by Cristian Rahadiansyah 30 March, 2018
Di Balik Selembar Foto Orca
Foto ini didapat dalam kunjungan pertama saya ke Lamalera,” ujar Oscar Siagian tentang foto paus pembunuh (orca) karyanya. Saat itu, pada 2010, Oscar sedang merintis proyek fotografi bertema pesisir, dan Lamalera, sebuah desa di Nusa Tenggara Timur, menawarkan tema yang sangat menarik: perburuan paus memakai metode tradisional.
Foto itu didapatnya secara kebetulan. Suatu pagi, saat Oscar tengah melaut bersama nelayan setempat, seekor orca tiba-tiba melintas. Seorang lemafa, juru tikam paus, berhasil menancapkan satu mata kail ke orca tersebut, tapi sang buruan berontak dan menarik perahu. “Perasaan saya campur aduk saat itu,” kenang Oscar. “Sebelumnya saya mendengar cerita tentang perahu yang tenggelam akibat ditarik paus.”
Drama di laut itu berlangsung cukup lama. Orca terus berupaya kabur, termasuk dengan meloncat. “Pada momen itulah saya memotret dengan latar belakang Tanjung Atadei,” lanjut Oscar. Tapi kisahnya tak berhenti di situ. Seekor orca lain mendadak muncul, mendekati rekannya yang terluka, dan sepertinya berusaha menyemangatinya agar tak menyerah. Tak lama, tali yang terkait ke tubuh orca terputus dan para nelayan pun kehilangan buruannya.
“Foto orca ini merupakan salah satu karya terbaik saya,” jelas Oscar, yang pernah berkontribusi untuk Redux dan Australian Associated Press. “Berkatnya pula, saya terdorong untuk terus berkarya. Saya yakin setiap fotografer memiliki jalan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari setiap perjalanannya.”
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Januari/Maret 2018 (“Restrospect: Paus Penyintas”).