by Cristian Rahadiansyah 24 November, 2020
Menginap di Hotel Hasilkan Emisi; Ini Cara Menebusnya
Menginap satu malam di Bali menghasilkan rata-rata 22 kilogram CO2 per kamar. Itu untuk hotel bintang tiga. Jika memilih hotel bintang lima, emisinya melebihi 100 kilogram.
Emisi karbon hotel diproduksi dari beragam aspek, contohnya lampu, AC, pemanas air, mesin peracik kopi, hingga penatu seprai. Kian besar kamarnya, kian besar konsumsi energinya, kian banyak pula emisinya. Dari sini, satu hikmah yang bisa dipetik: liburan punya efek samping pada lingkungan.
Dari problem itulah muncul inisiatif kompensasi emisi atau carbon offset. Dalam terjemahan simpelnya: hotel menebus pengeluaran emisinya dengan mendukung aktivitas pengurangan emisi. Cita-cita besarnya adalah mencapai titik impas alias carbon neutral.
Ada banyak hotel yang telah mempraktikkan carbon offset, contohnya Lefay Lago di Garda, Emirates One&Only Wolgan Valley, serta Soneva Fushi. Mereka menyisihkan sebagian keuntungan untuk proyek-proyek lingkungan, misalnya penanaman pohon dan pembuatan pembangkit listrik tenaga angin.
Di beberapa hotel lain, carbon offset didesain untuk melibatkan tamu. Menginap di Corendon, tamu akan diajak untuk mengadopsi pohon. Menginap di Crown Melbourne, Anda bisa berdonasi $3 per malam untuk mendukung konservasi Yarra Yarra Biodiversity Corridor, Australia.
Bagaimana jika hotel Anda tak punya program carbon offset? Solusinya ialah menghitung secara mandiri emisi Anda memakai kalkulator karbon, lalu “menebusnya” lewat lembaga yang menangani proyek kompensasi emisi, contohnya TripZero dan Carbon Offset Now.
Khusus pemilik hotel yang ingin memulai carbon offset, ada beberapa lembaga konsultan yang menawarkan jasa menakar dan mengompensasi emisi, contohnya Climate Partner, Book Different, serta Hotel Footprints. —Cristian Rahadiansyah