Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Fakta Unik Hotel Indonesia

Riwayat
Walau didirikan untuk menyambut Asian Games 1962, Hotel Indonesia sejatinya mengandung makna yang lebih luhur sebagai tonggak penting dalam sejarah industri pariwisata nasional. “Pembukaan hotel ini secara simbolik menunjukkan dibukanya juga wajah Indonesia bagi pariwisata dunia,” ujar Bung Karno dalam sambutan peresmian HI pada 5 Agustus 1962, persis tiga minggu sebelum Asian Games IV bergulir.

Spesifikasi
Desainnya ditangani oleh arsitek Amerika Abel Sorensen. Beragam spekulasi merebak seputar alasan pemilihan Abel, salah satunya intervensi CIA. Walau terlibat dalam proyek Kantor PBB di Thamrin, Abel memang bukan arsitek yang menonjol kala itu. Proyek HI dieksekusi PT. Pembangunan Perumahan dengan dukungan Taisei Construction. HI menampung 406 kamar dengan 200 di antaranya tak dilengkapi AC—keputusan janggal yang diambil demi mengakomodasi permintaan Bung Karno yang mendambakan hotel tropis di mana interior disejukkan lewat ventilasi. Pada 1974, jumlah kamarnya bertambah menjadi 611 unit. Kini, HI menampung 289 kamar.

Manajemen
Menyadari SDM lokal belum siap mengelola hotel bertaraf internasional, Bung Karno menunjuk InterContinental untuk mengelola HI. General manager pertamanya adalah William Land, sementara tamu perdananya Allen Atwalt, staf Yayasan Rockefeller. Dulu, HI dikenal sebagai hotel dengan tarif yang mencengangkan. Di kala gaji seorang mayor Rp800 per bulan, tarif kamar tipe terendah di hotel ini mencapai $40 (setara Rp2.400 saat itu). Nasi goreng, menu termurahnya, dibanderol Rp1.000 per porsi, 60 kali harga pasaran. Pada 1974, manajemen HI berpindah ke Sheraton. Sejak 2009, hotel ini dikelola oleh Kempinski.

Kontroversi
HI lahir di zaman susah. Tiga tahun sebelum HI diresmikan, rupiah didevaluasi hingga 75 persen. Untuk mendanai konstruksi HI, pemerintah memanfaatkan dana pampasan perang. Pada 2004, kontroversi kembali terdengar, kali ini terkait renovasi hotel. Sejumlah pihak khawatir keaslian fisik HI akan ternoda, mengingat hotel ini berstatus cagar budaya. Rampung direnovasi, HI dibuka kembali pada 2009 dengan interior yang lebih bugar. Mengenang masa silam HI, pengelola menciptakan Heritage Room guna menampung benda lawas koleksi hotel, salah satunya gunting yang dipakai dalam upacara peresmian.

Sisi Lain
Berstatus hotel bertaraf internasional pertama di Indonesia, HI kerap dipilih sebagai venue ajang bergengsi, salah satunya Miss Indonesia 1969. Tapi HI bukan cuma soal hura-hura. Sejalan dengan gagasan Bung Karno menjadikan hotel ini duta pariwisata, pengelola mendirikan Departemen Seni dan Budaya yang bertugas menggarap pentas-pentas bertema Nusantara. Dari lembaga inilah pada 1968 lahir Teater Populer, kelompok pimpinan Teguh Karya yang turut mewarnai dunia seni pertunjukan nasional. Banyak selebriti dibesarkan panggung hiburan HI, sebut saja Titi Qadarsih dan Bing Slamet.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Mei/Juni 2017 (“Duta Wisata”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5