by Cristian Rahadiansyah 22 December, 2017
8 Resor Tersembunyi di 8 Kabupaten
Sarinbuana Eco Lodge
Pondok puritan yang memperlihatkan konsep ramah lingkungan bukan cuma perkara hemat listrik.
Sarinbuana berusaha menerjemahkan secara harfiah konsep hotel ramah lingkungan. Tiap bungalonya tidak dilengkapi televisi maupun AC. Di kamar mandi, kita membersihkan tubuh dengan sabun buatan lokal yang berbahan minyak kelapa dan kedelai. Sementara di restorannya, sedotan diharamkan dan seluruh menu diracik memakai bahan setempat, dengan begitu konsumsi bensin untuk distribusi bisa ditekan dan petani setempat ikut untung.
Sarinbuana bersemayam di kaki Gunung Batukaru dan bertengger 700 meter di atas permukaan laut. Turis datang ke sini untuk menyepi, menonton bulan yang bersinar lebih terang, merasakan hidup tanpa sinyal telepon. Malam-malam di sini hanya diramaikan oleh orkestra jangkrik dan tonggeret. Andaikan beberapa serangga itu mampir ke kamar, tamu tak perlu risau. Menurut keterangan resmi resor ini, “kehadiran serangga tidak merefleksikan standar kebersihan yang rendah. Alihalih, itu tanda sebuah ekosistem yang sehat.”
Resor ini pernah menerima dua penghargaan dalam Wild Asia Responsible Tourism Award. Merujuk situs environmentallyfriendlyhotels.com, Sarinbuana memenuhi 29 dari total 33 kriteria green hotel. “Konsep ramah lingkungan mencakup banyak hal, mulai dari arsitektur, manajemen, hingga dampak yang diberikannya kepada area sekitar,” ujar Linda vant Hoff, pemilik Sarinbuana.
Tentu saja, ramah lingkungan bukan berarti “menderita.” Amenitas hotel modern tidak dinafikan. Sarinbuana dilengkapi shower dengan air panas, tapi daya sembur airnya dibatasi. Kolam renang juga tersedia, tapi wujudnya berupa laguna alami di dasar lembah. Airnya segar dan bebas kaporit, berhubung sumbernya mata air natural di perut gunung.
Jl. Arjuna, Banjar Biyahan, Tabanan, Bali; 0813-3902-8839; baliecolodge.com; mulai dari Rp1.000.000 per malam, minimum dua malam.
Arumdalu
Kehadirannya mengembuskan citra baru: Belitung bukan lagi destinasi bagi frugal traveler semata.
Awalnya tersohor lewat novel tentang bocah-bocah rudin yang haus pendidikan, Belitung kini menjadi destinasi pantai yang giat memikat turis. Sejumlah hotel dan resor bermunculan, salah satunya Arumdalu, properti termewah dan termahal di Belitung saat ini.
Arumdalu menyempil di sudut sepi Kecamatan Membalong, 70 kilometer dari pusat kota. Untuk menjangkaunya, kita mesti berkendara sejam ke arah selatan pulau. Resor anggota Secret Retreats ini merupakan suaka yang ideal untuk menikmati privasi. Di lahan seluas 45 hektare, Arumdalu menaungi 10 vila berdesain kontemporer yang masing-masingnya dihubungkan oleh jalan setapak. Tiap vila dirancang terbuka, hingga memudahkan tamu menyerap pemandangan. “Kami ingin membangun ‘rumah’ privat yang membaur dengan alam,” kata sang pemilik, Agus Supramono.
Sebenarnya tak cuma membaur dengan alam, tapi juga menghargai alam. Menerapkan sejumlah kaidah “hijau,” Arumdalu berniat mereduksi efek buruk bisnis hotel pada bumi. Seluruh vilanya dirangkai dari banyak materi ramah lingkungan. Air buangan vila disaring, lalu dipakai untuk menyiram tanaman. Hampir 60 persen lahan resor ditanami sayur dan buah guna memasok kebutuhan resor sekaligus menyunat konsumsi bahan bakar untuk distribusi bahan masak.
Meski cocok untuk menyepi, Arumdalu tak melupakan mereka yang datang untuk bersenang- senang. Ada banyak aktivitas yang bisa dilakoni, umpamanya kelas membatik dan tur ke Pulau Seliu. Tentu saja, staf resor juga bisa mengantarkan tamu melawat situs-situs populer dalam Laskar Pelangi, novel yang berjasa melambungkan pamor Belitung.
Jl. Batu Lubang, Membalong, Belitung; 0819-4943-0545; arumdalubelitung.com; mulai dari Rp7.500.000 per malam, termasuk antar-jemput bandara.
Plataran Menjangan
Properti yang menyuntikkan gairah baru berwisata ke Taman Nasional Bali Barat.
Bali Barat, taman nasional satu-satunya di Bali, sempat melambung sebagai destinasi wisata pada awal 2000-an. Tak lama setelah Orde Baru tutup usia, pemerintah menerbitkan konsesi lahan dan dua resor hadir di sini: The Menjangan dan Nusa Bay Menjangan. Sayangnya, bulan madu itu berlangsung singkat. Arus turis kemudian menyusut ajek. Merujuk Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan terbitan Institut Pertanian Bogor, jumlah wisatawan di Bali Barat jatuh lebih dari 50 persen selepas 2010.
Kondisi itulah yang diharapkan bakal berubah lewat kehadiran Plataran Menjangan, resor yang dibuka pada Mei 2016 di sisi timur taman nasional. (Menjangan hanya sebuah pulau di Bali Barat, namun berkat keindahannya, namanya kerap disematkan sebagai nama resor.) Resor ini bernaung di bawah Grup Plataran, merek lokal yang mengelola sejumlah restoran dan hotel di Indonesia.
Properti Plataran terkenal akan muatan lokalnya yang kaya—pendekatan yang juga diaplikasikan di Bali Barat. Plataran Menjangan menaungi vila-vila berbentuk joglo yang dibariskan di tepi hutan bakau yang menatap laut. Belum lama, tipe akomodasinya bertambah dengan kehadiran dua unit vila berisi dua kamar. Fasilitas resor ini antara lain Octagon Ocean Club yang dilengkapi kolam renang, restoran Wantilan, serta kapal pinisi yang menawarkan pesiar senja ke Pulau Menjangan.
Selain memberi alasan segar bagi turis untuk kembali melawat Bali Barat, Plataran Menjangan berkomitmen merawat alam. Salah satu inisiatifnya adalah program pelestarian jalak Bali, fauna ikonis yang terancam punah. Di alam liar, menurut organisasi Bird Life, populasinya kritis di bawah 50 ekor. Melalui pusat penangkaran Bali Starling Sanctuary, Plataran Menjangan berupaya memastikan burung endemis itu terus mengepakkan sayapnya.
Jl. Raya Seririt-Gilimanuk, Bali; 0813-3804-4224; plataran.com; mulai dari Rp3.200.000.
Whales & Waves
Berkat kehadirannya, Sumbawa Barat tak cuma memikat kaum peselancar.
Pesisir barat Sumbawa sudah lama tertera dalam radar kaum pembawa papan. Di kawasan ini, pondok peselancar telah bermunculan sejak awal 2000-an. Beberapa atlet masyhur pernah datang. Sejumlah kejuaraan selancar, mulai dari level kabupaten hingga Asia, pernah digelar di sini. Tapi Sumbawa Barat kini tak mau hanya melayani peselancar. Seiring menanjaknya pamor destinasi ini, objek-objek wisata alternatif mulai terpetakan dan hotel-hotel pun kian giat membidik khalayak yang lebih luas. Whales & Waves adalah contohnya.
Whales & Waves bersemayam di tepi Selat Alas, perairan yang memisahkan Lombok dan Sumbawa. Panoramanya memikat. Di lepas pantainya, sejumlah gili terapung di laut pirus. Nun jauh di seberang, Gunung Rinjani menjulang jemawa menusuk langit. Di lahan seluas 2,2 hektare, Whales & Waves menampung empat vila dan enam kamar yang disebar di padang rumput. Wujudnya atraktif sekaligus janggal: kombinasi antara kamp safari Afrika, rumah bergaya tropis, dan kediaman Bilbo Baggins. “Sebenarnya bentuk vila terinspirasi lanskap perbukitan bergelombang di sekitar resor,” ujar sang pemilik, Denis Romanov.
Bagi peselancar, Whales & Waves menawarkan lokasi yang strategis: Desa Kertasari, sentra ombak yang dijuluki K-Land. Di sekitarnya terdapat sembilan titik untuk mengendarai ombak. Tapi lokasi bukan satu-satunya tawaran andalannya. Berniat membidik pula segmen keluarga, resor ini menawarkan beragam fasilitas untuk beragam usia, sebut saja jet ski, lapangan voli, area yoga, gelanggang skateboard, hingga restoran bambu yang menyajikan hidangan dalam presentasi modern— kemewahan yang langka di Sumbawa Barat. Whales & Waves mulai beroperasi pada pertengahan 2015. Kisahnya dimulai ketika Denis melawat Desa Kertasari dan menemukan sebidang kebun kelapa yang berjarak beberapa langkah dari laut. “Semua vila ditata di sekitar pohon kelapa. Tak sebatang pohon pun ditebang saat resor dikonstruksi,” kenangnya.
Desa Labuan Kertasari, Taliwang, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat; 0821-4466-6777; whales-and-waves.com; mulai dari Rp700.000.
Untuk melihat ulasan resor lainnya, klik di sini.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi November-Desember 2017 (“Menyempal dan Menyempil”).