana bertema Titanic. “Banyak yang tidak tahu, Titanic sempat berlabuh selama dua jam di Cherbourg,” ujar pemandu museum.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/Agustus 2017 (“Selam Segara”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5