by Yohanes Sandy 01 February, 2017
48 Jam di Solo
Oleh Yohanes Sandy
Foto oleh Budi N. Dharmawan
SABTU
Candi Cetho, pukul 05:00
Bersemayam di Karanganyar, Candi Cetho dapat dijangkau dalam waktu kurang lebih satu jam berkendara dari pusat kota Solo. Apa alasan yang membuat candi ini harus dimasukkan dalam daftar perjalanan Anda di Kota Batik? Selain sejarahnya yang panjang—dan mistis—candi ini juga dianugerahi pemandangan kebun teh yang memikat. Syahdan, candi ini ditemukan oleh arkeolog Belanda, Van de Vlies, pada sekitar 1842. Karena kondisinya yang memprihatinkan, peninggalan sejarah ini kemudian dipugar pada 1970. Sejarah candi Hindu ini bisa ditarik ke belakang pada 1451 saat candi ini dibangun di bawah kekuasaan Raja Brawijaya. Dulu, fungsinya sebagai tempat untuk menggelar ritual tolak bala. Saat terbaik untuk mengunjungi candi ini adalah saat fajar menyingsing di mana cahaya matahari bersinar malu-malu di balik pepohonan dan menembus kabut.
Gerojogan Sewu, pukul 07:00
Masih terletak di satu kawasan dengan Candi Cetho, tak ada salahnya bila Anda sekalian mampir ke sini. Air terjun ini kerap dipadati pengunjung baik di hari biasa apalagi di akhir pekan. Oleh karena itu saat terbaik untuk mengunjunginya adalah di pagi hari. Air terjun Grojogan Sewu menjulang setinggi 81 meter dengan tebing terjal di kanan kirinya. Mirip dengan Nachi Falls, air terjun tertinggi di Jepang, yang terletak di Prefektur Wakayama. Selain wisata alami, di sini pengunjung juga bisa menjajal berbagai macam wahana menarik, seperti flying fox dan water park.
Soto Gading, pukul 10:00
Usai bangun pagi dan menikmati udara dingin Karanganyar, sarapan soto hangat merupakan opsi yang tepat. Soto Gading berlokasi di Jalan Brigadir Jenderal Sudiarto dan beroperasi sejak pukul 06:00. Menu andalan di sini adalah soto ayam atau daging dengan kuah bening lengkap dengan kentang goreng renyah. Sebagai pelengkap, disediakan beragam pilihan lauk, misalnya perkedel kentang, hati ayam goreng, usus, paru, dan lain sebagainya.
Pura Mangkunegaran, pukul 11:00
Pura Mangkunegaran merupakan istana resmi Kadipaten Praja Mangkunegaran dan merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya. Istana dengan kelir hijau tersebut didirikan pada 1757. Mirip dengan kompleks istana pada umumnya, Pura Mangkunegaran ini memiliki beberapa bagian bangunan dan dikeliling oleh tembok kokoh. Kini keraton ini lebih berfungsi sebagai museum serta tempat belajar gamelan. Bentuk bangunannya dipertahankan seperti aslinya. Di sini, pengunjung juga dapat melihat benda-benda peninggalan keluarga kerajaan. Di waktu-waktu tertentu, digelar upacara-upacara adat yang menarik untuk disaksikan.
Pasar Triwindu, pukul 14:00
Lokasinya hanya selemparan batu dari Keraton Surakarta Hadiningrat, Pasar Triwindu adalah tempat paling ideal untuk mendapatkan barang-barang antik. Lampu-lampu kuno, batik, hingga barang pecah belah dengan kondisi yang masih sangat baik jumlahnya melimpah di sini. Jika berbelanja di sini, pintar-pintar lah untuk menawar. Karena harga yang dipasang oleh para pedagang kerap terlampau tinggi. Namun jangan khawatir, dengan kemampuan menawar mumpuni, biasanya harga bisa turun hampir separuhnya.
MINGGU
Pasar Gede, pukul 08:00
Jika sarapan di hotel sudah terlalu biasa, maka Anda harus ke Pasar Gede untuk menjajal beragam menu sarapan. Di pasar yang beroperasi 24 jam ini dapat ditemukan beragam pedagang penganan tradisional, nasi pecel ndeso, hingga nasi liwet Bu Sri yang diklaim “paling enak se-Solo” oleh para penulis kuliner. Selain itu, jangan lupa untuk mencicipi es dawet yang juga merupakan kuliner populer di pasar yang pernah terbakar tersebut.
Museum Batik Danar Hadi, pukul 11:00
Sesuai namanya, museum ini dimiliki oleh keluarga pengusaha batik Danar Hadi. Museum Batik Danar Hadi didirikan oleh H. Santosa Doellah bersama dengan istrinya, Hj. Danarsih Santosa. Museum ini memajang kurang lebih 1.078 lembar batik dari seluruh dunia. Kabarnya, jumlah tersebut merupakan sebagian kecil dari koleksi Santosa yang mencapai 10 ribu batik. Di sini, pengunjung bisa belajar mengenai sejarah batik, tak hanya batik lokal namun juga dari mancanegara. Seperti batik Tiongkok yang mengilhami batik peranakan hingga batik dari Eropa. Selain mengikuti tur berdurasi 45 menit, di tempat ini pengunjung juga bisa ikut kelas membatik. Jika saat makan tiba, pengunjung tak perlu khawatir karena museum ini dilengkapi dengan sebuah restoran yang mumpuni.
Serabi Notosuman, pukul 13:00
Banyak yang bilang, belum berkunjung ke Solo jika tak mampir ke Serabi Notosuman. Meskipun cabangnya sudah tersebar di berbagai kota, menikmati serabi di tempat asalnya memberikan pengalaman yang berbeda. Apalagi sembari menyaksikan proses pembuatannya secara langsung dengan bau gurih santan yang menguar.
Taman Hiburan Rakyat Sriwedari, pukul 15:00 (tutup selamanya)
Saat panas terik berkurang, Taman Sriwedari cocok dijadikan destinasi selanjutnya. Selayaknya area rekreasi keluarga, Taman Sriwedari dilengkapi dengan berbagai fasilitas bermain serta tempat makan dan toko suvenir. Jika Anda menggemari budaya Jawa, jangan lupa untuk mampir ke sanggar seni yang terletak di kompleks ini. Di sini Anda bisa melihat gadis-gadis remaja tengah belajar tari tradisional Solo. Setelah matahari tenggelam di ufuk barat, jangan lewatkan pertunjukan wayang orang di Gedung Wayang Orang Sriwedari yang sangat populer di kalangan warga lokal dan juga turis.
Wedangan Pendopo, pukul 18:00
Jika di Yogyakarta ada angkringan, maka di Solo ada wedangan. Konsepnya sama: pedagang kaki lima yang menyediakan nasi bungkus dengan berbagai macam lauk disertai menu minuman baku seperti kopi atau teh. Ada puluhan penjual wedangan di Solo, namun salah satu yang paling populer adalah Wedangan Pendopo. Berdiri dari 2011, tempat makan ini menempati sebuah rumah tua di Jalan Srigading yang interiornya dipenuhi dengan benda-benda antik serta barang khas Jawa seperti wayang kulit. Menu yang ditawarkan mirip dengan wedangan pada umumnya, yakni nasi kucing beserta beragam lauk yang menggoda. Selain harganya yang ramah di kantong, suasana akrab juga menjadi nilai tambah bersantap di sini.
Akomodasi
Alila Solo (Jl. Slamet Riyadi No.562, Solo; 0271/677-0888; alilahotels.com; doubles mulai dari Rp900.000) bersemayam di Jalan Slamet Riyadi, tepat di seberang pusat perbelanjaan Solo Square. Lokasinya strategis. Hanya 15 menit berkendara dari bandara dan pusat kota. Hotel terjangkung di Solo ini memayungi 255 kamar dan suite. Jika Anda mendambakan privasi lebih, pilih akomodasi tipe Alila Suite. Hanya tersedia empat unit, tiap unitnya dicetak seluas 90 meter persegi serta lengkap dengan kolam privat.
Fasilitas hotel yang baru merayakan ulang tahun pertamanya ini pun mumpuni. Selain restoran, renang luas, spa, dan ballroom berkapasitas 3.500 delegasi—salah satu yang terbesar di Solo, Alila Solo juga dilengkapi dengan rooftop bar tertinggi di Jawa Tengah. Jika Anda bosan dengan gerai F&B di dalam hotel, tepat di depan lobi terdapat lifestyle area yang dilengkapi coffee shop dan sejumlah restoran.