by Karina Anandya 20 December, 2019
48 Jam di Gorontalo
MINGGU
07:00 Benteng Otanaha
Salah satu versi sejarah mengklaim benteng ini dibangun bersama oleh kerajaan setempat dan pelaut Portugis pada abad ke-16. Di luar simpang siur riwayatnya, satu yang pasti Benteng Otanaha (Kelurahan Dembe I, Kota Barat) telah menjadi salah satu objek wisata sejarah terpopuler di Gorontalo. Berdiri di ketinggian, kompleks ini juga menawarkan sudut terbaik untuk menyaksikan panorama Danau Limboto dan perbukitan yang mengelilingi kota.
09:00 Danau Limboto
Muara bagi 23 sungai, Danau Limboto berperan vital dalam ekosistem dan perekonomian lokal. Ikan-ikan di sini merupakan sandaran hidup banyak nelayan. Dari Agustus hingga Oktober, kawanan burung migran singgah di sini dalam ekspedisi melintasi Asia dan Australia. Tiap tahun, Pemkot menggelar Festival Danau Limboto untuk mendatangkan turis. Sayangnya, danau terluas di Gorontalo ini terus mengalami penyusutan dan pendangkalan, bahkan terancam hilang.
11:00 Kawasan Pertokoan Murni
Berbelanja dan kongko ditemani kopi lokal adalah dua aktivitas utama di pasar ini. Khusus pencinta sejarah, Kawasan Pertokoan Murni (Kelurahan Biawao, Kota Selatan) merupakan satu dari segelintir kompleks yang menyimpan bangunan warisan kolonial di Gorontalo. Kaum penjajah datang ke kota ini pada abad ke-17, bagian dari ekspansi menguasai sentra-sentra penghasil rempah di Sulawesi.
13:00 Rumah Makan Ratu
Sulawesi terkenal sebagai salah satu lumbung tuna nasional, tapi tak semua hasil tangkapannya diekspor. Sebagian daging tuna segar itu dipasok ke restoran setempat, termasuk RM. Ratu (Kelurahan Pohe, Hulonthalangi). Buku menunya berisi antara lain dada tuna bakar, woku tuna (bumbu kuning), tuna kuah asam, sashimi, serta sate tuna dengan sambal dabu-dabu.
15:00 Pia Saronde
Pusat oleh-oleh di Gorontalo, Pia Saronde (Jl. Sultan Botutihe 29, Ipilo; piasaronde.com) menjajakan antara lain panada tore, sambal cakalang, zoelen sagela, hingga peci ikonis Gorontalo yang dulu lazim dikenakan mendiang Gus Dur. Sesuai namanya, Pia Saronde tentu saja mengandalkan pia dalam beragam rasa, seperti cokelat, keju, kacang hijau, hingga durian. Gerai yang didirikan pada 2009 ini juga memiliki kedai kecil yang menjajakan kopi khas lokal.