by Yohanes Sandy 13 October, 2016
Invasi Seni di Hotel
Apa kontribusi seni bagi hotel?
Opsi akomodasi lebih variatif. Positifnya, mereka memiliki spesialisasi dan karakteristik berbeda. Ada properti yang kuat dalam dekorasi, yang kuat dalam tampilan, tapi ada pula yang karya seninya berbicara. Tamu tidak disuguhi hal yang sama.
Karya seperti apa yang idealnya ditampilkan?
Di hotel, seni bukan sekadar memanjakan mata. Tiap elemennya harus memiliki relasi terhadap tamu. Seni di sini juga sebenarnya bukan sesuatu yang hanya dilihat, tapi harus memiliki cakupan yang luas. Harus artistik dari A sampai Z, dan bisa memuaskan indra penglihatan, penciuman, dan rasa—mulai dari lobi hingga kamar.
Kriteria memilih seniman?
Tidak ada pakem tertentu. Tiap orang bisa berkarya untuk sebuah properti. Namun perlu ada quality control. Di Artotel, kami sangat mendukung bakat-bakat lokal. Tapi talenta yang ada kami saring lagi melalui sebuah grup ekshibisi. Karya seninya juga tidak cuma terbatas pada lukisan atau instalasi; yang penting bisa berekspresi di medium apa pun: dinding, lantai, furnitur, peralatan makan dan minum.
Batasan karya seni?
Yang pasti tidak boleh mengandung unsur SARA. Karena tiap area hotel adalah ruang publik, segala hal yang berbau rasialisme, pornografi, ataupun menyindir pemerintah, harus dijauhi.
Hotel “melek seni” favorit?
J Plus Hotel by Yoo di Hong Kong. Kebetulan saya pernah ke sana beberapa kali. Hotel butik ini menarik. Desainnya minimalis, ornamen seninya bagus dan tersebar di seluruh lantai. Selain dalam bentuk dekorasi dinding atau instalasi, hotel ini mengaplikasikan seni di furnitur. Berada di sini saya tidak merasa tinggal di hotel, melainkan di kamar sendiri.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi September/Oktober 2016 (“Invasi Seni”).