post

Majalah travel premium berbahasa Indonesia pertama

DestinAsian Indonesia

<figure id="attachment_68163" aria-describedby="caption-attachment-68163" style="width: 1000px" class="wp-caption aligncenter"><img loading="lazy" decoding="async" class="size-full wp-image-68163" src="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/1-Cappadoccia-by-Afdhallul-Ziqri-on-Unsplash.jpg" alt="" width="1000" height="562" srcset="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/1-Cappadoccia-by-Afdhallul-Ziqri-on-Unsplash.jpg 1000w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/1-Cappadoccia-by-Afdhallul-Ziqri-on-Unsplash-300x169.jpg 300w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/1-Cappadoccia-by-Afdhallul-Ziqri-on-Unsplash-768x432.jpg 768w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/1-Cappadoccia-by-Afdhallul-Ziqri-on-Unsplash-360x202.jpg 360w" sizes="auto, (max-width: 1000px) 100vw, 1000px" /><figcaption id="caption-attachment-68163" class="wp-caption-text">Bendera Turki berkibar di Cappadocia. Bulan ini, nama Turkey resmi diubah menjadi Turkiye. (Foto: Afdhallul Ziqri)</figcaption></figure>
[dropcap]N[/dropcap]egara Turki resmi ganti nama—dalam penulisan versi internasionalnya. Namanya diubah dari Turkey menjadi Turkiye. Permintaan revisi ini sudah disetujui oleh PBB pada 1 Juni 2022.
Dalam surat yang dikirimkan kepada Sekjen PBB Antonio Guterres pada 31 Mei 2022, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menulis negaranya “akan mulai menggunakan ‘Turkiye’ untuk menggantikan kata-kata lain seperti ‘Turkey,’ ‘Turkei’ dan ‘Turquie.’”
Proses perubahan nama ini bermula pada Desember 2021. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meneken surat edaran yang memerintahkan penggunaan label “Made in Turkiye.” Dia juga meminta semua komunikasi resmi negara memakai kata “Turkiye.”
<figure id="attachment_68165" aria-describedby="caption-attachment-68165" style="width: 1180px" class="wp-caption aligncenter"><img loading="lazy" decoding="async" class="wp-image-68165 size-full" src="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/2-208.jpg" alt="" width="1180" height="825" srcset="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/2-208.jpg 1180w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/2-208-300x210.jpg 300w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/2-208-1024x716.jpg 1024w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/2-208-768x537.jpg 768w" sizes="auto, (max-width: 1180px) 100vw, 1180px" /><figcaption id="caption-attachment-68165" class="wp-caption-text">Kiri-kanan: Masjid Sultan Ahmed di Istanbul. (Foto: Alex Azabache); Turis di tepi Selat Bosphorus. (Foto: Kayra Sercan)</figcaption></figure>
Menyusul instruksi presiden, kampanye global pun digencarkan. Direktorat Komunikasi Turki meluncurkan <a href="https://www.youtube.com/watch?v=yLBQHecOmxw" target="_blank" rel="noopener">video promosi</a> yang menampilkan beragam orang mengucapkan “Hello Turkiye.” Situs web dan akun media sosial pariwisata negara ini juga sudah memakai nama GoTurkiye.
Menurut Erdogan, Turkiye adalah kata terbaik yang merepresentasikan dan mengekspresikan budaya, peradaban, serta nilai-nilai negara ini. Permintaannya juga punya rujukan historis. Negara ini, ketika dideklarasikan pada 1923, memang menyebut dirinya Turkiye.
Menurut kantor berita negara TRT World, ada alasan lain di balik perubahan ini, yakni menghindari kerancuan homonim. Dalam bahasa Inggris, kata Turkey memiliki penulisan serupa dengan turkey (kalkun). Selain itu, merujuk Cambridge Dictionary, turkey juga mengandung asosiasi peyoratif, artinya &#8220;gagal&#8221; atau &#8220;orang konyol.&#8221;
<figure id="attachment_68166" aria-describedby="caption-attachment-68166" style="width: 900px" class="wp-caption aligncenter"><img loading="lazy" decoding="async" class="size-full wp-image-68166" src="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/3-The-Statue-of-Mustafa-Kemal-Ataturk-on-a-Horse-in-Turkey-by-Emrecan-Algul-Pexels.jpg" alt="" width="900" height="600" srcset="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/3-The-Statue-of-Mustafa-Kemal-Ataturk-on-a-Horse-in-Turkey-by-Emrecan-Algul-Pexels.jpg 900w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/3-The-Statue-of-Mustafa-Kemal-Ataturk-on-a-Horse-in-Turkey-by-Emrecan-Algul-Pexels-300x200.jpg 300w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/3-The-Statue-of-Mustafa-Kemal-Ataturk-on-a-Horse-in-Turkey-by-Emrecan-Algul-Pexels-768x512.jpg 768w" sizes="auto, (max-width: 900px) 100vw, 900px" /><figcaption id="caption-attachment-68166" class="wp-caption-text">Patung Mustafa Kemal Ataturk di Ankara. Sang bapak bangsa mendeklarasikan Republik Turkiye pada 1923. (Foto: Emrecan Algul)</figcaption></figure>
Perubahan nama negara bukanlah hal baru. Banyak negara pernah melakukannya. Burma misalnya, diganti Myanmar. Siam diganti Thailand. Sementara Ceylon diganti Sri Lanka.
Namun, perubahan monumental semacam ini perlu waktu untuk diikuti dunia. Pasalnya, revisi mesti dilakukan pada begitu banyak hal, dari kop surat, isi ensiklopedia, hingga entri internet dan akun media sosial. Mengetik kata Turkey di Google, kita akan menemukan hampir dua miliar entri, baik dalam arti negara Turki ataupun kalkun.
Itu juga sebabnya, seminggu setelah PBB merestui penggunaan Turkiye, dunia masih terbelah. Kata Turkey tetap marak dipakai untuk merujuk negara ini. Encyclopedia Britannica misalnya, masih menulis “Turkey.” Begitu pula media-media besar seperti New York Times, Al Jazeera, dan Guardian. Sementara Wikipedia menuliskan keduanya: Turkey, officially the Republic of Turkiye.
<figure id="attachment_68167" aria-describedby="caption-attachment-68167" style="width: 1180px" class="wp-caption aligncenter"><img loading="lazy" decoding="async" class="size-full wp-image-68167" src="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/4-144.jpg" alt="" width="1180" height="825" srcset="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/4-144.jpg 1180w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/4-144-300x210.jpg 300w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/4-144-1024x716.jpg 1024w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/4-144-768x537.jpg 768w" sizes="auto, (max-width: 1180px) 100vw, 1180px" /><figcaption id="caption-attachment-68167" class="wp-caption-text">Kiri-kanan: Trem bersejarah di Istanbul. (Foto: Linus Mimietz); Dalam siaran persnya, Turkish Airlines sudah menyebut perusahaannya sebagai national flag carrier of Turkiye. (Foto: Salah Darwish)</figcaption></figure>
Pelaku pariwisata juga belum semuanya beradaptasi dengan perubahan ini. Lonely Planet masih memakai kata Turkey. Begitu pula Trip Advisor dan Booking.com. Saat artikel ini ditulis, GoTurkey.id belum berganti logo maupun domain.
Khusus tata bahasa Indonesia, tak ada perubahan yang perlu diikuti. Kita masih memakai nama dalam versi terjemahan: Turkey (ataupun Turkiye) tetap ditulis Turki. Namun, pemerintah RI mungkin akan diminta merevisi situs web konsulatnya di Istanbul. Saat ini, pada bagian header, masih tertulis Turkey. —<a href="https://destinasian.co.id/?s=Cristian+Rahadiansyah" target="_blank" rel="noopener">Cristian Rahadiansyah</a>

Turki Resmi Ganti Nama. PBB Setuju, tapi Dunia Butuh Waktu Revisi