by Yohanes Sandy 28 October, 2013
Wisata Rasa di Barcelona
Kiosk Universal
Jika ham terlalu berat, kunjungi Kiosk Universal, sebuah cuina de mercat (warung makan di tengah pasar) dalam versi idealnya. Bahan-bahan masaknya dibeli dari gerai terdekat, lalu diolah secara simpel guna menjaga kandungan naturalnya. Untuk sarapan gaya lokal, berikut rekomendasi saya: secangkir tallat (espresso ditambah lapisan susu), tumis jamur liar, dan sepiring kerang bambu panggang.
Di samping Kiosk Universal, seutas jalan menurun mengantarkan saya ke Carrer Petxina (Clamshell Street). Di sudut gang ini, sebuah gerai siap membius lidah kita dengan nektar, minuman para dewa. El Celler de la Boquería adalah butik wine yang menjual 1.200 label buatan Spanyol. Koleksinya didatangkan dari banyak sudut negeri, antara lain La Rioja, Ribera del Duero, dan Priorat. Wine buatan pabrik kelas UKM juga ada, terutama dari daerah Catalonia.
Butik wine itu bertetangga dengan Antigua Hojalatería, gerai mungil khusus peralatan dapur. “Tempat ini tak berubah semenjak kakek saya meresmikannya,” kata sang pemilik, Antonia Apollaro, “tapi bukan berarti kami tidak mengikuti perkembangan zaman.” Memasuki interiornya, kita bisa mengerti mengapa tempat ini sangat populer di kalangan siswa sekolah masak. Rak-raknya memajang hampir semua perangkat yang dibutuhkan di dapur, mulai dari dekorasi kue hingga panci paella yang cukup besar untuk memberi makan tim sepak bola.
Berjalan 20-an langkah menuju Las Ramblas, saya tiba di toko kue Escribà. Usianya sudah lewat satu abad, tapi reputasinya tak luntur dimakan umur. Beragam kue dan roti di sini didesain menakjubkan. Satu yang wajib dijajal adalah ensaïmada, kue berbentuk elips yang ditaburi gula halus. Bangunan Escribà juga semanis kuenya. Eksteriornya dihiasi mosaik cantik. Langit-langitnya mengadopsi gaya art deco.
Gothic Quarter
Meninggalkan Las Ramblas, lalu berjalan beberapa menit ke sisi interior Barri Gòtic (Gothic Quarter), saya tiba di Plaça del Pi, sebuah alun-alun yang terkoneksi ke banyak arteri. Di dekatnya menjulang gereja gotik dari abad ke-14. Di alun-alun, meja-meja kafe mengundang pejalan kaki untuk bersantai sejenak. Di sisi yang lain, pasar akhir pekan memikat banyak peternak madu dan seniman keju asal Pyrenees.
Pemberhentian pertama saya di kawasan elegan ini adalah Ganiveteria Roca, toko pisau yang beroperasi sejak 1911. Sang pemilik mengusung moto l’art de tallar (seni memotong), yang diterjemahkan lewat suguhan logam-logam pipih nan tajam aneka rupa. Ada pisau koki Jepang yang ditempa memakai tangan, belati saku yang lazim dipakai untuk memanen jamur liar, juga golok daging berukuran jumbo.
Magnet kuliner alun-alun adalah Bar del Pi. Dikelola oleh keluarga Pujol sejak 1927, bar sepuh ini menampilkan prosesi yang tak pernah berubah. Di pagi hari, warga lokal berkerumun di atas lantai marmer seraya menyeruput kopi atau cokelat panas yang ditumpuk krim segar. Di siang hari, mereka memesan segelas caña (draft beer) dan tapas berisi kerang yang ditaburi potongan paprika Padrón atau sepiring boquerones (ikan haring yang sudah dibumbui). Menu yang juga laris di sini adalah pa amb tomàquet, roti Catalan yang dilumuri tomat dan disiram minyak zaitun.
Minyak zaitun bagaikan barang massal di Spanyol, dan negeri ini merupakan produsen terbesarnya di dunia. Tiap tahunnya, sekitar 300 juta pohon zaitun diperas menjadi 1,5 juta ton minyak. Budidaya ini bermula sekitar 3.000 tahun silam. Proses penanaman dan pengolahan kini kian canggih, tapi pabrik-pabrik senior masih berpegang pada metode produksi kuno yang mengandalkan tangan. >>>