by Myranda Fae 1 day ago

Trade Talk: Jesper Soerensen, General Manager 25hours Hotel Jakarta The Oddbird

Kehadiran 25hours Hotel Jakarta The Oddbird seolah membawa warna baru di dunia hospitality Jakarta dengan menawarkan konsep nyentrik yang jarang ditemukan di hotel bintang lima.
Di saat banyak hotel mewah mengusung desain modern dengan palet warna netral dan elemen minimalis, 25hours justru tampil berani dengan warna-warna vibrant serta motif-motif bernuansa hutan yang maksimalis.
Konsep unik ini lahir dari keinginan untuk menghadirkan pengalaman menginap yang lebih bebas, ekspresif, dan penuh karakter. Lebih dari sekadar tempat menginap, hotel ini ingin menjadi destinasi bagi mereka yang mencari sesuatu yang berbeda, baik turis maupun warga lokal yang ingin merasakan atmosfer baru di tengah kota.
DestinAsian Indonesia mewawancarai Jesper Soerensen, General Manager 25hours Hotel Jakarta The Oddbird. Jesper mengungkap beberapa hal mengenai 25hours pertama di Asia ini, mulai dari desain hingga layanan hotel.
DestinAsian Indonesia (DAI): 25hours Hotels dikenal dengan konsepnya yang unik dan dinamis. Mengapa Jakarta dipilih sebagai kota pertama di Asia untuk pembangunan 25hours Hotel?
Jesper Soerensen (JS) : Selaras dengan etos 25hours Hotel, Jakarta adalah kota yang penuh energi, keberagaman, dan kreativitas. Kota metropolitan ini terasa seimbang dengan keahadiran profesional muda, wirausahawan, dan generasi penentu budaya, menjadikannya ideal untuk 25hours Hotel yang berkembang melalui penceritaan, individualitas, dan pendekatan yang berani terhadap keramahtamahan.
Kota ini menyediakan wadah untuk berbagai budaya dan warisan tradisional dapat berpadu dengan inovasi modern. Dengan begitu, kami yakin 25hours Hotel The Oddbird akan menarik minat wisatawan lokal dan internasional, yang mencari sesuatu di luar pengalaman mewah pada umumnya.
Baca Juga: Trade Talk : Ramesh Jackson Area Vice President for Indonesia & Malaysia Marriott International
DAI: Apa yang membuat 25hours Hotel Jakarta The Oddbird menonjol di kancah perhotelan kota ini?
JS: Kami menghadirkan nuansa baru dan tidak biasa dalam dunia perhotelan, yang belum pernah ada di Jakarta sebelumnya. 25hours Hotel The Oddbird bukan sekadar tempat menginap, tetapi juga ‘taman bermain’, social hub bagi para kreator, dan tempat yang mendorong individualitas.
Desain kami berani dan eklektik, layanan kami ramah dan santai, dan ruang kami dirancang untuk mendukung produktivitas komunitas dan kolaborasi. Dari konsep kamar kami yang unik hingga tempat makan dan tempat bersosialisasi yang mumpuni, semuanya dirancang untuk memanjakan tamu dalam nuansa lokal Jakarta yang tetap dipertahankan.
DAI: Bisakah Anda berbagi inspirasi di balik desain dan konsep hotel tersebut? Bagaimana hotel tersebut mencerminkan budaya dan energi Jakarta?
JS: Hotel ini mengambil inspirasi dari sejarah kota yang kaya, serta budaya dan pengaruh yang beragam. Desain 25hours Hotel The Oddbird merupakan eksplorasi hal-hal kontras di Jakarta, di mana warisan budaya bertemu dengan modernitas, dan struktur bertemu dengan spontanitas.
Setiap ruang menceritakan sebuah kisah, dari kamar tamu yang unik namun canggih, hingga area publik yang mengundang kreativitas dan interaksi. Kami menyoroti semangat Jakarta melalui warna-warna berani, dan elemen-elemen ‘nyentrik’ yang menyenangkan, mencerminkan kesibukan, semangat, dan jiwa artistik kota.
DAI: Dilihat dari konsep hotel, hotel ini sepertinya menyasar kaum muda, namun siapa sebenarnya yang menjadi target market Anda? Bagaimana Anda menyesuaikan pengalaman tamu agar memenuhi harapan mereka?
JS: Target pasar kami adalah gabungan dari para profesional, pekerja kreatif, pelancong bisnis, dan explorer—orang-orang yang mencari pengalaman menarik dari sekadar menginap. Baik penduduk Jakarta yang mencari tempat nongkrong yang ramai atau pelancong internasional yang ingin menjelajahi kota melalui sudut pandang yang berbeda, kami menyusun pengalaman yang berani, menyenangkan, dan relevan dengan budaya. Kami memastikan bahwa setiap interaksi terasa personal, menarik, dan berkesan.
DAI: Apa tantangan utama yang dihadapi saat membawa merek 25hours ke Jakarta, dan bagaimana mengatasinya?
JS: Salah satu tantangan terbesar adalah memperkenalkan merek yang sama sekali berbeda dari perhotelan pada umumnya di wilayah Jakarta. 25hours keluar dari stigma hotel 5-star pada umumnya, ini tentang kepribadian, penceritaan, dan keceriaan.
Mengedukasi pasar dan memastikan tamu memahami apa yang kami tawarkan telah menjadi fokus utama. Selain itu, menyusun tim yang mewujudkan DNA unik 25hours sangat penting. Kami telah mengatasi tantangan ini dengan menciptakan pengalaman yang mendalam, bekerja sama erat dengan komunitas kreatif lokal, dan memastikan tim kami terlatih untuk memberikan perhotelan yang autentik dan tulus.
Baca Juga: Trade Talk: Herman Courbois, General Manager Royal Ambarrukmo Yogyakarta
DAI: Bagaimana Anda melihat masa depan lifestyle hotel seperti 25hours di pasar perhotelan Jakarta yang terus berkembang?
JS: Jakarta sedang mengalami transformasi dalam bidang perhotelan. Para tamu mencari lebih dari sekadar kemewahan. Mereka menginginkan sesuatu yang personal, keterikatan, dan pengalaman. Maraknya pertumbuhan hotel lifestyle mencerminkan transformasi ini, dan saya yakin kami berada di garis depan gerakan ini. Hotel masa kini harus bersifat sosial, mendalam, dan terhubung secara budaya.
Orang-orang menginginkan tempat di mana mereka dapat bekerja, bermain, dan mendapatkan inspirasi. Saya melihat permintaan akan konsep yang berfokus pada gaya hidup akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.
DAI: Keberlanjutan dan keterlibatan lokal merupakan tren utama dalam perhotelan. Bagaimana 25hours Hotel The Oddbird menggabungkan elemen-elemen ini ke dalam operasionalnya?
JS: Keberlanjutan adalah nilai inti bagi kami, dan kami berkomitmen untuk memberikan dampak positif melalui desain yang cermat, pengadaan yang bertanggung jawab, dan kolaborasi dengan masyarakat. Mulai dari bahan daur ulang dan dekorasi buatan lokal, hingga mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan menerapkan solusi hemat energi, kami terus mencari cara untuk beroperasi secara bertanggung jawab.
Selain itu, kami bekerja sama dengan seniman, musisi, dan bisnis lokal untuk memastikan bahwa kami berkontribusi pada ekosistem lokal. Kami ingin menjadi hotel yang memberi kembali kepada Jakarta, sebanyak yang kami terinspirasi darinya.
Baca Juga: Mulai Mei 2025, Ada Aturan Baru Untuk Liburan ke Thailand
Para tamu mencari lebih dari sekadar kemewahan. Mereka menginginkan sesuatu yang personal, keterikatan, dan pengalaman. – Jasper Soerensen
DAI: Dengan semakin besarnya pengaruh platform digital, bagaimana hotel memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman tamu dan mendorong pemesanan?
JS: Kami menggunakan teknologi yang cerdas dan lancar untuk meningkatkan kenyamanan dan keterlibatan tamu. Mulai dari mobile check-in dan akses kamar key-less, hingga pengalaman tamu yang dipersonalisasi melalui layanan concierge digital, kami memastikan bahwa teknologi melengkapi interaksi manusia, bukan menggantikannya.
Media sosial juga memainkan peran penting dalam mendorong awareness, dan kami secara aktif terlibat dengan kreator konten digital dan influencer untuk memamerkan aspek unik hotel kami. Selain itu, situs web dan platform pemesanan kami dirancang user-friendly untuk memungkinkan tamu menyesuaikan masa inap mereka dengan mudah.
DAI: Adakah rencana untuk memperluas merek 25hours dan menghadirkan lebih banyak properti di Indonesia?
JS: Sebagai hotel naungan Ennismore, Jakarta menandai awal perjalanan 25hours Hotel di Asia, Indonesia memiliki potensi besar untuk ekspansi, dengan destinasi seperti Bali, Surabaya, dan Bandung yang menawarkan peluang menarik untuk konsep unik dan berbasis pengalaman dari 25hours. Meskipun belum ada yang dikonfirmasi, permintaan yang terus meningkat membuat ekspansi lebih lanjut menjadi kemungkinan yang kuat di masa mendatang. (chs)