by Cristian Rahadiansyah 26 February, 2016
Dokumentasi Gunung, Laut, dan Manusia
Di Indonesia, negara kepulauan dalam jaringan cincin api, sangat masuk akal jika tema “manusia, gunung, dan laut” sudah dikupas oleh puluhan fotografer. Tapi, kenyataannya, tema ini justru minim peminat.
Mungkin karena terlalu luas cakupannya, juga terlalu mahal dan terlalu menyita waktu prosesnya. Atau mungkin karena memang cuma segelintir fotografer yang sudi mengabdikan energinya untuk menggarap tema jangka panjang yang berbobot.
Rony Zakaria adalah satu dari segelintir fotografer itu. Dia memberi tajuk proyeknya: Men, Mountains and the Sea. Rony, peraih penghargaan dalam NPPA Best of Photojournalism, memotret aspek-aspek kebudayaan agraris dan pesisir, mengabadikan prosesi klenik yang berkelindan dengan religi, menempatkan manusia dalam hubungannya yang kompleks dengan gunung dan laut. Tema dengan cakupan yang luas memang. Tak heran durasi reportasenya cukup lama.
Rony memulai Men, Mountains and the Sea delapan tahun silam, saat tengah merintis karier sebagai fotografer. Suatu kali, ketika melawat ke Yogyakarta, dia singgah di Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo, lalu menemukan betapa gunung dan laut memiliki tempat khusus dalam spiritualitas warga. “Saya tertarik untuk melihat relasi tersebut dan mendokumentasikannya,” ujarnya.
Dari Yogya, dia melacak tempat-tempat lain di Indonesia yang menganut kosmologi serupa, antara lain Tengger, Jepara, Bali, dan Lembata. Sebuah perjalanan panjang yang penuh cerita. Di puncak Merapi, jari-jarinya membeku hingga terpaksa dikencingi agar bisa kembali mengoperasikan kamera. Di Lembata, dia bergaul akrab dengan kaum pemburu paus sampai-sampai mereka pun saling menyapa dengan panggilan “reu” (kawan).
Di Yogya, gunung dan laut mewakili dua kutub penguasa alam. Melarungkan sesajen di kedua singgasana spiritual itu penting untuk menjaga perimbangan kekuatan di muka bumi. Daerah-daerah lain tentu menganut praktik yang berbeda. Lalu, apa kriteria yang dipakai dalam menyeleksi lokasi? “Saya merasa larut ketika mengunjungi Merapi dan Parangkusumo, dan saya kemudian mencari tempat-tempat di mana saya mengalami perasaan yang sama,” jawab Rony.